Chapter 08

1.9K 223 42
                                    

Wang Yibo duduk di sofa tunggal di samping jendela kamar, menatap dalam diam sesosok pria yang masih terkapar di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wang Yibo duduk di sofa tunggal di samping jendela kamar, menatap dalam diam sesosok pria yang masih terkapar di atas ranjang. Dia tahu pria itu sudah terbangun sejak tadi, tetapi enggan untuk membuka kelopak matanya. Padahal, Wang Yibo sudah menyiapkan diri jikalau Xiao Zhan akan mencaci-maki atau mengamuk ketika sadar nanti.

Dia menghela napas panjang, mengalihkan pandangan ke luar jendela yang menampilkan suasana pagi kota Edinburgh yang lembab.

Sesekali Wang Yibo memijat pelipis dan mencubit kedua alis. Semalam Theo Zhu terus-menerus menghubungi ponsel Xiao Zhan dan menanyakan keberadaannya, bahkan lelaki itu juga mengirimkan foto anak kecil yang tengah tidur terlelap bergelung dengan selimut. Anak laki-laki yang membuat Wang Yibo merasakan perasaan campur aduk---sedih, senang, marah dan menyesal. Namun, Wang Yibo memilih mengabaikan pesan-pesan Theo dan mematikan panggilannya.

Atensinya tertuju pada foto anak laki-laki pada layar utama ponsel tersebut. Sebuah foto akhirnya membawa jari-jari Wang Yibo untuk menggeledah isi galeri di ponsel Xiao Zhan.

Ada sebuah folder yang diberi nama 'My Beloved one' dan di dalamnya terdapat ribuan foto juga video perkembangan bayi laki-laki sejak lahir sampai menggendong tas ransel dan digandeng oleh Xiao Zhan di depan sebuah gedung pre-school.

"Suo Er," lirih Wang Yibo membaca nama yang tertera pada name-tag yang mengalung di leher anak laki-laki tersebut.

Kembali pada situasi saat ini, di mana Wang Yibo akhirnya hanya dapat menghela napas panjang sembari sesekali melirik ke arah ranjang.

Sementara itu, Xiao Zhan masih meringkuk di atas ranjang sana, terbungkus selimut hingga sebatas dada, membiarkan bagian pundak hingga lehernya yang dihiasi bercak-bercak kemerahan terekspos jelas. Kelopak matanya perlahan-lahan terbuka, pandangannya sedikit buram dan silau karena posisinya tepat menghadap ke arah jendela kaca yang mana sinar matahari baru saja beranjak, menerobos masuk dan jatuh tepat di atas wajahnya.

Xiao Zhan menggeliat sesaat, tetapi langsung merintih lirih begitu merasakan sekujur tubuhnya pegal-pegal dan nyeri. Itu seperti kau sudah tidak berolahraga selama beberapa bulan, kemudian memutuskan untuk ikut lari maraton tanpa persiapan dan pemanasan. Keesokan harinya, nyeri seperti itulah yang dirasakan Xiao Zhan sekarang.

Namun, bagian paling parah ada pinggang ke bawah. Benar-benar membuat kakinya bergetar dan lemas, walau hanya bergerak sedikit demi sedikit.

"Kau sudah bangun?"

Suara sapaan yang menyambangi indra pendengaran membawa pandangan Xiao Zhan terangkat. Tertuju pada sosok yang duduk di depan jendela. Xiao Zhan menyipitkan mata, mencoba memfokuskan penglihatan karena cahaya yang masuk membuat sosok tersebut hanya terlihat siluetnya saja. Meski demikian, Xiao Zhan masih dapat mengenali dengan jelas suara itu. Suara yang begitu familier ....

"Wang Yibo?" lirihnya ragu-ragu.

"Kalau kau bisa bangun, cepat bersihkan tubuhmu. Sudah kusiapkan pakaian baru di dalam kamar mandi, kau bisa memakainya," Wang Yibo berkata dengan nada datar.

One Swallow Doesn't Make A Summer [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang