Happy reading, semoga suka ya. Jangan lupa vote dan komentarnya.
Yang mau baca duluan, boleh mampi ke Karyakarsa, sudah update sampai bab 6
Enjoy
Luv,
Carmen
_______________________________________________________________________________
Yup, aku pernah membayangkan diriku sendiri menikah. Dalam bayanganku, jika aku sampai menikah nantinya, acaranya akan sederhana, sama sederhananya dengan pria yang akan menjadi suamiku. Kami mungkin akan menikah di gereja di tengah kota, jamuan makan malam sederhana dengan sedikit kerabat dan beberapa teman dekat, bahkan lebih mungkin, demi kepraktisan dan untuk penghematan biaya, kami bisa jadi hanya akan menikah di catatan sipil.
Lalu... pria yang kubayangkan akan menjadi suamiku pastinya sangatlah biasa saja, mungkin pekerja kantoran, seumuran denganku, rambutnya pirang atau mungkin cokelat terang, wajahnya mungkin tidak begitu jelek karena sudah pasti aku tidak akan tertarik jika wajahnya mendekati tidak enak dipandang tapi sudah pasti bukan seperti Tretyon Zimmerman. Pria sekaliber Treyton Zimmerman akan berada di daftar paling mustahil untuk pria yang akan kunikahi – well, bukan karena dia tidak sepadan denganku, tapi justru kebalikannya. Aku yakin, jika bukan karena terpaksa dan terdesak, pria itu tidak akan pernah mempertimbangkanku untuk menjadi mempelai wanitanya.
But hey, takdir mungkin ingin bermain-main sedikit dengan kami berdua. Siapa saja boleh berencana tapi jika takdir sudah menjulurkan tangan dan mengatur kehidupan, tidak ada yang bisa menghindar. Seperti halnya kami berdua yang harus terjebak bersama dalam kekacauan ini.
Sebenarnya tidak adil jika menyebut pernikahan kami sebagai kekacauan. Ini adalah semacam pernikahan impian, aku yakin itu, bagi hampir seluruh wanita. Alih-alih menikah di geraja kecil ataupun hanya sekadar mencatatkan pernikahan kami di catatan sipil, Treyton menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk merancang pernikahan paling mewah tahun ini. Kami menikah di sebuah gereja megah dan besar belum lagi gaun pengantinku, resepsi yang mewah dan mahal, lokasi yang bergengsi dan sederet merk yang kami kenakan dari atas kepala hingga ujung kaki termasuk perhiasan berlianku. Pernikahan ini jelas dirancang sebagai sebuah acara sosial kelas tinggi dan Treyton tentu saja ingin memamerkan pada seluruh dunia bahwa dia jatuh cinta habis-habisan pada karyawannya yang miskin dan malang. Kurang lebih seperti itu.
Bahkan setelah Treyton mengumumkan rencana pernikahan kami, tidak lantas membuat orang-orang berhenti menatap ragu. Oh ya, ada yang menatap sinis juga, tentu saja. Intinya, banyak sekali orang yang menaikkan alis tidak percaya ketika kabar pernikahan kami diumumkan. Like, really? Ini bukan cerita di dalam buku dongeng, bukan? Seorang bujangan yang paling diminati di Amerika, pewaris tunggal dari perusahaan multi-milyuner tiba-tiba mengumumkan bahwa dia akan menikah dengan seorang wanita yang bukan siapa-siapa, yang hanya bekerja sebagai asisten pribadi pria itu dan datang dari keluarga miskin yang berantakan. Wajar saja, mulut-mulut mulai berbicara. Ada yang berkata bahwa aku pasti hamil di luar nikah, ada yang lebih kejam menuduhku telah memeras pria malang itu, sebagian berpikir kalau pria itu sudah hilang akal, beberapa bahkan berpendapat aku mungkin sudah menggunakan guna-guna. Tapi tentu saja, semua gosip dan spekulasi itu tidaklah benar. Kenyataannya, Treyton Zimmerman sangat sadar dan yakin dengan apa yang dilakukannya. Jika ada yang tidak yakin, maka orang itu adalah aku sendiri.
Kami menghabiskan hampir empat jam berikutnya untuk bersosialisasi dengan para tamu undangan yang hadir dalam resespi. Dan rata-rata dari mereka adalah orang-orang yang selama ini berada di luar lingkup pergaulanku. Ya, selama aku bekerja pada Treyton, aku memang terbiasa berhubungan dengan orang-orang yang biasanya mengenakan busana seharga satu lemari penuh baju-bajuku, kurasa masih lebih. Tapi terbiasa bukan berarti kami bergaul, aku sadar kalau status sosialku jauh di bawah mereka. Aku hanya dipandang sebagai asisten pria itu, sama halnya seperti ponsel pria itu, tabletnya, alatnya, kurang lebih. Tak ada yang memberiku perhatian lebih dari sekadar sebagai pembantu Treyton. Nanti pandangan mereka berubah 100 hari yang lalu, ketika Treyton mengumumkan pernikahan kami kepada dunia.
Bisa dibayangkan, bukan? Betapa hebohnya. Tiba-tiba saja semua mata tertuju padaku. Aku menjadi pembicaraan panas di berbagai media sosial, orang-orang ingin tahu tentang rahasiaku yang sudah berhasil menjerat bujangan berkualitas tinggi seperti Treyton Zimmerman ini, semua orang berlomba-lonba ingin tahu apa yang sebenarnya sudah kulakukan sehingga berhasil menjerat pria idaman semua wanita ini sampai dia bertekuk lutut dan bersedia menikahiku. Well yeah, aku memang punya rahasia tentang itu, tapi sayangnya aku tidak bisa memberitahu siapa-siapa. In fact, aku tidak akan pernah boleh mengatakannya pada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Marriage Agreement
RomanceAdult Romance 21+ Belum ada sinopnya, udah ada baru diupdate ya, kalau tertarik baca saja langsung.