Sudah hampir 2 minggu Harshi menetap dikediaman keluarga Bagaskara, dan selama itu juga Lisa sering mengajak anaknya bermain, belajar dan mengajarkan Harshi berjalan meski hanya beberapa langkah.
Lisa benar-benar merasa seperti mengurus anak kecil, melatih mental sang anak memang bukan hal mudah, Lisa harus banyak-banyak bersabar karena Harshi tak bisa sedikitpun mendapatkan bentakan, jika mendengar barang yang jatuh saja anak itu bisa menangis ketakutan.
Tapi untunglah sejauh ini perkembangan Harshi cukup cepat, karena Harshi juga bisa berbicara sedikit lebih baik meskipun ada beberapa kata yang masih terbata.
Lisa juga sebenarnya tidak mengerti kejadian apa yang menimpa putranya di masalalu sampai sama Harshi tak bisa berbicara normal, tapi beberapa kali Harshi pernah berkata bahwa Dia tak pernah mengijinkan nya untuk bicara dan melakukan setiap aktivitas normal.
Mungkin karena rasa takut yang berlebihan itulah yang membuat mental Harshi terguncang hebat, dan Lisa yakin bahwa Dia mengurung Harshi dalam waktu yang cukup lama.
"Sini sayang, ayo pelan-pelan jalannya"
Lisa berdiri dari jarak 2 meter Harshi belajar berjalan dengan Justin yang menuntun anaknya dan sang suami yang ikut berjalan pelan di samping sang anak jika sewaktu-waktu Harshi oleng kembali.
Perlahan Justin melepaskan pegangan tangannya membuat Harshi seketika panik
"Ju... jangan.. Syi.. tuh!"
(Ju jangan Harshi jatuh!)"Hasyi tenang ya? Pelan-pelan"
"Anak bunda hebat, lihat ini Bunda punya hadiah"
Harshi menetap kearah Bundanya, namun bukan Lisa yang ia lihat melainkan satu kotak coklat yang membuat mata Harshi seketika berbinar
"Syi mu Nda! Syi.. mau"
(Harshi mau Bunda! Harshi mau!)Kedua tangan mungilnya berusaha menggapai satu kotak coklat yang ada ditangan Lisa, namun itu sulit karena jarak mereka masih cukup jauh, maka dengan berusaha sekeras mungkin Harshi berjalan sedikit demi sedikit meskipun tertatih dan sedikit oleng.
Justin tertawa gemas melihat Harshi yang kini tampak antusias padahal tadi saat genggaman tangannya dilepas oleh Justin mata Harshi sudah berkaca-kaca siap untuk menangis. Namun saat melihat makanan kesukaan nya mood Harshi kembali membaik.
"Ayo Harshi pasti bisa, nanti Papa belikan boneka Shincan" Hendra yang ada disamping anaknya pun ikut menyemangati
"Chan? Syi mu.. Pa syi mau!"
(Shincan? Harshi mau pa Harshi mau!)Melangkah dengan perlahan dibantu sesekali oleh Justin, Harshi dapat sampai ditempat sang Bunda berdiri, sebenarnya Lisa yang sedikit berjalan maju ia sudah tak tega melihat Harshi yang sesekali meringis namun karena iming-iming dari boneka dan coklat Harshi tak pantang menyerah, jika tidak ada iming-iming mungkin anak itu sudah menangis.
"Anak Bunda pintar" Lisa mendudukan Harshi di kursi ruang tengah, tangan Harshi langsung mengambil kotak coklat yang ada di tangan Bunda nya
"Tapi jangan dimakan semua ya?"
"Yahh.. Syi mau nda"
(Yah.. Harshi mau Bunda)Bahu Harshi merosot mendengar perkataan Bunda nya padahal dia tadi sudah sangat antusias, Harshi sudah membayangkan anak memakan habis satu coklat itu hari ini.
"Makannya sedikit-sedikit ya? Nanti kalau makan banyak gigi Harshi bolong" Lisa membuat ekpresi semenakutkan mungkin, Harshi yang mendengar itu sontak melemparkan kotak coklat yang sedari tadi terus ia dekap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI TAWA
Genç Kurgu"Setiap orang punya lukanya sendiri Ru, tapi gak semua bisa bertahan sekuat kamu" •Bxb ----------------- -1000% cerita fiksi, Fiksi atau cerkan adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi-dengan kata lain, tidak secara ketat...