Bab 4B

2.5K 353 15
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, silakan ke Karyakarsa. Bab 10, 11 Dan 12 sudah update. Part ini mengandung adegan dewasa ya 21+

Follow saya di Karyakarsa juga ya : Carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow saya di Karyakarsa juga ya : Carmenlabohemian

Enjoy

Luv,
Carmen

_________________________________________

Sejak bekerja padaku, Livvy telah membuktikan dirinya sebagai karyawan yang bisa diandalkan, asisten yang kompeten dan selalu menyelesaikan tugas yang diberikan padanya dengan baik. Dan walaupun Livvy tidak akan bisa menggantikan posisi Teddy sebagai seorang sahabat dan aku juga selalu menjaga batas itu agar hubungan kami tetap profesional demi menghindari skandal tak perlu, tapi kehadiran Livvy menyelamatkanku dari banyak kekacauan dan membuatku bisa kembali fokus melakukan tugas dan pekerjaanku sebagai wakil Presiden dan wakil CEO dari Zimmerman Holdings.

Yup, tidak bisa dipungkiri. Aku memang memiliki semua yang diinginkan oleh setiap pria. Uang. Kekuasaan. Juga wanita. Tapi aku juga memiliki beban tersendiri, kekhawatiran tersendiri juga tanggungjawab yang berat. Sebagai wakil Presiden dan CEO, aku harus memikirkan semua urusan operasional grup perusahaan, terutama aspek revenue. Well, ini adalah poin krusial untuk kelangsungan hidup perusahaan. Belum lagi memikirkan aspek-aspek lain yang menunjang kelancaran operasional juga pengembangan-pengembangan untuk mempesar kerajaan bisnis yang sudah dibangun oleh Grandfather sejak muda.

Karena itulah, kehadiran seorang asisten sangatlah membantu. Livvy telah membuat hidupku menjadi lebih mudah. Dia teratur, bertanggungjawab, mampu untuk fokus dan bekerja di bawah tekanan, bisa diandalkan sepenuhnya. Sayangnya, ritme hidupku yang sudah berubah teratur kembali berantakan ketika Grandfather menjatuhkan bom berita tersebut.

Pernikahan.

Yup, dia memberitahuku bahwa dia sudah mendekati usia di mana dia ingin pesiun dari posisi puncaknya di perusahaan sekaligus menentukan masa depanku. Aku harus menikah. Grandfather sama sekali tidak bisa menerima prinsipku bahwa aku tidak memerlukan seorang istri untuk mendampingiku. Baginya, kehadiran seorang wanita sangatlah penting, sebagai pendorong juga partner, sebagai penyemangat, teman hidup, teman berdiskusi dan seseorang yang ada di setiap situasi apapun – aku tak menyalahkannya, Grandfather datang dari zaman yang berbeda dan dia tidak bisa mengerti bahwa sekarang ini, kau tidak memerlukan seorang pendamping untuk membuat hidupmu lebih baik. Aku tidak membutuhkan tanggungjawab tambahan dengan menikah dan memiliki seorang isti, jika aku membutuhkan wanita untuk memuaskan libidoku, aku bisa mendapatkannya di mana saja, ada banyak wanita yang bersedia menghangatkan ranjangku. Tapi prinsip seperti itu rupanya membuat Grandfather murka.

Dan jika pria itu murka, maka aku harus siap menerima konsekuensinya. Tentu saja, Grandfather tidak akan membuat hidupku mudah. Aku boleh saja menertawakan idenya untuk memintaku menikah, tapi setelah mendengar keseriusannya, aku tidak lagi bisa tertawa.

Singkatnya, pria yang sudah membesarkanku itu memberiku ultimatum keras.

Grandfather ingin pensiun dan dia memang menginginkanku untuk menggantikan posisinya sebagai Presiden dan CEO Zimmerman Holdings tapi itu tidak akan pernah terjadi sampai aku menikah. Dan aku hanya memiliki tenggat waktu satu tahun untuk mencari calon istriku. Jika aku belum jug menikah di usia ke 37, maka Grandfather akan mengubah Zimmerman Holdings menjadi perusahaan publik dan menyumbangkan setengah kekayaannya kepada organisasi-organisasi sosial. Oke, lupakan dulu tentang kekayaannya yang ingin disumbangkannya. Yang lebih mendesak adalah berkurangnya kesempatan untuk menduduki posisi puncak karena begitu perusahaan menjadi perusahaan publik, dewan direksi akan memiliki wewenang sepenuhnya untuk memutuskan apakah aku layak menjadi CEO Zimmerman Holdings atau tidak, jika tidak maka mereka akan membawa orang baru untuk menduduki posisi tersebut. Bukannya aku tidak percaya pada kompetensi dan kemampuanku sendiri, but I'll take no risk. Setelah semua usaha dan waktu yang kuhabiskan untuk membesarkan Zimmerman Holdings, aku akhirnya harus menunggu keputusan orang-orang tersebut untuk memutuskan apakah aku layak ataukah tidak? The fuck with that.

Tapi tak peduli seberapa banyak argumen yang kukeluarkan, Grandfather tetap tidak mengubah keputusannya. Menikah atau dia akan mengacaukan hidupku. Seperti itulah kesimpulannya. Damn him!

And here we are...

Aku menarik pikiranku keluar dari masa lalu dan melihat Livvy sudah kembali berbalik dan sedang merapikan tas bepergiannya. Begitu selesai, wanita itu kembali duduk di kursi kulit pesawat jet dan menghela napas pelan.

Waktu itu, begitu aku sadar bahwa aku tidak bisa mengubah pendirian Grandfather, aku menghabiskan hampir dua bulan untuk mengevaluasi pilihan-pilihan yang bisa kuambil. Sebenarnya jika berbicara soal calon istri, aku memiliki sederet panjang wanita yang dengan senang hati bersedia kunikahi. Bagaimanapun, aku pernah diliput di majalah People sebagai salah satu bujangan yang paling diminati, diundang ke talk show untuk alasan yang sama. Masalahnya bukanlah menemukan wanita yang bersedia. Masalahnya ada pada menemukan wanita yang ingin kunikahi. Aku sudah meniduri banyak wanita, jauh lebih banyak dari yang bisa kuingat dan sayangnya, aku belum menemukan satu orangpun yang cocok menjadi istriku. Yeah, sekadar menjadi kekasih dan alat bersenang-senang, itu saja. Jangan salah, aku memperlakukan kekasih-kekasihku dengan sangat baik, tapi aku tidak punya niat ataupun ketertarikan untuk menikahi salah satu dari mereka.

Terima kasih pada Tuhan karena aku masih memiliki Livvy. Setelah lelah mencari, aku akhirnya berkata jujur pada Livvy tentang persyaratan dari Grandfather. Aku memberitahunya tentang apa yang terjadi dan walaupun sebenarnya dia tampak tidak suka karena aku memilih-milah wanita seperti sedang berbelanja, wanita itu tak mengatakan apapun. Bahkan dia menunjukkan sedikit simpati. Dan saat itulah, hubungan kami juga berkembang, bukan sekadar atasan dan bawahan, tapi naik tingkat menjadi pertemanan.

Livvy lalu mulai memilih teman kencan untukku, mencari-cari calon yang cocok yang kira-kira memenuhi persyaratanku. Harus kuakui, Livvy memiliki selera yang lebih baik dibandingkan denganku. Semua wanita yang dipilihnya cantik, baik, rendah hati, juga cerdas, tapi sayangnya, tidak ada satupun yang menarik minatku dan membuatku ingin menikahi mereka. Saat itu, aku benar-benar putus asa...

"Apa kau juga akan berganti pakaian?"

Pertanyaan itu menyentakku kembali ke masa sekarang. Aku tersenyum menatap wanita itu, mataku memancarkan sinar geli. "Hanya kalau kau tidak melihatnya," godaku.

Tawa renyah wanita itu pecah. "Oh, tidak, tidak. Kalau kau boleh melihatnya, maka itu berarti aku juga boleh melihatnya."

"Really? Oke, ingat, kau yang memintanya," ujarku sambil berdiri.

Aku lalu berjalan ke lorong pesawat dan berhenti di hadapannya, berjarak tapi cukup dekat sehingga Livvy tidak akan ketinggalan satupun detailnya. Sebelum memulai pertunjukan stripetease itu, aku bahkan menyetel musik yang cocok. Lalu aku mulai melepaskan jasku, diikuti dasi, kemejaku sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Ketika aku menarik kemeja itu lepas dari tubuhku, Livvy tertawa sambil menutup wajahnya.

"You are crazy, Treyton!"

"Kita bahkan belum sampai ke bagian terbaiknya," ucapku lalu menurunkan risleting celanaku dan menanggalkannya, lalu menendang celana itu ke tepi kursi. "You can come and inspect your husband's body, Babe."

Livvy menurunkan tangannya dari wajah dan tertawa begitu keras sampai wajahnya memerah. "Lihatlah dirimu, kau konyol!"

Tawa wanita itu menular dan aku sempat berpikir bahwa mungkin pengaturan pernikahan kami yang tidak biasa ini sepertinya tidaklah seburuk yang aku bayangkan. Maybe it could even be better than I imagined.

The Billionaire's Marriage AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang