Akhirnya tibalah mereka di villa milik om Wijayanto, mereka pun turun satu persatu, cuaca di sana sangat dingin dan sejuk tidak lupa dengan pemandangan yang sangat indah.
"Wih gila seger banget udaranya di sini ya!" Ucap Hadi yang sangat semangat sekali ketika sudah tiba di villa.
"Ngga nyangka gue ternyata villa bapak gue gede juga ya," kata Carli sambil melihat sekeliling.
Mereka pun masuk ke villa dan menatap takjub isi dalam villa. Villa ini ada 2 tingkat dengan di lantai bawah 3 kamar dan di lantai atas 4 kamar.
"Yang mau tidur kamar lantai 1 siapa aja?" tanya Mars. Carli, Radit, Jaki mengacungkan tangannya menandakan mereka ingin tidur di lantai 1.
"Oke, selebih berarti di lantai 2." Kata Mars dan mereka semua pun mengangguk.
Mereka bertujuh langsung masuk ke dalam kamar mereka masing-masing untuk beristirahat sejenak karena perjalanan yang cukup melelahkan.
"Abang kamarnya sebelah Jidan kan?" tanya Jidan ke Nanda, "iya, apa mau tidur sama abang?" tanya Nanda dan langsung mendapatkan gelengan dari Jidan.
"Jidan udah kelas 12 SMA bang bukan SD lagi masa di temenin sih!" kata Jidan sambil mengembungkan pipinya.
"Ahahahah, yaudah sana masuk istirahat dulu." Ucap Nanda dan Jidan pun mengangguk paham.
Setelah Jidan masuk ke dalam kamar wajah Nanda yang tadinya tersenyum langsung datar tanpa ekspresi.
Nanda menatap tajam ke sekeliling, ada satu fakta tentang Nanda. Yaitu Nanda bisa merasaan ada makhluk halus di sekitarnya.
"Sampe ada yang berani sentuh temen-temen gue terutama adek gue, lo ngga akan gue ampuni."
Setelah berucap seperti itu, Nanda langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat sejenak.
~~~
Malam pun tiba, Nanda dan Hadi sedang menyiapkan makan malam. Di antara mereka bertujuh memang yang sangat jago masak adalah Nanda dan Hadi, masakan mereka pun bisa di bilang sangat enak.
Mars datang menghampiri Nanda dan Hadi yang sedang asik memasak. Tadinya Mars rencana ingin membantu mereka berdua, namun yang ada Mars malah merecoki mereka berdua dengan telor ceplok yang gosong.
Akhirnya Mars di suruh untuk memanggil Jaki, Radit, Carli, dan Jidan saja.
"Ini bang Mars sama Jidan lama banget deh," ucap Carli yang sudah bersiap untuk makan.
"Jangan-jangan si Jidan susah di bangunin lagi nih," kata Hadi. "Bisa jadi tuh, Nan coba deh lo susulin aja," lanjut kata Radit dan Nanda pun mengangguk.
Nanda pun langsung menyusul Mars dan Jidan yang sedari tadi tidak muncul-muncul. Nanda merasa jika ini bukan hal biasa, sepertinya ada yang menjaili Mars dan Jidan.
"Gue udah bilang! Jangan ganggu temen-temen gue dan adik gue." Kata Nanda dengan suara dinginnya yang jarang dirinya perlihatkan ke semua orang.
"Jujur bukan kita."
Nanda mendengar suara seorang wanita yang wujudnya tidak di perlihatkan ke Nanda.
"Siapa?" tanya Nanda dan hening tidak ada jawaban seperti tadi. Nanda menonjok tembok yang mengakibatkan bunyi yang cukup kencang.
"Ki-kita ngga berani bilangnya, maaf..."
Nanda memejamkan matanya dan menghela nafasnya secara perlahan lalu membuka matanya kembali.
Suasananya sudah kembali normal tidak aneh seperti tadi. Nanda melanjutkan jalannya ke kamar Jidan, di sana ada Mars yang terus menerus mengetuk pintu kamar Jidan.
"Bang," panggil Nanda membuat Mars menengok.
"Dari tadi gue gedor-gedor ngga mau di buka nih pintu Nan, gue mau masuk juga ngga bisa." Kata Mars ketika Nanda sudah berada di hadapannya.
Nanda pun mengangguk paham, Nanda menatap pintu itu dengan lekat dan menarik nafasny kembali lalu mengeluarkannya secara perlahan.
Mars yang melihat itu bingung, Nanda sedang apa? Apa Nanda ingin mendobrak pintu ini? Wajah Mars seketika kaget, Nanda bisa membuka pintu itu dengan sekali percobaan sedangkan dirinya malah sedari tadi tidak bisa.
"Ngga di kunci bang," ucap Nanda lalu langsung masuk ke dalam, sedangkan Mars masih kaget karena dirinya jelas sedari tadi sudah bersusah payah membuka pintu itu.
~~~
Hai haiii, sampai sini dulu yaaa!! Semogaa suka, jangan lupa vote and komennyaaa🌻
Babayyy🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming
Horror7 pemuda yang awalnya hanya ingin berlibur ke puncak, malah menjadi mala petaka bagi ke 7 pemuda itu. Dari hal-hal ganjil yang terus berdatangan, hingga tanpa sadar hanya tersisa beberapa pemuda saja yang masih bisa bertahan.