Bab 12

849 46 0
                                    

Hari Minggu telah tiba. Ujian Akhir tahun juga sudah selesai. Tapi keluarga Pak Heri dan anak kost serta seluruh warga tidak bisa berleha-leha di kamar. Sebab tiba-tiba ada pengumuman keras dari toa masjid.

'Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Diberitahukan kepada seluruh warga RT 5 untuk mengikuti kegiatan kerja bakti. Titik kumpul berada di pos ronda RT 5. Terimakasih, wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.'

Iya, kerja bakti.

Mana Papa nyuruh kita semua untuk ikut termasuk anak-anak kost belakang. Alhasil dengan masing-masing dari kami membawa sapu lidi,  cangkul mini, sampai cikrak. Kita semua berkumpul di depan pos ronda.

Ceritanya di briefing dulu sama Pak haji. Tempat mana aja yang bakal dibersihkan sama warga RT 5.

Kak Alan, Papa dan Bang Rendi terlihat serius menyimak. Sedangkan Gilang-- entahlah dia sedang apa dengan memainkan jari-jarinya. Kak Yudis sendiri sibuk main ponsel, kayanya ada yang penting banget.

"Kalau memang sekiranya sudah bersih bisa langsung berkumpul  di sini lagi. Insyaallah ibu-ibu sudah menyiapkan jamuan atau cemilan lah buat kita semua," jelas Pak haji yang disambut senyuman lebar dari kita semua. Kalau ada makanan mah gas hayuk!

RT 5 terbagi menjadi dua gang. Jadi tidak hanya gang rumah ku saja yang ramai. Tapi juga gang sebelah.

Akhirnya berpencarlah kita, menyebar di antara dua jalan. Bersama bocil-bocil, aku ikut mencabuti rumput liar. Tepat di sebelahku ada anak cewe imut banget, rambutnya dikucir dua. Mana masih piyik. Kalau dia anteng, berarti ada sesuatu nih!

Aku tertawa geli melihat tingkahnya, "Kamu ngapain nanam rumput?"

Rumput-rumput yang sudah dicabuti malah diambil sama dia buat di tanam lagi. Dengan polosnya dia berkata,"Kata mama kita hakhus menanam pohon, Kak."

Akhirnya aku menuntaskan tawaku, "Yaampun ada-ada aja kelakuan bocil random!"

"Bagus-bagus! Lanjutkan, Nak!" kataku sambil mengusap rambutnya.

Diam-diam aku mencabuti lagi apa yang dia tanam. Hahaha, jahat memang. Tapi ngga papa lah! Daripada nangis aku usir.

Kak Alan bersama Gilang tengah mengambil sampah-sampah kering yang menyumbat di saluran air. Kemudian membawa sampah itu ke dalam gerobak khusus sampah.

Aku memandang keramaian di ujung jalan sana. Keningku berkerut kemudian bertanya pada bocah yang kebetulan lewat di depanku. "Oy, dek! Itu ramai-ramai ada apa?"

"Itu, Kak. Pak Romi pindah rumah, jadi bapak-bapak bantuin bawain barang."

"Bawain barang ke?"

Bocah itu menatapki aneh, "Ke rumah barunya lah! Masa kayak gitu pake nanya?"

"Yeee nanya baik-baik juga. Makasih infonya, betewe," nyinyirku.

Sang bocah geleng-geleng kepala lantas ngacir begitu saja. Aku menajamkan penglihatan, ada kak Yudis di sana! Samperin ahh..

Aku berlari menghampirinya di antara kerumunan yang tidak terlalu banyak itu karena sebagian juga harus kerja bakti. Kak Yudis tengah membawa barang ke atas troli barang dan mendorongnya.

"Kak ikut!"

Sembari berjalan di sampingnya aku berbicara, "Rumah barunya Pak Romi dimana?"

"Tadi kata pak Haji di RT sebelah," jawab kak Yudis.

"Berarti log out dari member RT 5 ya?"

"Bahasamu log out!" kekehnya.

"Tapi percuma ngga sih, pindah rumah tapi cuma beda RT. Kenapa nggak beda kota sekalian?" kataku lebih tepatnya untuk diri sendiri.

"Kalau ngga salah katanya rumah yang sebelumnya buat adiknya Pak Romi."

Aku tertawa geli, "Kak."

"Kenawhy?" santainya.

"Mending kak Yudis ikut arisan sana ibu-ibu komplek sanah!" Kak Yudis mengerut bingung, kenapa jadi nyambung ke situ.

"Kakak jago banget ngerumpi."

🤑🤑🤑

"Makasih ya Hana sudah dibantuin bawa barang," ucap Pak Romi kala mereka berdua sampai dengan membawa barang di atas troli barang.

"Kak Yudis yang bawain, Pak. Kalau saya mah cuma bantu dorong aja!" kataku sambil tertawa melihat wajah kak Yudis yang tertekuk. Yang bawa siapa yang diucapin makasih siapa.

"Ohh maaf, kalau gitu makasih ya Yudis! Setelah ini ngga usah bawain lagi, kalian langsung makan-makan aja di pos ronda."

"Siap laksanakan!" aku hormat layaknya ajudan pada komandan.

"Oh iya ini trolinya tolong kembaliin ke sana lagi ya, Terimakasih."

Aku dan kak Yudis berjalan bersama lagi menuju rumah lama Pak Romi dengan mendorong troli barang. Namun tiba-tiba, "Stop!"

"Kenapa, Kak?" bingungku.

Kak Yudis tiba-tiba duduk di atas troli barang dan berkata, "Ayo dorong!"

Aku mendecih sinis, enak banget ya aku cape-cape dorong. Kak Yudis malah asik duduk. "Nggak ah males! Waktu di swalayan kak Yudis ngeledekin aku habis dimarahin kak Alan."

Kak Yudis berbicara di sela-sela tawa, "Itu salah kamu lah! Ngapain main troli di mall? Mana lajunya cepet banget!"

"Kalau sekarang mah pelan-pelan aja. Sambil liatin rumah-rumah tetangga kan asik," lanjutnya.

Dengan rasa dongkol, aku mendorong troli barang berisi kak Yudis yang tersenyum senang sendirian. Serah anda aja lah bang!

"Nah itu Hana sama Yudis!" seru Papa yang sudah duduk manis melingkari makanan bersama warga yang lain di pos ronda melihat kedatangan kami.

"Makan-makannya udah dimulai ya?" rengutku.

"Belum, makanya sini cepetan!"

Aku mendekat dengan senyum gembira begitu juga kak Yudis yang duduk di sebelahku. Di depanku ada kak Alan dan Gilang yang juga menanti makanan meskipun hanya jajanan pasar.

Begitu dimulai masing-masing orang sudah memegang jajanan di tangan mereka.

"Ih ada moci!" seruku seraya mengambilnya. Mantep banget nih mocinya gede mana isinya coklat lumer gitu.

Tanpa disadari coklat itu menghiasi sudut bibir sehingga kak Alan yang ada di depanku itu memberi isyarata dengan menunjuk sudut bibirnya sendiri. Aku langsung paham apa maksudnya.

Ketika kak Alan berusaha mengambil selembar tisu, noda coklat itu sudah berpindah ke sisi lengan bajuku. Kak Alan yang terlanjur melihatnya hanya menghela napas pasrah dan aku malah meringis tanpa dosa.































Bersambung.
27 Maret 2023


Saya Terima Kost Putra (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang