Setelah kejadian kemarin, Jidan dan Carli terus di awasi oleh abang-abangnya itu. Mereka berdua hanya pasrah, padahal dalam diri mereka meronta-ronta ingin keluar dari villa karena sangat bosan.
"Bang, abang gabut ngga si?" tanya Jidan yang sedang rebahan di atas karpet dengan kakinya yang di posisikan di atas sofa.
Carli yang sama juga hanya duduk di sofa sambil bengong tanpa melakukan apapun juga merasa bosan.
"Kita keluar aja lah yuk Ji, asli gue bosen banget udah hp gue rusak karena ke banting pas kemaren."
Jaki datang menghampiri Jidan dan Carli yang seperti tidak ada nyawa di dalam tubuh mereka berdua karena terlihat sangat lesu.
"Kenapa nih lo berdua?" tanya Jaki yang langsung duduk di sofa membuat Jidan dan Carli menengok.
"Bosen bang mau main keluar," jawab Carli.
"Lagian siapa suruh lo berdua kemarin malah ngilang," Jidan dan Carli yang mendengarkan itu wajahnya semakin lesu dan tidak semangat.
"KE RUANG MAKAN SEKARANG WOY!"
Teriakan Hadi yang sangat kencang membuat mereka bertiga kaget, "yaudah ayo ke ruang makan," ajak Jaki sambil menarik Jidan agar bangkit dari rebahannya.
Mereka bertiga pun berjalan ke arah ruang makan, di sana sudah ada Nanda, Hadi, Mars, dan Radit.
Karena sudah lengkap, mereka pun langsung makan sambil sesekali bercanda seperti biasa.
"Eh iya, bang Mars. Lo lagi marah ya sama gue? Soalnya pas tadi malem gue liat lo pas gue sapa lo malah buang muka," ucap Hadi sambil memasukan sendoknya ke mulut.
"Ngga." Jawab Mars singkat membuat Hadi semakin bingung. "Tuh kan lo jawabnya aja gitu, pasti lo marah ya sama gue bang? Ngga biasanya lo begini."
"Ngga."
"Hayoloh Di lo abis apain bang Mars sampe dia marah gitu," Radit malah mengomporo membuat Hadi kesal.
Mars bangkit dari duduknya dan langsung begitu saja. Benar-benar membuat mereka semua juga ikut bingung.
"Bang Mars apa kesel ya karena Jidan sama bang Carli kemarin ngilang?" Ucap Jidan yang juga takut jika Mars marah kepadanya.
"Bang Mars ngga mungkin cuman kaya gitu aja marah. Lagian kemarin bang Mars yang paling khawatir, mungkin dia emang lagi cape aja buat sekarang jangan ada yang ganggu bang Mars." Mereka yang mendengarkan ucapan Jaki pun mengangguk paham dan melanjutkan makan kembali.
"Dari kemaren bang Mars ada yang aneh, gue bener-bener curiga." Batin Nanda.
~~~
Siang ini cuaca sedang hujan yang sangat lebat membuat suasana hening hanya ada suara turunnya hujan saja.
Hadi sedang asik bermain game di handphone nya sambil rebahan di ranjangnya itu. Tiba-tiba permainan Hadi berhenti karena dirinya seperti mendengarkan suara ketukan di temboka dari arah luar.
Hadi langsung merubah posisinya menjadi duduk lalu berjalan ke arah pintu dan ketukan di tembok itu semakin jelas.
"Hah? Siapa sih yang siang-siang begini ngetok-ngetok tembok? Apa jangan-jangan si Jidan?" gumam Hadi yang sudah menempelkan kupingnya di pintu.
Suara ketukan itu semakin kencang membuar Hadi kesal karena itu benar-benar sangat mengganggu sekali.
Hadi langsung membuka pintu dan keluar, namun dirinya tidak melihat siapa-siapa di sana. Hadi menengok kanan kiri dan kosong, seketika bulu kuduk Hadi merinding.
Hadi langsung berbalik dan betapa kagetnya tiba-tiba di belakangnya ada Mars.
"BANGSAT LO BANG NGAGETIN AJA!"
Hadi mengelus-elus dadanya karena dirinya benar-benar sangat kaget melihat Mars yang sudah ada di belakangnya saja.
"Lo mau ngapain bang ke kamar gue?" tanya Hadi tapi Mars malah langsung pergi saja membuat Hadi kebingungan.
"Aneh." kata Hadi, lalu langsung masuk ke dalam kamarnya lagi.
Baru saja Hadi ingin menutup pintu, tiba-tiba suara teriakan Radit menggema membuat Hadi kaget dan buru-buru turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi.
Sesampainya di bawah Hadi kaget melihat Radit sudah pingsan. "Hah ini kenapa?!" tanya Hadi ke Jaki yang sedang menggotong Radit untuk di tidurkan di ranjang.
"Gue juga ngga tau, tiba-tiba si Radit teriak dari dalem kamar pas gue masuk dia udah pingsan."
Mars, Nanda, Carli, dan Jidan pun juga sudah ada di sana. Merka juga bertanya ada apa dengan Radit.
Nanda memberikan minyak kayu putih di hidung Radit agak Radit cepat sadar, dan mata Radit perlahan membuka.
"Air, air mana air," kata Nanda dengan sigap Jidan langsung memberikan air putih yang dirinya sudah ambil tadi.
Radit di bantu minum oleh Nanda. Radit meringis sambil memegang kepalanya seperti menahan sakit di kepalanya itu.
"Bang, lo kenapa?" tanya Carli dan Radit pun hanya menggelengkan kepalanya sambil memejamkan matanya.
"Jangan di tanya-tanya dulu si Radit, biarin dia istirahat. Lo semua balik aja ke kamar biar gue yang jagain Radit." Kata Hadi.
Mereka pun mengangguk setuju dan langsung keluar dari kamar Radit. Hadi menghampiri Radit dan duduk di sebelahnya.
"Lo tidur aja, biar gue temenin lo." Ucap Hadi dan Radit pun hanya bisa mengangguk lemas.
Radit pun memejamkan matanya dan tertidur pulas, Hadi membetulkan selimut Radit yang sedikit berantakan dan menarik hingga sebatas dada.
Hadi menatap sekeliling kamar, tidak ada hal yang mencurigakan. Lalu? Kenapa Radit tadi tiba-tiba saja berteriak? Aneh, itu yang Hadi pikirkan sekarang.
Hadi menatap keluar jendela pandangannya seketika menyipit karena seperti ada seseorang yang sedang memantaunya. Hadi menggelengkan kepalanya sambil mengucep matanya dan melihat kembali ternyata orang itu sudah hilang.
"Ini kenapa jadi horor banget dah," gumam Hadi.
~~~
Yeyyy update lagi hehehhe, gimana? Suka ngga? Semoga suka yaaa. Ini aku bikin part ini tuh sebenernya siang-siang karna kalo malem aku ngga berani😭✌️
Jangan lupa vote sama komennyaa babayy🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming
Horror7 pemuda yang awalnya hanya ingin berlibur ke puncak, malah menjadi mala petaka bagi ke 7 pemuda itu. Dari hal-hal ganjil yang terus berdatangan, hingga tanpa sadar hanya tersisa beberapa pemuda saja yang masih bisa bertahan.