Edinburgh menjadi saksi kisah pahit dalam drama kehidupan Xiao Zhan. Tujuh tahun setelah perpisahan, Xiao Zhan kembali bertemu dengan Wang Yibo, mantan suaminya, dalam keadaan yang mengenaskan.
Sepenuhnya, Xiao Zhan juga sadar bahwa di masa lalu d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga hari sudah Wang Yibo dan Xiao Zhan menghabiskan waktu di pulau Haris. Jalan-jalan ke sana-kemari mencoba membangun hubungan yang lebih erat dan romantis seperti sedia kala setelah berbagai rintangan dan permasalahan yang selama ini menghadang. Selama tiga hari pula Xiao Zhan tidak menghubungi Suo Er, Theo maupun Pete.
Sebelum berangkat ke Haris, Xiao Zhan sudah menghubungi Theo dan memberitahukan soal liburannya. Meskipun begitu, rasa rindu ingin mendengar suara Suo Er begitu mengganggu. Beberapa kali Xiao Zhan memegang ponsel dan menatap nomor ponsel Suo Er, tetapi hanya berakhir ditatap begitu saja hingga layar ponsel mati.
Dalam lubuk hati Xiao Zhan ingin menghubungi Suo Er, tetapi di sisi lain dia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Selagi di sini, berdua dengan Wang Yibo, dia ingin menghabiskan waktu untuk memperbaiki kerenggangan di antara mereka.
Duduk di teras belakang rumah yang langsung berhadapan dengan pantai berpasir putih, Xiao Zhan memejamkan mata tatkala embusan angin lembut menyapa permukaan kulit. Sejenak dia mengabaikan keresahan-keresahan kecil yang timbul di hati untuk menikmati suasana ini. Langit jingga, mentari yang mulai tenggelam di ufuk barat menemani dirinya yang tengah dilanda kegalauan mendalam.
“Oh!”
Xiao Zhan berjengit terkejut saat kecupan singkat tiba-tiba mendarat di salah satu pipinya.
Dia menoleh ke sisi kiri dan tersenyum lembut saat mendapati Wang Yibo berada di sisinya. “Yibo,” panggilnya begitu lirih.
“Kenapa melamun sore-sore, hmn? Apa ada yang sedang kau pikirkan?”
Xiao Zhan menggelengkan kepala. Senyum di bibirnya masih tersemat sama seperti detik ketika Wang Yibo hadir di sisinya.
“Tidak apa-apa.”
Melihat Xiao Zhan yang seperti menutupi sesuatu, Wang yibo berusaha menahan diri. Dia tahu apa yang saat ini tengah dipikirkan oleh Xiao Zhan, tetapi pujaan hatinya itu mungkin tidak berani berkata jujur karena takut dirinya akan marah.
Tidak ingin membuat Xiao Zhan lagi-lagi memendam keresahannya seperti dulu dan berakhir kacau, Wang Yibo kemudian mendudukkan diri di samping Xiao Zhan, merangkul pundak dan membawanya untuk bersandar di pundak Wang Yibo. Mentari yang menyinari kedua insan dari arah depan itu membentuk siluet yang begitu indah. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.
Sembari menikmati embusan angin yang menyapa dan senja yang memukau, dengan hati-hati dia bertanya, “Xiao Zhan ... apa kau merindukan Suo Er?”
Terasa tubuh Xiao Zhan sedikit tersentak, dan itu membuat Wang Yibo mengulas senyum karena tebakanya yang benar-benar tepat.
“A-aku ....”
“Aku tahu itu,” sela Wang Yibo memotong ucapan terbata-bata Xiao Zhan. “Kenapa tidak bilang yang sejujurnya, hmmn? Kau takut aku akan marah, ya?”