Minggu pagi ini kondisi rumah sedikit ramai karena kedatangan teman-teman Lisa di masa sekolah, mungkin mereka mengadakan reuni kecil-kecilan, Hendra juga sedang ada dirumah untuk sekedar bermain dengan anak semata wayangnya karena sudah beberapa minggu ini Hendra begitu sibuk dengan pekerjaan nya dan tak jarang juga Hendra meninggalkan Harshi bekerja keluar kota.
Untuk perkembangan mental dan juga fisiknya semakin hari semakin membaik, Harshi sudah tidak terlalu takut bertemu dengan orang baru namun agaknya Harshi masih sedikit sensitif dengan suara-suara keras, jika mendengar nada tinggi di televisi saja anak itu pasti akan menangis karena Harshi mengira bahwa ia sedang di marahi.
Perlahan kondisi fisiknya mulai membaik, Harshi sudah bisa berjalan meskipun itu hanya beberapa menit, setidaknya kata dokter pertumbuhan Harshi termasuk pesat untuk anak istimewa yang memiliki trauma mendalam.
Kasih sayang dan rasa cinta dari orang-orang yang ada di sekitarnya benar-benar Harshi rasakan, Harshi tumbuh menjadi anak yang sering tersenyum dan tak jarang sekali menangis.
Lisa begitu bahagia dengan perubahan pesat dari anaknya itu.
Seperti saat ini Harshi sedang ada dibelakang rumah dimana banyak sekali bunga yang lisa tanam, ada beberapa bunga yang Harshi sukai seperti mawar putih, tampak begitu indah dimatanya.
"Pa.. nih tuk pa"
(Pa ini untuk papa)Hendra tertawa kecil melihat anaknya yang memberikan satu tangkai bunga mawar putih,
"Untuk papa, hm?"
Harshi mengangguk dengan senang hati, senyum tak juga luntur dari wajah indahnya.
"Ni tuk Nda... Syi.. say.. ang nda!"
(Ini untuk Bunda, Harshi sayang Bunda!)"Harshi ingin memberikan bunga pada Bunda?"
"Mau! Yuuu syi mau ka.. sih nga tuk Nda!"
(Mau! Yuuu Harshi mau kasih bunga untuk Bunda)Dengan hati-hati Hendra mendorong kursi roda anaknya, Hendra selalu memperlakukan Harshi seperti berlian yang harus hati-hati saat menggenggamnya.
Dari arah dapur mereka dapat mendengar bahwa ada suara tawa dan para wanita yang sedang mengobrol, Hendra terdiam sejenak melihat kearah Harshi takut jika anaknya tak nyaman dengan suara keras namun sepertinya Harshi begitu antusias sampai senyum yang ada di wajah anak tunggalnya tak juga luntur.
Hendra kembali mendorong kursi roda itu menuju ruang tamu dimana para teman istri nya sedang berkumpul.
"NDA!"
Teriak Harshi yang langsung membuatnya menjadi pusat perhatian, Lisa menyambut kedatangan Harshi dengan hati bahagia.
"Ni tuk nda... syi sa.. yang nda!"
(Ini untuk Bunda, Harshi sayang bunda!)Lisa mencium pipi anaknya gemas
"Terimakasih sayang, bunda juga sayang Harshi"
Harshi terkikik geli saat lisa terus memberikan ciuman bertubi-tubi di wajahnya, anak itu tergelak lucu berusaha menghindari bibir lisa yang terus melayangkan kecupan di pipinya.
"Lisa dia anak kamu?"
Lisa menoleh dan mengangguk kecil
"Iya, dia anak tunggal ku, namanya Harshi Bagaskara, Harshi berikan salam pada teman-teman bunda nak"
Harshi sedikit menunduk untuk memberikan hormat "Alo... ma syi... Hasyi"
(Hallo nama Shi, Harshi)Namun Harshi tak mendapatkan salam balik, mereka malah menatap Harshi dengan tatapan meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI TAWA
Teen Fiction"Setiap orang punya lukanya sendiri Ru, tapi gak semua bisa bertahan sekuat kamu" •Bxb ----------------- -1000% cerita fiksi, Fiksi atau cerkan adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi-dengan kata lain, tidak secara ketat...