Happy reading, semoga suka. Dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman2 Muslim.
EBook lengkap sudah available di Playstore dan Karyakarsa ya.
Part per part juga sudah diupdate tamat di KK ya.
Ada new story di Karyakarsa, but ratingnya romance erotica ya. Kalau sesuai dan suka, silakan berkunjung.
Enjoy
Luv,
Carmen_________________________________________
Sesampai di NYC, aku akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di Zimmerman Holdings dan itu adalah jenis pekerjaan yang aku cari. Aku bisa fokus total pada pekerjaanku sementara memulihkan hati dan hidupku yang berantakan akibat ulah Chris. Aku juga berharap karirku di sini akan menanjak naik, dari asisten pribadi seorang wakil Presiden dan CEO, mugkin aku bisa mendapatkan promosi jabatan yang lebih menjanjikan, dengan gaji lebih baik, jam kerja lebih singkat, posisi yang mungkin berhubungan dengan operasional perusahaan, yang cocok dengan gelar bisnis administrasi yang kusandang. Tapi lama-lama aku juga menikmati pekerjaanku sebagai asisten pribadi pria itu dan bekerja di dekatnya membuatku mempelajari banyak hal baru, terutama cara mengendalikan perusaahaan sebesar ini, hal-hal yang tak mungkin kudapatkan jika aku bekerja di level eksekutif biasa. Dan walaupun pekerjaan ini memiliki jam kerja panjang dan tak terbatas dan aku terkadang harus kocar kacir memenuhi perintah-perintah sepele Treyton, tapi pria itu selalu memperlakukanku dengan baik dan penuh hormat. Sebagai atasan, pria itu juga tidak pelit, aku bahkan mendapatkan bonus yang lumayan di akhir tahun pertama aku bekerja dengannya. Tapi tentu saja, aku tak pernah berpikir bahwa aku akan berakhir dengan menjadi istri pria itu, datang berbulan madu di suite semewah ini yang biasanya tidak akan pernah bisa kudatangi. Hey, who can guess life, right?
"Nice suite," pujiku sambil berkeliling.
Sebenarnya bagus saja tidak cukup untuk mendeskripsikan kamar ini. Suite ini didekorasi dengan warna pastel lembut, memiliki ruang tamu yang dilengkapi sofa kulit dan meja juga layar televisi yang besar. Di seberangnya, jendela-jendela tinggi menghadap ke teluk dan pintu balkon mengarah pada lautan biru serta pemandangan pantainya yang bersih dan indah. Ada dua kamar tidur yang masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi dalam yang luas. Bayangkan saja, kamar mandi suite itu bahkan jauh lebih besar dari kamar tidurku di apartemen dan klosetnya juga lebih besar dari lemari pakaianku.
"Ya, tidak buruk, tapi jika aku membeli tempat ini, aku akan merenovasi beberapa bagiannya, yang pertama layar televisi itu terlalu kecil untuk ukuran suite semewah ini." Aku memutar bola mataku sambil mengikutinya menuju kamar yang akan menjadi kamarku. Dia lalu membuka lemari pakaian dan mengerut tak setuju saat menatap pakaianku yang sudah digantungkan oleh housekeeper. "Kita harus melakukan sesuatu dengan isi lemarimu ini."
"Memangnya ada yang salah dengan pakaian-pakaianku?"
"Tidak ada, tapi tidak cocok untuk istriku," jawabnya.
"Kau tidak pernah mengkomplain tentang cara berpakaianku sebelumnya," protesku agak tersinggung.
Pria itu berdecak. "Itu sebelum kau menjadi Nyonya Treyton Zimmerman, Livvy."
Aku menahan diri untuk tidak berargumen balik. Oke, Tretyon ada benarnya. Jika aku ingin memainkan peranku dengan baik, aku juga harus tampil meyakinkan sesuai dengan peran yang kujalani. "Oke," gumamku kemudian, walau aku tak senang harus mengakui bahwa dia benar. Menurutku, gaya berpakaianku oke-oke saja.
Treyton tersenyum puas. "Oke, besok kita bisa melakukan sesuatu, berbelanja pakaian-pakaian baru untukmu, mungkin. Tapi sekarang aku kelaparan."
"Aku akan menelepon layanan kamar sekarang," responku sigap sambil melangkah.
"Livvy..." panggilan pria itu menghentikanku.
"Yes, Sir?" Aku berbalik badan menatapnya.
Dia menatapku dan aku merasa gelisah di bawah tatapannya. Responku itu otomatis, karena terbiasa tapi aku tahu aku sudah membuat kesalahan.
"Yes, Sir?' ulang pria itu sambil tersenyum tipis. Dia masih menatapku sambil melanjutkan ucapannya. "Livvy, kau harus lebih santai. Kau masih terlihat dan bersikap seperti asistenku."
I know, right?
Aku melihatnya berjalan mendekatiku, lalu meletakkan satu tangannya lembut di lenganku. "Hey, ingat, kita sudah menikah, Livvy. Kau harus mulai berakting seperti istriku atau pengaturan ini tidak akan berhasil, oke?"
Aku mengangguk. "Aku sedang mencobanya, Treyton. Aku benar-benar berusaha."
Dia menggosok lenganku lembut dan rasanya sangat menyenangkan. "Aku tahu kau berusaha sebaik mungkin. Dan aku juga tahu ini tidak mudah bagimu, aku menyeretmu ke dalam masalahku dan aku selamanya berutang budi padamu atas semua yang kau lakukan untukku. Tapi kau bukan lagi asistenku, kau harus ingat itu."
"Aku cuma berkata kalau aku akan memanggil layanan kamar."
Pria itu tersenyum. "Aku tahu. Bukan apa yang kau ucapkan, tapi bagaimana kau melakukannya. Kau berkata seolah-olah aku sedang memberimu perintah. Jika kau terus seperti ini, Grandfather pasti akan curiga."
"Ma... maafkan aku," bisikku sambil menundukkan kepala, merasa... entahlah.
"Jangan konyol." Pria itu lalu mengangkat daguku dengan jemarinya agar kami bisa bertatapan. "Kau tidak perlu meminta maaf, Livvy. Kita pasti bisa melaluinya, hanya saja... aku ingin, kau tahu... aku ingin kau lebih santai. Kau... kau selalu terlihat tegang."
Aku memaksakan senyum kecil. "Aku tidak benar-benar tahu caranya."
Pria itu terkekeh. "Itu adalah sesuatu yang bisa kita perbaiki bersama, jangan khawatirkan hal kecil itu." Lalu Tretyon menjauhkan tangannya dari lenganku dan aku merasa... aku merasa lega sekaligus juga kecewa. Tolol, bukan?
"Oke, bagaimana kalau begini?" tanyaku kemudian sambil melonggarkan tenggorokan lalu menaikkan suaraku agar terdengar sedikit melengking dan manja. "Apakah kau ingin aku menelepon layanan kamar dan memesan makanan untukmu, Sayang?"
Kata-kata itu berhasil membuat Treyton tertawa kecil. "Terima kasih, Sayang. That would be lovely."
Aku mengernyitkan hidung padanya lalu berbalik menuju telepon di atas nakas. Ada daftar menu yang diletakkan di sampingnya. Aku mengambil dan membacanya. Aku tahu semua makanan kesukaan Tretyon, juga semua makanan yang tidak disukainya, jadi aku tidak perlu lagi bertanya padanya. Aku mengangkat telepon lalu membuang napas pelan sebelum mulai menekan nomor layanan kamar. Sungguh, menjadi Nyonya Treyton Zimmerman mungkin akan menjadi pekerjaan paling sulit yang pernah kulakoni.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Marriage Agreement
Roman d'amourAdult Romance 21+ Belum ada sinopnya, udah ada baru diupdate ya, kalau tertarik baca saja langsung.