CHAPTER 4
Frumm..frummm.......
Suara mesin mobil yang sedang dipanaskan menggema di sirkuit mini yang memang biasa dipakai untuk latihan oleh para pembalap.
Prilly terduduk diam mengarahkan pandangannya ke arah lain, jantungnya berdegub kencang, tangannya gemetar, untung saja Maliq mau duduk manis di kereta dorongnya. Digo terlihat sudah berada di dalam mobil sport bermuatan dua orang tersebut dengan pakaian lengkapnya serta helm yang melindungi kepalanya.
Ia menoleh ke arah Prilly yang berada di seberang sirkuit, saat Prilly melirik ke arahnya, ia melambaikan tangannya dan tersenyum lebar pada wanita itu, meskipun Prilly hanya melihat matanya yang menyipit karena hidung dan mulut Digo tertutup masker.
"Papa...." seru Maliq membuat Digo tertawa dan memberikannya ciuman jarak jauh.
Jantung Prilly semakin tak karuan saat Digo sudah berada di posisi standby, ia reflek menutup mata ketika mobil berwarna kuning dengan list garis hitam dan angka 26 tersebut melaju dengan kencang mengelilingi sirkuit mini tersebut.
Tanpa sadar air mata Prilly mengalir.
"Ali, stop" gumamnya pelan terisak.
"Prill, kamu ga apa-apa?" Tanya Erick yang merupakan sahabat sekaligus menthor Digo.
Prilly membuka matanya perlahan, mencoba memberanikan diri menghadapi pemandangan tersebut.
Ia harys terbiasa dan membuang rasa takutnya.
"Gapapa, gapapa" ucapnya pada Erick.
"Kalo kamu takut, Mending kita masuk ke waiting room aja yuk, liat dari sana, biar Digo mereka yang urus, Digo udah crita semuanya tentang kamu" ucap pria bertubuh sedang dengan topi bertuliskan angka 26 yang selalu ada di kepalanya, matanya yang sipit serta kulitnya yang putih bersih menandakan sekali dia keturunan tionghoa.
"Ok" jawabnya singkat lalu menuruti kata-kata Erick.
"Maliq kayanya cape banget, udah lelap aja" ucap Erick memberikan minuman kaleng pada Prilly.
"Iya, semalem dia main sama Digo sampe jam 11, lagi lincah-lincahnya" jawab Prilly memandangi Maliq yang sudah tertidur.
"Digoo..." seru Prilly hampir berteriak saat melihat mobil yang dikendarai Digo sedikit oleng karena terpeleset.
"Tenang aja, Digo itu pembalap unggul, dia berbakat banget, walaupun dia baru masuk bidang ini pertengahan tahun lalu. Aku salut sama dia, meskipun hidupnya dramatic banget, tapi dia ga pernah nunjukkin ke orang" ucap Erick memandang ke area sirkuit.
"Maksud kamu apa?ada apa dengan kehidupan Digo?" Prilly menjadi ingin tahu lebih dalam.
"Digo.. anak itu baru aja ditinggal kedua orang tuanya 2 tahun lalu, dan dia dibawa ke Singapore sama Dr. Ergo, seorang psikolog sekaligus dokter bedah, sahabat papa Digo, dia udah anggap Digo kaya anaknya sendiri, tapi agak berlebihan, karena jatuh-jatuhnya Digo harus tunduk sama semua omongan dan perintahnya dia, termasuk harus menikah dengan putri tunggalnya Diandra"
"Trus, sisi dramatik nya di mana?"
"Sisi dramatiknya adalah... Diandra mengidap Leukimia, dan Digo sama sekali tidak mencintai Dian"
"Apa Digo ga bisa nolak?"
"Seandainya Dr. Ergo ga nyelamatin dia pada saat kecelakaan itu, mungkin ga gini ceritanya"
"Tapi kan, Digo bisa aja kabur dari sana daripada tertekan batin?"
"Diandra sudah ketergantungan pada Digo, dan Digo tidak pernah tega meninggalkan Dian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Romeo & Juliet Season 2 (Devil Beside Me)
General FictionPerjuangan cinta Ali dan Prilly akhirnya berujung ke pernikahan yang sempurna. Namun sebuah tragedi membuat Prilly harus menjalani babak baru dalam kehidupannya. Apa yang terjadi dengan kisah cinta Ali dan Prilly?apakah cinta mereka sejati?Atau beru...