Selamat Membaca🍃
✂.............................................................................Hari ini, Jumat. Amenya lebih memilih untuk diantar oleh Prita ke sekolah ketimbang membawa motor, ia jadi takut bawa motor ke sekolah karena masalah kemarin.
Dengan langkah gontai, Amenya berjalan memasuki area sekolahnya. Langkah demi langkah Amenya lalui, hingga akhirnya ia sampai di kelas XI Ipa 5, tempat yang sudah hampir setahun ia tempati. Dan kurang lebih 5 bulan lagi, kelas ini akan ia tinggalkan dan akan menempati kelas baru dengan teman yang baru juga tentunya.
Amenya memasuki kelasnya yang masih sepi itu, bibir Amenya sedikit manyun. Beginilah jika ia pergi dengan Prita, ia harus datang terlalu pagi karena mengikuti jadwal pergi Prita yang memang sangat pagi. Karena jarak dari rumah ke sekolah Smp Prita lumayan memakan waktu yang cukup banyak, sekitar 30 menitan. Makanya, Prita berangkat lebih cepat. Takutnya, saat di jalan nanti ada halangan, seperti macet atau hal lainnya yang kita tak tau akan membuat Prita datang terlambat untuk mengajar.
Amenya mendudukkan dirinya di kursi yang memang ia tempati, yaitu meja paling depan di barisan kedua. Di kelas Amenya ada 4 baris meja. Baris pertama di hitung dari meja dekat pintu kelas dan berurutan sampai meja keempat yang berada di depan meja guru.
"Mau ke kantin," gumam Amenya seraya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
"Tapi takut ketemu bang Tera ... Biasanya jam segini dia udah dateng, kan," lirihnya.
Sungguh, Amenya tengah memikirkan betapa enaknya menyeruput susu kotak coklat yang dingin di pagi hari ini.
"Tapi bm banget sama sama susu coklat..."
Amenya menghela nafas kasar lalu menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya.
"Rajin banget anak bu Prita dateng sepagi ini."
Suara yang baru saja didengar oleh Amenya itu, membuat gadis itu menegakkan kepalanya dengan begitu semangat.
"April!" ucap Amenya antusias.
"Idih, kenapa nih?" heran April yang melihat Amenya begitu semangat.
"Kantin yu, temenin Ame beli susu!" ajak Amenya yang masih antusias.
"Ya udah, ayo," jawab April setelah meletakkan tasnya.
Dengan begitu semangat, Amenya berdiri dari duduknya dan menggandeng lengan kiri April. Amenya memang suka menggandeng dari pada digandeng.
Keduanya keluar dari kelas untuk menuju kantin, namun saat baru saja berdiri di ambang pintu kelas. Amenya terpaksa menghentikan langkahnya, bahkan nafasnya juga ikut terhenti sesaat. Saat tepat di depan mereka, ada Lantera yang berlalu begitu saja tanpa menoleh. Bahkan tampang wajah cowok itu sangat datar dan seperti orang yang tengah marah.
Amenya kembali merasa cemas, apakah Lantera kena marah oleh orang tuanya karena motor cowok itu rusak?
"Kenapa berhenti deh Me?" protes April menoleh ke arah Amenya yang menegang.
Apakah Lantera diusir dari rumahnya?
"Me?" panggil April yang tak direspon oleh Amenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laname
Teen FictionAmenya yang menyukai Zian, teman seangkatannya. Malah harus berakhir dengan Lantera, kakak kelasnya. ••• Olimpiade biologi, membuat Amenya jatuh hati kepada Zian yang merupakan partner olimpnya, namun sayang seribu sayang. Amenya malah jatuh ke tang...