Happy reading, semoga suka.
EBook sudah available di Karyakarsa dan Playstore ya.
Enjoy my new story on Karyakarsa too
Adult romance ya
Enjoy
Luv,
Carmen________________________________________
“Livvy… I am home!”
Aku setengah berteriak ketika memasuki rumah kami dan terdengar suara wanita itu menjawab.
“Aku di sini!”
Aku langsung tersenyum ketika mendengar suara wanita itu. Rumah bergaya modern seluas 500 meter persegi itu dirancang dan dibangun oleh arsitek terkenal lima tahun lalu dan memiliki semua fasilitas modern yang diimpikan setiap orang. Aku menyukai gaya bangunannya, bagasinya yang besar dan luas, desain interiornya yang berkonsep minimalis modern, dinding-dinding kaca tinggi, kolam renang yang luas, halaman yang luas dan hijau dan dari segala sudut, rumah itu sempurna, tak bercela. Tapi aku selalu merasa ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang hilang. Baru kemudian aku menyadarinya, sesuatu yang hilang itu adalah sentuhan feminim wanita dan wanita yang kumaksud adalah wanita yang barusan menjawab sapaanku.
Livvy Feyrer.
Istriku.
Lebih tepatnya, istri kontrakku.
Pernikahan kami sudah berjalan kira-kira enam bulan lebih dan harus kuakui kalau hubungan kami berjalan sangat baik. Kecuali ‘sedikit kecelakaan kecil’ di malam pengantin kami, aku dan Livvy tetap sepakat untuk memegang kesepakatan perjanjian pernikahan kami setelahnya. Bukan aku yang bersikeras, Livvy sebenarnya. Tapi aku tidak membantah. Sesuai perjanjian, kami juga tidur di kamar yang terpisah. Kecuali tentu saja, jika kami terpaksa harus sekamar, misalnya ketika menerima tamu, atau menjadi tamu, atau ketika bepergian. Dan sejujurnya, itu adalah siksaan untukku. Ketika kami harus tidur bersama, aku harus berusaha sangat keras menjaga tanganku agar tidak merayap ke mana-mana.
Ketika kami terpaksa harus tidur bersama, well, kami melakukan apa yang kami bisa untuk menghindari godaan. Seperti misalnya, aku akan mengenakan baju dan celana piyama panjang, sesuatu yang sebenarnya tidak biasa kulakukan dan Livvy juga demikian, wanita itu akan mengenakan piyama yang tidak kalah panjangnya dariku. Kami tidak berani tidur berdekatan, tidak berani saling menyentuh ataupun berbicara dan biasanya suasanya sangat menyiksa dan awkward. Pernah suatu ketika, saat sudah benar-benar putus asa, aku menaruh dua bantal di antara kami untuk menjadi pemisah. Ya, memang konyol jika diingat-ingat lagi, tapi aku sudah menyetujui perjanjian kami dan aku harus memaksa diriku sendiri menepatinya. Tidak boleh ada kesalahan lagi, begitu kata Livvy. Kesalahan? Jadi apakah kebersamaan kami malam itu adalah kesalahan?
Kesalahan ya… entah kenapa aku tidak begitu menyukai cara Livvy menyimpulkan malam itu. Bagiku itu bukanlah satu kesalahan, tapi mungkin bisa disebut sebagai kenangan yang sangat menyenangkan. Sebenarnya ada satu fakta menarik, tentu saja sebagai pria aku sebenarnya juga memiliki kebutuhan biologis, tapi percaya atau tidak, sudah enam bulan lebih aku tak sekalipun menyentuh wanita lain. Aku tidak pernah sekalipun mengajak seorang wanita ke tempat tidurku setelah aku menikah dengan Livvy. Itu adalah rekor terlamaku, kalau boleh kutambahkan. Sebenarnya aku memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya jika aku menginginkannya, aku bahkan sempat memikirkannya tapi entah kenapa, aku tidak bisa melakukannya. Kenangan bersama Livvy di malam itu selalu menghentikanku setiap kali aku berpikir untuk melepaskan kebutuhanku dengan wanita lain. Aku tidak bisa menjelaskan alasannya, tapi itulah yang terjadi. Kupikir menyebalkan karena Livvy jelas tak memiliki pemikiran serupa dengan diriku. Sementara bagiku itu adalah kenangan yang sangat menyenangkan, tapi bagi Livvy rupanya aku tidak lebih dari sebuah kesalahan.
Kau memang menyedihkan, Treyton.
Tapi apapun itu, aku senang memiliki Livvy di sini, di rumahku, dekat denganku di mana aku bisa melihatnya dan membiarkan kenangan malam itu menjelma lebih nyata dengan menatap wajahnya.
Menikah dengan Livvy juga mengubah banyak aspek dalam pekerjaanku. Kalau tadinya dia berhasil membuatku hidup selibat begitu lama, maka setelah pernikahan kami, aku juga harus kehilangan dirinya sebagai asistenku yang sigap dan cakap. Kali ini, aku mempekerjakan seorang asisten pria dan walaupun harus kuakui kalau dia kompeten dan efisien, tapi dia tidak akan pernah bisa menggantikan Livvy. Kalau dengan Livvy, aku bisa dengan tenang memberikan tugas apapun padanya dan tahu dia akan menyelesaikannya. Tapi kalau dengan Mike, berbeda lagi. Pria itu selalu saja bertanya tentang bagaimana dan apa yang seharusnya dia lakukan. Ketika aku menceritakannya pada Livvy, wanita itu hanya tertawa geli. kukatakan padanya, aku mungkin harus mempekerjakan satu asisten tambahan hanya supaya mereka berdua bisa menyelesaikan semua yang biasa dilakukan Livvy sendirian. Baru pada saat itu aku sadar, betapa beruntungnya aku selama ini karena memiliki Livvy. Itu membuatku lebih… menyayangi wanita itu, kurasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Marriage Agreement
RomanceAdult Romance 21+ Belum ada sinopnya, udah ada baru diupdate ya, kalau tertarik baca saja langsung.