09. Melarikan diri

27 3 1
                                    

Jam terus berdetak dan menunjukan pukul 5 pagi, cahaya matahari pun masih belum muncul. Keadaan Hadi dan Jidan masih berada di dalam lemari, dengan pintu yang sedikit terbuka agar ada pasuka udara yang masuk.

Hadi mengerjapkan matanya dan mengambil handphonenya dari kantung celananya karena bergetar sedari tadi.

Di sana tertera nama Nanda, Nanda meneleponnya sudah sampai 3x namun, dirinya baru mengangkat sekarang.

"Halo Nan,"

"Lo dimana? Sama adek gue kan?"

"Iya, nih adek lo masih tidur di sebelah gue,"

Di sebrang sana Nanda seperti sedang menghela napasnya lega, Hadi baru ingat jika dirinya ingin bertanyata sesuatu.

"Nan gu-"

"Gue ke sana sekarang, jangan kemana-mana."

Belum juga Hadi membalas ucapan Nanda panggilan sudah di putuskan sepihak oleh Nanda.

Hadi mengintip dari dalam lemari dan sepertinya keadaan sudah aman, karena tadi malam saat dirinya baru saja ingin terlelap bunyi seperti besi di seret masuk ke dalam kamar Jidan membuat Hadi menahan napasnya dan untung saja lemari belum Hadi buka sedikit.

Baru saja Hadi ingin membangunkan Jidan tiba-tiba suara pintu di buka membuat Hadi menjadi tegang.

"Ini dia balik lagi?" batin Hadi.

Dengan perasaan yang takut Hadi memberanikan diri mengintip lagi dan Hadi langsung bernafas lega karena yang masuk adalah Nanda.

"Eh tapi beneran Nanda kan?"  batin Hadi yang ragu.

Lama Hadi berfikir dan dirinya kaget tiba-tiba pintu lemari di buka dan nampaklah Nanda di hadapannya.

"Ck, gue tungguin lo berduaa keluar tapi malah diem aja di lemari," ucap Nanda dan Hadi malah hanya terkekeh canggung.

Nanda membangunkan Jidan dengan menepuk-nepuk pipinya dan bangunlah Jidan. Saat mengerjakan matanya Jidan kaget di depannya ada abangnya dengan cepat Jidan langsung memeluk Nanda sambil menangis.

"Abang ... Jidan takut abang ... " air mata Jidan sudah turun deras mengenai baju Nanda.

Nanda menenangkan Jidan agar tidak menangis lagi, "Udah ya jangan nangis, abang udah di sini," kata Nanda sambil mengelus-elus punggung Jidan.

Mereka pun berpindah posisi dan sekarang sudah duduk di ranjang dengan Jidan yang masih setia memeluk Nanda dari samping.

"Nan, sumpah gue ngga paham sama semua ini, pasti lo tau kan ini ada apa?" kata Hadi sambil memicingkan matanya curiga.

Nanda menghela napasnya dan menceritakan semuanya ke Hadi, Nanda menceritakan jika selama ini teman-temannya bukan lah teman-temannya dalam arti, memang raganya teman-temannya tapi jiwanya bukan.

Dan kejadian malam tadi, target selanjutnya adalah Jidan. Maka dari itu tadi malam Jidan mendapatkan gangguan-gangguan.

"Terus kenapa lo ngga nyamperin Jidan?"

"Gue mau nyamperin Jidan, tapi gue di hadang sama salah satu makhluk dan jujur gue sebenernya bisa liat mereka," jawab Nanda.

"Maksud lo, lo indihome?"

"Indigo bang," ucap Jidan yang ikut nimbrung namun, wajahnya masih di sembunyikan di ceruk leher Nanda.

"Ya itu dah pokoknya. Jadi? Lo bisa lihat setan? Terus maksud lo di hadang itu, di hadang sama setan?" tanya Hadi bertubi-tubi dan Nanda pun mengangguk.

"Tapi, untungnya gue di selametin sama kakek-kakek tua yang waktu pertama kita baru sampe ke kawasan sini Jidan liat,"

Hadi yang mendengarkan itu langsung merinding, niat hati ingin berlibur tapi malah jadi mendapatkan kisah horor seperti ini.

"Terus gimana? Gue mau pulang sumpah,"

"Ada satu cara," jawab Nanda sambil menatap serius Hadi membuat Hadi menaikan sebelah alisnya.

***

"Lo serius? Emang ngga ada jalan lain selain lewatin hutan terlarang?" kata Hadi dan Nanda pun menggelengkan kepalanya.

"Ini satu-satunya cara kita bisa keluar dari sini."

Mereka bertiga saat ini sedang berada di depan hutan terlarang, karena kata kakek tua itu hanya dengan melewati hutan terlarang saja mereka bisa keluar dari sini.

Mereka bertiga pun berjalan memasuki hutan terlarang, Jidan dengan erat memeluk lengan Nanda dan Hadi karena takut.

Mereka terus berjalan masuk ke dalam entah kemana mengikuti kaki yang terus berjalan. Hadi menghela napasnya, sudah 2 jam mereka berjalan namun, masih saja di dalam hutan.

"Ini kapan keluarnya sih, gue udah pegel banget," ucap Hadi sambil menendang-nendang daun kering.

Tiba-tiba jalan mereka di hadang oleh seorang pria yang memakai topeng menyeramkan membuat mereka bertiga berhenti.

"Kalian tidak akan bisa pergi dari sini hahaha ... " ucap pria bertopeng itu sambil tertawa.

"Abang ... " Jidan sudah bergetar karena takut, "Tenang, ada abang di sini," ucap Nanda menenangkan Jidan.

Mereka bertiga mundur secara perlahan kerena pria bertopeng itu berjalan maju. Baru saja pria bertopeng itu ingin menyerang mereka bertiga, tubuh pria bertopeng itu mental dan terjatuh.

"Kalian, cepat lari dari sini!" Perintah kakek tua itu dan mereka bertiga pun menurut

Namun, saat berbalik mereka malah di hadang oleh teman-teman mereka ah, maksudnya raga teman-temannya.

Nanda menyuruh Jidan pergi berlari menyelamatkan diri namun, Jidan tidak mau, Jidan tidak mau pergi sendirian.

"Jidan! Dengerin kata abang, cepet lari!" Perintah lagi dan Jidan menggelengkan kepalanya.

"Ji cepet lari!" sekarang gantian Hadi memerintah Jidan.

Nanda dan Hadi tiba-tiba di serang untung saja refleks mereka bagus dan tidak terkena serangan.

"JIDAN LARI!" teriak Nanda yang sudah emosi dan dengan berat hati Jidan berlari dengan kecang.

Air matanya terus menetes dan tak tau arah kemana dirinya berlari yang terpenting adalah dirinya harus mendapatkan bala bantuan.

Saat berlari Jidan tersandung membuat tubuhnya terjatuh dan kakinya terluka. Jidan masih menangis dan ketik melihat ke bekalang ternyata dirinya sedang di kejar. Dengan sekuat tenaga Jidan berlari melupakan kakinya yang sangat perih itu.

"Bunda ... Jidan ngga kuat ... " Jidan terus meracau seperti itu.

Dirinya sudah sangat lelah akibat berlari, dan saat ingin berhenti tubuhnya malah terjatuh ke jurang yang di bawahnya ada sungai yang begitu lumayan deras.

"Bunda ... " kesadaran Jidan mulai menipis dan dirinya tenggelam di sungai itu dengan kondisi yang sudah pingsan.

***

Jidan kasian☹️

Tenang-tenangg ini masih ada kelanjutannya lagii, dan makasih udah mau nunggup update aku yaa maaf lama karna kalo boleh jujur aku bikin cerita ini kadang suka merinding duluan🤧🤧

Jangan lupa vote sama komennya yaaa babayyy🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dreaming Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang