11

1 1 0
                                    

Selamat Membaca🍃
✂.....................................................................

Sesuai permintaan bu Nanda tadi pagi, kini Zian dan Amenya tengah melangkahkan kaki mereka menuju meja bu Nanda. Mereka datang di saat yang tepat, kebetulan bu Nanda baru kembali dari mengajar dan baru saja duduk di kursi kebanggan wanita itu.

"Permisi bu," saut Zian sopan, diikuti senyuman dan anggukkan dari Amenya.

"Eh iya, makasih ya udah dateng," balas bu Nanda kepada kedua muridnya itu.

"Sebentar," ujar bu Nanda lalu membungkuk untuk mengambil sesuatu yang berada di bawah mejanya.

Ketika wanita itu kembali menegakkan badannya, Zian dan Amenya dapat melihat ada sebuah kotak berukuran sedang yang dibungkus dengan kertas kado dengan corak dan warna yang sama.

Bu Nanda meletakkan kotak tersebut di atas meja dengan menyusunnya secara sejajar.

"Ini untuk Zian," tunjuk bu Nanda kepada kotak yang berada di sebelah kirinya.

"Dan ini, untuk Amenya," lanjut bu Nanda menunjuk kotak di sebelah kanan.

Hal tersebut, sontak membuat Zian dan Amenya saling pandang karena bingung.

Bu Nanda pun terkekeh, "ambil. Itu buat kalian, spesial!"

"Ini beneran bu?" tanya Amenya yang masih tak percaya.

"Iya cinta!" gemas bu Nanda.

Zian dan Amenya pun ternyum, lalu mengambil benda yang sudah menjadi hak mereka itu dengan sopan.

"Makasih banyak ya bu," ujar Zian dan Amenya bersamaan.

"Sama - sama nak, sekarang pulang ya. Istirahat," titah bu Nanda yang langsung diangguki oleh Zian dan Amenya.

Zian dan Amenya pun menyalimi tangan bu Nanda sebagai tanda hormat dan sopan.

"Kami permisi bu," pamit Zian yang diiringi anggukkan oleh Amenya.

"Hati - hati!" pesan bu Nanda.

"Iya bu," jawab Amenya mewakili Zian.

Dan setelah itu, Zian dan Amenya keliar dari ruangan guru tersebut.

"Bahagia gak hari ini?" tanya Zian menoleh ke samping untuk menatap wajah Amenya.

"Bahagia!" jawab Amenya antusias lalu tertawa ringan, yang tertular kepada Zian. Cowok itu juga ikut tertawa.

Langkah demi langkah mereka jalani, dan kini kedua sejoli itu sudah berada di ambang pintu gerbang.

"Zian gak pulang?" tanya Amenya menatap pujaan hatinya itu.

Zian yang awalnya memandang ke arah jalan, kini memandang wajah cantik milik Amenya sepenuhnya.

"Iya, nungguin kamu dulu," jawab Zian.

Amenya memiringkan kepalanya sedikit, bingung dengan Zian yang tampak gugup saat menjawab pertanyaan.

LanameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang