Bab 14

754 45 0
                                    

Waktunya Hana menagih janji Yudis yang katanya mau mentraktir sepuasnya. Setelah klien pergi dan pekerjaan ridak terlalu banyak, gadis itu mendorong Yudis menuju motor mereka terparkir.

"Mau makan apa?"

Melihat langit yang sudah petang, Hana jadi ingin makan sesuatu. "Suka kuliner lamongan ngga?"

"Lamongan?" beonya.

"Iya, suka kan?"

Yudis mengangguk-angguk, "Aku suka semua makanan."

Dengan gembira, Hana segera memakai helm dan naik ke atas boncengan. Melesat pergi bersama Yudis menuju kuliner lamongan terkenal di daerahnya.

Tempatnya itu sangat cantik. Sebuah jalan yang diisi dengan pedagang kaki lima yang beragam. Dengan lampu-lampu berderet menggantung yang membentang dari sisi kanan dan sisi kiri jalan.

Sampailah mereka berdua di sana. Tidak luput dari jepretan kamera ponsel gadis itu. Pokoknya apapun yang estetik harus diabadikan.

"Kak Yudis kan fotografer. Tolong fotoin dong! Yang bagus ya!" pinta Hana memberikan ponselnya pada pria itu. Udah minta ngelunjak minta yang bagus.

Sedikit menjauhlah Hana dari lensa kamera sehingga sebagian tubuhnya tertangkap kamera. Selain ponselnya yang mendukung wajahnya pun turut serta tak luput latar belakang yang bagus membuat foto yang diambil sangat memuaskan. Fokus pada objek sehingga lampu-lampu itu terlihat blur.

"Ih keren banget kak! Makasih!" Hana terlihat senang sekali dan terus-terusan melihat hasilnya.

"Jangan lupa tag akun ku kalau mau post," celetuk Yudis.

"Kalau inget," katanya asal membuat Yudis mendengus.

Gadis itu meletakkan ponselnya ke dalam saku jaket dan kembali fokus pada pedagang-pedagang di sisi kanan dan kirinya. Mencari-cari apa yang dia inginkan.

"Ngomong-ngomong maaf ya kalau kamu jadi bad mood setelah ke studio," ucap Yudis tiba-tiba yang Hana mengerti arahnya kemana.

"Yaudah ngga papa. Ngga terlalu aku pikirin juga. Mungkin selain kak Virgo masih banyak orang yang sikapnya sama kaya dia," ujarnya bersikap dewasa.

"Salah aku juga sih pake ngeliatin dia," lanjutnya dengan kedikkan bahu.

"Kenapa diliatin? Kepincut ya?" godanya membuat Hana memukul pelan lengan pria itu.

"Jangan sok tau makanya!"

"Tapi bener kan? Secara dari kita berlima, yang paling charming emang si Virgo," katanya membuat Hana tidak bisa menyembunyikan rona merahnya.

"Canda ah! Aku tau kok siapa yang kamu suka selama ini," katanya jenaka sembari memasukan kedua tangan ke dalam saku hoodie.

"Siapa? Emang aku keliatan nyukain orang?" tanya nya polos. Kali ini dia benar-benar tidak tahu siapa yang Yudis maksud.

"Keliatan. Banget."

"Ihh jangan bikin aku penasaran. aku nyukain siapa sih?" gemas Hana.

Diam-diam berpikir, siapa yang dia sukai? Apakah teman kelasnya? Kalau iya, tidak mungkin Yudis tau. Gilang? Tidak, tidak. Hana sudah menganggapnya saudara. Yudis sendiri maksudnya? Hana menarik bibir tak percaya.

"Ihh aku mana mungkin suka sama kak Yudis! Ga cocok banget!" ringisnya seolah jijik.

Yudis merubah ekspresinya menjadi datar. Ternyata Hana sangat tidak peka terhadap sekitarnya dan apa yang dilakukaannya.

"Tadi juga udah bilang, kalau kita cocoknya kakak adek," timpal Yudis membuat kening Hana berkerut lagi. Ih siapa sih maksudnya?

"Terus siapa kak?" gemas gadis itu.

"Bang Alan."

Hana merapatkan bibirnya. Dia jadi tidak bisa berkomentar apa-apa usai mendengarnya.

"Aku bener 'kan?" tanya Yudis.

Tidak sepenuhnya salah sih. Benar juga Hana menyukai pesona Alan yang sangat boyfriend materialable. Alan seperti paket lengkap dengan sikapnya yang dewasa, keren, tidak bertele-tele. Tapi sebagian lagi, Hana menganggap ketertarikannya sebagai main-main saja.

"Nggak tau," jawab Hana pelan.

Yudis berkerut. "Kok nggak tau?"

"Ya aku nggak tau, Kak. Udah ya kita ke sini mau makan, bukan mau bahas cinta-cintaan, oke?" setelah itu Hana berjalan mendahului Yudis yang terlihat memikirkan sesuatu.

🤑🤑🤑

"Ayamnya mau yang apa?" tawar Hana setelah mereka sampai ke penjual yang dia cari.

"Paha sama kaki ayam," jawab Yudis agar Hana mengambilkan untuknya dan digoreng.

"Okey!" ucapnya senang hati mencapit ayam yang sudah dibumbui di dalam kotak.

Setelah itu mereka duduk di area lesehan. Lebih nyaman buat kaki bertingkah, katanya. Menunggu pesanan tiba, Hana sibuk bermain air yang diberi irisan jeruk nipis sebagai air cuci tangan.

"Awas tumpah." Yudis memperingatkan.

"Tenang aja," santainya.

"Pesanan atas nama Yudis?" tanya pelayan yang mengantarkan makanan.

"Iya betul." Semua makanan sudah ada di hadapan mereka sekarang. Waktunya disantap!

Silih berganti orang-orang dan pergi dari tempat ini. Wajar saja, makanannya juga enak. Maka dari itu, Hana memintanya kemari.

"Enak ga?" tanya Hana memandang Yudis tengah makan.

"Enak."

Hana jadi ingin sombong. "Iya lah! Cuma di sini yang dagingnya lembut. Bumbunya juga meresap."

"Jadi Brand Ambassador aja sanah!" suruhnya.

"Ngga mau. Aku ngga siap untuk famous," ucapnya dilebih-lebihkan.

"Terserah, Han." Yudis menghela napas lantas menggigit paha ayamnya.



















bersambung.
1 April 2023

Saya Terima Kost Putra (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang