Doubt

118 16 0
                                    


Yeonjun mengunyah makanannya sembari memperhatikan Hyein yang lahap menyuap berbagai menu yang dipesan.

Meja mereka nyaris penuh. Hyein tidak bercanda ketika menanyakan ia punya uang atau tidak. Gadis kaya raya ini benar-benar memesan banyak makanan.

Meloloskan kekehan, ia merasa gemas dan takjub bersamaan.

Hyein yang menyadari tengah menjadi objek tatapan netra Yeonjun menelan makanannya kasar. "Kenapa ketawa..? Kamu mau ngejek aku rakus..?".

Yeonjun pun menelan makanan yang belum halus secara paksa setelah mendengar pertanyaan Hyein yang tampaknya mau berubah mood.

"Enggak. Sensitif banget..".

" Terus kenapa ketawa..?".

"Gak apa-apa, lucu aja liat kamu ngunyah cepet kayak gitu..".

" Kamu mau bilang aku rakus, kan..?". Tuduh Hyein lagi.

"Astaga.. enggak. Pipi kamu terlihat lucu aja kalau penuh sama makanan..".

Melihat Yeonjun yang nampak biasa saja, seolah tidak terjadi sesuatu yang berat membuat kerutan di kening Hyein tercipta.

Yeonjun menangkap perubahan itu.

" Kenapa berkerut gitu..? Kamu penasaran tentang sesuatu..?". Mempersilahkan Hyein untuk bertanya.

Hyein mengangguk, menyuap makanan, mengunyah, menelan lalu meneguk airnya. Menaruh sumpit di wadah keramik kecil yang tersedia.

"Kamu kok biasa aja sih..?".

"Aku gak paham maksud kamu..". Menyuapkan lembar daging tipis yang sudah dipanggang ke dalam mulutnya.

"Kok gak ada sedih-sedihnya..?".

"Harus sedih kenapa..?".

"Baru putus dari Jiwoo..".

" Kan udah dibilang, aku sedih. Tapi gak harus berlarut kan. Materi ujian tiruan udah bikin kepala pusing, gak mau nambah pusing lagi hanya karena putus cinta..".

"Gampang banget bilangnya..". Hyein mengalit sumpitnya lagi.

" Ya emang gini faktanya..".

"Siapa yang mutusin duluan..?". Sungguh, Hyein benar-benar penasaran.

"Aku. Kenapa..?".

"Jiwoo nerima gitu aja pas diputusin kamu..?".

"Enggak sih, dia nangis, mohon-mohon biar kita gak putus..".

"Kamu gak luluh waktu dia nangis dan mohon-mohon..?".

"Hampir luluh, tapi untungnya enggak karena aku inget kamu..".

Hyein menudingkan jari telunjuk pada dirinya sendiri. "Kenapa aku..?".

" Ya aku kan mutusi  Jiwoo karena milih kamu, jadi waktu Jiwoo nangis dan minta aku tetep tinggal ya aku langsung inget kalau ada kamu yang nunggu aku..".

Oh sialan mulutnya Yeonjun memang buaya.

Untung saja Hyein memiliki pertahanan yang kuat sehingga makanan yang dikunyahnya tidak muntah.

"Stop..! Aku gak mau makanan yang aku telan keluar lagi..".

Yeonjun seketika terbahak mendengarnya. Dan tawa Yeonjun yang lepas membuat lelaki itu begitu tampan di mata Hyein.

" Aku serius..".

"Terserah kamu ajalah. Player kayak kamy pasti udah punya banyak banget kosakata buat gombalin cewek..".

"Iya emang punya banyak, tapi khusus buat gombalin kamu..".

Hyein kehabisan kata untuk menanggapi ocehan Yeonjun.

"Bentar lagi aku lulus. Menurut kamu aku harus ambil jurusan apa..?". Yeonjun mengubah topik.

"Kenapa nanya aku..? Kamu yang paling tau apa yang kamu inginkan..".

Yeonjun mengedikkan bahu. "Kayaknya aku kehilangan hak untuk memilih jurusan yang aku mau..".

" Karena kamu penerus perusahaan..".

"Hm.. kau tau itu..".

"Jadi anak orang kaya emang ada sisi yang membuat kita sangat bosan..".

" Kau benar. Tapi aku bersyukur di bagian perjodohan kita..".

Hyein terbatuk keras karena tersedak makanannya sendiri setelah mendengar pernyataan Yeonjun.

Yeonjun sigap menyodorkan air lalu bangkit menuju Hyein sembari menepuk-nepuk punggung atas gadis tersebut.

"Pelan-pelan dong, Hyein..! Gak ada yang bakal ngambil makanan kamu..".

"Aku..". Hyein mengambil nafas lalu menghembuskan setelah meminum air secukupnya. " Aku udah kenyang, mau pulang..". Ucapnya yang tersampai sedikit manja di telinga Yeonjun.

Yeonjun menarik dua sudut bibir mendengarnya.

Calon tunangannya ternyata masih sangat bocah.

"Mau langsung pulang..? Gak mau nonton dulu..?".

Hyein melambaikan tangan. "Besok ada kuis, aku baru inget, dan harus belajar..".

"Oke, tuan puteri harus pulang sekarang karena harus belajar. Tapi besok aku jemput buat berangkat sekolah bareng..".

"Gak usah, aku ga____".

" Gak nerima penolakan. Besok pagi aku ke rumah kamu buat jemput..".

Hyein menurut saat Yeonjun menggandeng tangannya ketika keluar dari restoran.

Sebenarnya ia cukup bingung dengan perubahan sikap Yeonjun yang drastis.

Di awal sepertinya Yeonjun sangat menolak keras saat ia menyuruh lelaki itu untuk putus hubungan cinta dengan Jiwoo.

Tapi kenapa di hari-hari berikutnya seolah sangat mudah lelaki itu melakukannya?

Entahlah. Hyein tidak mau memikirkannya sekarang.

To be continue
.
.
.

DITTO (Yeonjun X Hyein)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang