Edinburgh menjadi saksi kisah pahit dalam drama kehidupan Xiao Zhan. Tujuh tahun setelah perpisahan, Xiao Zhan kembali bertemu dengan Wang Yibo, mantan suaminya, dalam keadaan yang mengenaskan.
Sepenuhnya, Xiao Zhan juga sadar bahwa di masa lalu d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Sean Xiao, kau sudah bertemu dengan Dokter Johhny?”
Terkesiap dari lamunan, Xiao Zhan menoleh ke sana-kemari dengan raut bingung sebelum pandangannya terhenti pada Evan yang duduk di hadapannya, menatap dalam diam dengan dahi mengernyit.
“Kau baik-baik saja?”
Evan melihatnya. Sorot mata yang terpancar dari kedua manik itu tengah menunjukkan bahwa si pemilik sedang dalam kondisi tak stabil, tetapi Xiao Zhan justru hanya mengulas senyum cerah. Seolah-olah tidak ada masalah maupun kesusahan yang dihadapinya.
“Tenang saja, aku sudah bertemu dengan Dokter Huang, kemarin.”
“Lalu bagaimana? Apa yang dia katakan.”
“Jauh lebih baik.”
Jawaban singkat itu begitu lugas dan membuat Evan semakin curiga kalau memang ada yang tengah Xiao Zhan sembunyikan. Belum sempat bertanya lagi, Xiao Zhan sudah lebih dulu melontarkan sebuah kalimat yang membuat Evan tertegun.
“Kau bilang apa? Sean Xiao, kau bercanda, ‘kan?”
“Tidak, Evan. Aku sudah memikirkan ini matang-matang. Dan setelah beberapa saat berpikir, sepertinya aku memang butuh quality time untuk memperbaiki hubungan dengan suamiku. Maafkan aku, tetapi ini keputusanku sendiri. Aku ingin istirahat dulu. Tidak apa-apa, ‘kan?”
“Y-y-ya.” Evan tergagap. Dia tidak ingin menahan Xiao Zhan dan memaksa sosok yang sudah dianggap layaknya saudara itu untuk bekerja terus. Jikalau ini memang keputusan Xiao Zhan sendiri, Evan tidak punya hak untuk melarangnya.
“Eum, apa kau sudah yakin?”
Dengan pasti Xiao Zhan mengangguk. “Karena ini hari terakhirku bekerja, jadi biarkan aku membuat buket cantik. Aku akan membawanya pulang dan kutaruh di kamarku, ya.” Nada itu terdengar ceria, tapi entah mengapa Evan merasakan ada kehampaan mendalam dalam intonasinya.
“Bawa saja, bawa bunga apa pun yang kau mau. Atau kau mau membawa tanaman dan potnya sekalian? Akan kusiapkan tasnya, kau pilih-pilih sendiri dulu mana yang kau inginkan. Tunggu, aku.”
Evan bangkit, masuk ke dalam toko dengan perasaan tak menentu. Ini terlalu mendadak, keputusan ini ... benarkah Xiao Zhan sendiri yang mengambilnya?
Ada keraguan, kekhawatiran dan kecemasan yang cukup untuk mengacaukan pikiran Evan ketika melihat Xiao Zhan hari ini. Raut itu tampak seperti biasanya, tetapi ada aura mendung yang seperti tengah menyelimuti. Berkali-kali dia bertanya pun percuma, karena Xiao Zhan hanya akan menjawab dengan kalimat, ‘aku baik-baik saja’.
Pantas saja.
Evan mengintip dari balik kaca pembatas dinding toko. Dia melihat sebuah mobil hitam familiar yang terparkir tak jauh dari tokonya. Mobil yang sama, yang waktu itu pernah memesan bunga padanya. Ya, Evan ingat betul. Itu mobil milik Mr.Leo ... yang artinya Xiao Zhan memang sedang dijaga dan diawasi. Dan itu menguatkan praduga Evan bahwa keputusan Xiao Zhan untuk berhenti bekerja bukanlah dari diri sendiri, tetapi paksaan dari sang suami.