Alergi

21 19 29
                                    

Hari senin waktunya para pelajar dan pekerja untuk kembali ke aktifitas awal setelah libur seharian, seperti Rangga Putra Aditya salah satu pelajar di sma negri taruna bangsa yang baru saja turun dari angkutan umum di dekat sekolahnya dan berlari ke arah pagar sekolahnya yang akan segera di tutup karena bel masuk segera berbunyi. Rangga sampai dengan keadaan baju berantakan dan tubuh yang berkeringat karena berlari, satpam sekolah yang sudah biasa melihat Rangga terlambat hanya bisa menggeleng pelan.

“susah cari angkutan umum kosong lagi?” Tanya satpam sekolah yang sudah hafal dengan alasan Rangga jika terlambat

“pak kumis tau aja, Rangga jadi terharu” Satpam sekolah hanya bisa terkekeh pelan melihat Rangga yang menjawab sambil tersenyum jenaka

“yaudah sana kamu masuk, sebelum ada guru piket yang keliling”

“terimakasih pak kumis, Rangga janji nanti traktir kopi di kantin deh. Rangga janji deh”

“terserah kamu, udah cepetan sana. Bapak mau tutup gerbang dulu sebelum banyak murid terlambat kaya kamu yang dateng lagi”

“siap pak, Rangga ke kelas dulu ya”

Rangga berlari kearah kelas 12 ips 1, untung sahabat sehidup sematinya masih mau menunggu di kelas sampai Rangga datang. Sahabat Rangga bernama Arsean anak dari keluarga yang cukup terkenal karena usahanya yang besar, Rangga menuju bangkunya yang ada di ujung belakang dekat dengan jendela. Rangga meletakkan tas dan mengambil topi juga dasi yang belum terpasang di lehernya, Arsean yang melihat kebiasaan sahabatnya belum berubah juga hanya bisa menghela nafas kecil dan menarik tangan sahabatnya itu ke lapangan segera. Rangga yang belum siap hampir terjatuh jika tubuhnya tidak di tahan oleh Arsean, sepanjang jalan menuju lapangan Rangga tidak berhenti mengumpati sahabatnya itu. Yang jelas tidak di dengarkan oleh Arsean karena sudah biasa mendengar sahabat nya sedari smp dulu  mengumpatinya, sampai lapangan Rangga dan Arsean langsung masuk ke dalam barisan kelasnya.

“Rang, lo ga cape gitu ngoceh mulu dari kelas sampe lapangan?” ingin sekali rasanya Arsean menjahit bibir teman cerewetnya yang dari tadi menanyakan hal random dan berakhir dengan di jawab olehnya sendiri

“wahai sahabat nyolong mangga di depan ruang guru, asal anda tau wahai sahabat. Saya begini karena anda yang menarik saya seperti bulldozer proyek tol”

“mulai deh, lupa minum obat lagi kan lo pasti, ngomong biasa aja kali gausah alay begitu”

“hati moengil ku tersakiti mas”

Arsean hanya mentap datar Rangga sebelum menarik dasi nya sampai Rangga tercekik, Rangga langsung melepaskan dasi nya dan balas menarik dasi Arsean. Mereka tidak menyadari kehadiran guru piket yang berjaga di belakang barisan menghampiri mereka, guru piket langsung menarik telinga Rangga dan Arsean cukup kuat sampai mereka meminta ampun. Mereka di bawa ke depan dekat dengan tiang bendera sambil memohon pada guru piket untuk melepaskan jewerannya karena sakit dan malu di lihat oleh teman teman seangkatannya, sebagai hukuman mereka harus hormat kearah bendera selama upacara selesai dan setelah upacara selesai mereka harus ke ruang bimbingan konseling untuk menulis laporan pertanggungjawaban mereka. Hari senin ini cukup terik tanpa awan yang membuat hukuman guru piket untuk mereka terasa semakin berat, setelah menghabiskan waktu kurang lebih 1 setengah jam akhirnya upacara selesai.

Rangga yang tidak kuat ingin segera berlari ke kantin tapi gagal saat sahabat baiknya menarik kerah baju bagian belakang Rangga untuk segera menuju ruang Bk. Sama seperti saat menuju lapangan Rangga kembali mengumpati Arsean yang tidak bisa di ajak kerjasama, Arsean tetap tidak memperdulikan sahabatnya yang kembali mengumpatinya dengan macam macam isi kebun binatang.
Sampai di ruang Bk Rangga dan Arsen duduk di depan guru piket yang tadi menghukum mereka saat upacara, guru itu mengambil buku ketertiban mereka dan memerintahkan 2 sahabat itu untuk menulis kesalahan mereka tadi. Setelah mencatat kesalahan mereka lalu guru Bk meminta buku ketertiban mereka kembali dan menghitung jumlah poin mereka selama menjadi siswa di sekolah ini.

Selesai menghitung semua poin mereka, guru Bk melepaskan kacamatanya dan menghela nafas kecil, sambil melihat ke 2 muridnya yang cukup terkenal di kalangan para guru karena kepintaran mereka. Guru Bk mengambil 2 formulir universitas dan beasiswa dari laci meja nya dan memberikan kepada Rangga dan Arsean, melihat mereka kebingungan akhirnya guru Bk pun menjelaskan maksudnya

“ini formulir untuk masuk ke universitas unggulan yang kalian mau dan ini formulir beasiswanya” Rangga menatap tidak percaya bisa mendapatkan formulir itu berbeda dengan Arsean yang hanya diam melihat formulir di depannya

“ini beneran pak? Bapak ga ngeprank saya kan ini? Ini beneran saya bisa dapet beasiswa di UI?” Tanya Rangga dengan hebohnya bahkan hampir berterian jika Arsean tidak mencubit kecil pahanya

“Rangga jaga sikap kamu, kita lagi di ruang Bk ini. Maaf ya pak emang Rangga hari ini kurang minum obatnya, mangkanya jadi kaya orang utan lepas kandang” ingat Arsean kepada sahabat dari zaman putih biru nya

“Aduh, ga usah di cubit juga dong kaya emak emak aja. Wajar namanya juga orang seneng, guru juga pasti ngerti lah. Oh iya pak kita udah boleh balik ke kelas belum ini?” omel Rangga sambil mengusap bekas cubitan di paha nya

“iya boleh tapi inget ya, langsung kembali ke kelas jangan ke kantin. Untuk formulirnya bapak tunggu di minggu ini”

“siap pak, kita pamit dulu ya” pamit Rangga sambil mengangkat tangan membuat pose hormat kearah guru di depannya, membuat tawa pelan sang guru yang merasa terhibur dengan kelakuan muridnya

Baru mereka keluar ruangan bk dalam beberapa langkah, Rangga mulai bersin bersin dan membuat pernafasannya sedikit terganggu. Arsean yang memang tau jika Rangga alergi dengan serbuk bunga langsung melihat kearah sekitarnya, benar saja Arsean melihat seorang wanita yang menggunakan seragam sekolah lain berjalan kearah ruang Bk membawa buket bunga berukuran sedang. Sean langsung menarik Rangga menuju UKS untuk segera di obati, penjaga UKS yang berjaga langsung membantu Sean untuk membawa Rangga dan di tidurkan di atas brankar kosong. Penjaga UKS yang melihat Rangga yang kesusahan bernafas, langsung mengambil tabung oksigen darurat di laci bawah obat dan memasangkannya pada Rangga.

“Rangga dengar saya, tenang……. Hirup oksigen 3 kali sedalam mungkin”

Rangga mencoba untuk tenang dan mengikuti arahan penjaga UKS dengan Arsean yang juga mencoba untuk  menenangkan Rangga. Setelah tenang dan bernafas dengan benar, penjaga UKS meminta Arsean untuk kembali ke kelasnya tanpa Rangga. Tetapi Rangga menolak dengan alasan harus belajar demi beasiswanya dan ikut kembali ke kelas mengikuti pelajaran seperti biasa, siapapun tidak akan bisa menghalangi Rangga jika dia sudah bertekad tentang sesuatu

……………

AccismusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang