Bab 9

998 62 0
                                    

Sampai di penghujung kasir, aku tidak banyak bicara. Merasa tidak enak telah membuat kak Alan jadi sendu begitu. Mungkin kak Alan tidak menyadarinya, tapi aku tahu.

Gilang menyikut bahuku dan berkata pelan, "Lo kenapa diem aja?"

"Gue kan anak kalem," jawabku asal.

"Total belanja menjadi Rp.345.000, Kak," ujar sang kasir setelah mengscane semua barang-barang yang kami beli.

Ketika kak Yudis hendak memberi uang cash kepada petugas kasir, tangan kak Alan mencegahnya. "Saya aja yang bayar."

"Oke, makasih, Bang. Kapan-kapan aku traktir," jawab kak Yudis sebagai ganti dari belanjaan itu. Kak Alan hanya berdeham saja sebagai responnya.

"Bang Yudis, gimana kalau setelah ini kita ke alun-alun?" kata Gilang merekomendasi.

Kak Yudis mengangguk saja, "Boleh, tuh! Jarang-jarang kita bisa hang out bareng."

Gilang merekomendasikan alun-alun karena tempatnya yang cantik tepatnya berada di antara persimpangan jalan besar serta di seberang jalan terdapat sebuah mall besar. Sebutan mudahnya adalah di tengah kota.

Aku mengambil barang yang berada di plastik kecil. Itung-itung bantu tenaga. Kami berjalan beriringan dengan posisiku yang berada di tengah-tengah mereka. Anjay slebew.

Keluar dari lobi, lamuk belum terlalu orange. Jadi ketika tiba di alun-alun akan mendapat timing yang pas. "Sini plastiknya," kata kak Alan meminta aku memberikan plastik yang ada di tanganku.

Dia meletakkannya pada bagian bawah dekat kakinya. Dia juga memberikan helm milikku untuk segera dipakai.

Selama perjalanan aku tidak bisa diam. Justru aku berinisiatif untuk melakukan vlog dadakan. Kamera ponsel mengarah padaku dan kutekan tombol berwarna merah di sana.

"Hallo guyss! Hari ini aku sama anak kos Pak Heri mau hang out ke alun-alun! Ikuti keseruan kami yaaa!"

Aku mengangkat sedikit tanganku ke udara agar bisa merekam kak Yudis dan Gilang yang berkendara di belakangku. Aku berseru, "Kak Yudis, Gilang! Say 'Hi' ke kamera!"

Kak Yudis menotice keberadaan kamera yang mengarah kepadanya kemudian melambai kecil. Begitupun Gilang ditambahkan dengan seruan 'Hi' yang lantang sampai-sampai pengendara lain ikut menatap ke arah mereka.

"Nah kalau ini kak Alan. Say hi kak!" ujarku setelah merubah arah kamera menjadi kamera belakang dan merekamnya dari spion motor. Meskipun wajahnya hanya terlihat sebagian.

"Selamat sore." Kaku sekali pria ini.

Kegiatan vlog dadakan terpaksa kutunda karena motor akan kembali melaju. Dari sini dapat kulihat alun-alun yang mulai dipadati pengunjung meskipun bukan hari libur. Tapi sekalinya weekend, beuhh.

Sedikit kudeskripsikan singkat bahwa dintengah alun-alun luas berbentuk persegi ini ditumbuhi rerumputan terawat. Tepat di tengah lapang terdapat sebuah tiang bendera yang menjulang tinggi. Biasanya alun-alun ini selain untuk rekreasi juga sebagai tempat upacara tingkat Kabupaten.

Di sekeliling alun-alun dibuat sebuah jalan kecil yang bisa dilalu-lalang oleh pengunjung dan dipadukan dengan lampu-lampu antik kuning temaram. Tenang saja, jika lelah, ada banyak kursi yang berjejer rapi.

Kaki kami telah berpijak di jalan kecil itu. Banyak anak kecil yang bersliweran dan gelembung sabun berterbangan. Aku mengajak mereka untuk lesehan di rerumputan hijau.

"Nah kalian mau makan apa?" tawarku.

"Telur gulung!"

"Jagung bakar, Han."

Saya Terima Kost Putra (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang