Chapter 16

36.5K 4.3K 170
                                    

Votmen jusseyoo~

Votmen jusseyoo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Eum hiks ugh hiks hiks

Suara isakan tertahan mulai terdengar oleh telinga Ravendra, pria itu kini sedang menatap putra bungsunya yang berada di sudut kamarnya.

Kedua tangan pendeknya terangkat keatas dalam keadaan berlutut. Sesekali tangan pendek itu akan ia turunkan sebelum deheman Ravendra membuat ia mengangkat tangannya kembali.

"Ugh hiks d Daddy tangannya pegal" keluhnya menurunkan tangannya.

"Siapa yang suruh turunin tangannya?", Mendengar itu Eza kembali mengangkat tangannya keatas dengan air mata yang semakin deras mengalir dipipi bulatnya.

"Kenapa nangis?" Eza menahan isakannya.

"Hik e Eza maaf hiks Eza tidak akan ulangi lagi".

Ravendra bergeming sedikitpun dari tempatnya, menatap pada wajah putranya yang sudah memerah sampai leher.

Sebenarnya dia tidak pernah ingin menghukum putranya tapi saat mendengar dari Jazian bahwa Eza mengumpat dia langsung menghilangkan pikirannya itu.

Hiks hiks ugh

Ravendra menghela nafas dalam sebelum mendekat kearah putranya dan membawanya kedalam gendongan koalanya.

"Sudah berhenti menangis hmm" Ravendra menghapus lelehan air mata dipipi bulat Farelza sesekali mengusap dada anaknya yang terlihat kesulitan bernafas karena menangis.

"Hiks hiks e Eza minta maaf hiks eza salah hiks hu hu" tangan kecil itu mencengkram erat pakaian Ravendra.

"Iya Daddy maafin, tapi ingat! Adek nggak boleh ngomong kasar lagi. Kalau Daddy denger, Daddy bakalan kasih hukuman lebih berat dari ini" Eza mengangguk patuh sebelum menyembunyikan wajahnya diceruk leher Ravendra.

Ceklek

"Dad?" Eliza menyembulkan kepalanya mencari keberadaan Ravendra.

"Ada apa" eliza tersenyum mendekati Ravendra dan memeluk tubuh tegap itu sesekali mencolek pipi Eza yang menyembul akibat tertekan oleh bahu Daddy nya.

"Nothing" Ravendra tersenyum, dia mengelus rambut halus Eliza yang masih memeluknya.

"Where is you brother?".

"out with his friends" jawabnya. Tangan gadis itu masih terus mencolek pipi Farelza membuat sang empu mengerang kesal.

"Aa~ jangan ganggu hiks" rengeknya.

Tangan kecil itu berusaha menghalau tangan Eliza yang masih memainkan pipi bulatnya.

"Hiks kakak~ jangan ganggu!!" Farelza bergerak rusuh digendongan Ravendra membuat pria paruh baya itu kesulitan menahannya.

Adik Kesayangan Antagonis (Pre-Order!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang