Bab 1

2.8K 115 2
                                    

'Terima kost putra'

Tersedia 3 kamar kosong
Harga 200 ribu/bulan
Bebas biaya listrik dan air
Potongan harga 10% khusus pelajar

Aku melihat Papa mengangguk puas dengan hasil karyaku. Padahal hanya bermodal templat aplikasi desain grafis.

"Papa yakin mau buka kos di belakang rumah?"

Papa menoleh dan mengerutkan dahi, "Kenapa nggak yakin? Daripada jadi bangunan kosong, mendingan buat dapet cuan."

Ck, papa tidak paham maksudku.

"Maksudku, papa yakin mau buka kos-kosan putra? Aku anak perempuan loh pa."

Papa menepuk-nepuk bahuku, "Ngga perlu khawatir. Ngga akan ada yang berani ngapa-ngapain kamu, kan ada Papa!" aku hanya bisa mengangguk-angguk saja. Tidak salah sih, anak kecil aja pada ngga berani natap papa. Soalnya muka papa itu jutek banget.

"Nanti kamu sama Rendi bantuin nyebarin brosurnya ya?"

"Ck, tapi kan Bang Rendi orangnya sibuk, Pa," keluhku.

Bang Rendi adalah kakak sepupuku yang sekarang tinggal satu rumah denganku.  Orang tuanya telah tiada sejak dia masih kecil, jadi Bang Rendi dititipkan pada Papa untuk mengasuhnya. Pekerjaannya sebagai pegawai bank, membuatnya sering sekali berkeluh kesah padaku.

"Besok hari Sabtu, pas banget dia libur tuh!"

"Yaudah, deh. Tapi jangan lupa ya pa." aku dengan santainya nyengir sambil menggerak-gerakkan jari jempol dan telunjuknya.

"Apa itu? Papa ngga ngerti." setelah ngomong begitu, Papa langsung pergi dari dalam kamarku. Aku menyipitkan mata, pasti papa pura-pura nggak tau. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

🤑🤑🤑

Keesokan harinya, seperti yang Papa minta, aku membonceng Bang Rendi menyebar brosur dengan menempelnya pada tiang listrik, tembok tetangga dan tempat-tempat lainnya yang biasa dijumpai orang-orang.

"Sejak kapan Om Heri kepikiran buat jadiin rumah kosong dibelakang buat kos-kosan?" tanya Bang Rendi.

Kami berdua sudah selesai melakukan tugas negara dan sekarang waktunya self reward dengan makan es puter pinggir jalan. Tenang, Bang Rendi kok yang traktir.

Aku hanya mengedikkan bahu, "Ngga tau, tapi kemaren tiba-tiba minta aku buatin brosur."

Bang Rendi mengangguk paham. "Ya ada untungnya sih selain nambah pemasukan juga bakal rame nantinya. Mana kos putra kan?"

"Hooh. Aneh banget emang Papa. Kenapa nggak terima kost putri aja?" kataku sambil menguap es krim ke dalam mulutku.

"Justru kurang nyaman kalau Om Heri buka kost putri. Mana ngga ada sosok ibu kos di situ."

Aku tersenyum miris. Tiba-tiba jadi teringat pada Mama yang sudah lama meninggalkanku sendiri bersama Papa. Tuhan memang sangat sayang pada ciptaannya yang begitu baik seperti mamanya.

"Iya juga sih."

"Kalau ada yang ngekos seumuran abang, bakal abang jadiin besti," katanya santai.

Aku menoleh dan menunjukkan raut mencibir "Dih? Pede banget. Yang ada pusing dengerin curhatannya Bang Rendi!"

Bang Rendi tertawa,"Pengalaman banget ya neng?" aku memutar bola mata malas.

"Tapi kira-kira bakal ada yang ngekos nggak ya?" tanyaku tiba-tiba.

"Entah, tunggu aja besok." Untuk apa juga aku bertanya kepadanya? Bang Rendi juga pasti sama tak tahunya sepertiku.

Tak disadari aku dan Bang Rendi melipir lama sekali. Aku pun beranjak dari tempat duduk. "Aku udah selesai, Bang. Pulang, yuk?" ajakku.

"Ck, itu es krim nya belum habis." Bang Rendi melihat masih ada sisa di mangkok es krim ku.

"Bang Rendi aja yang habisin, aku udah kenyang."







Bersambung.

Akhirnya bisa bikin cerita random anak kos kos an.
Aku usahain jalan ceritanya itu ringan.
Sekian terima vote.

8 maret 2023

Saya Terima Kost Putra (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang