CHAPTER 13
"Dengarkanlah..demi apapun maafkanlah aku, ku tak bisa hidup tanpa kamu, walau siapapun menggantikanmu. Mungkin benar cinta sejati datang cuma sekali, dan kuakui itulah cintamu...dihatiku..tak lekang oleh waktu"
Prilly berlari ke arah ruang tengah appartementnya tepat dimana Digo dan Maliq berada.
Digo menoleh ke arahnya terkejut.
"Darimana kamu tau lagu itu?" Tanya Prilly penuh penekanan.Digo tak menjawab, ia hanya menunjukkan video dari Handphone yang dipegang Maliq. Video Ali yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi lagu ciptaannya pada saat konser beberapa tahun lalu.
Prilly meraih HP nya dari tangan Digo dan memperhatikan video tersebut penuh haru tanpa berkata apa-apa.
"Lagunya bagus, aku suka, dan kayanya Maliq juga" ucap Digo menatap Maliq yang sedari tadi bermain bersama Digo.
"Maliq memang selalu suka liat papanya nyanyi" ucap Prilly tersenyum tipis lalu menghentikan videonya mencegah tangisnya pecah lagi.
"Maliq sepertinya punya bakat yang sama dengan papanya, eh..maksud aku Ali" ucap Digo meralat kata-katanya.
Prilly mengerti maksud Digo, selama ini memang Maliq selalu menganggap Digo adalah papanya yang masih hidup.
"Kamu laper?aku udah siapin makanan, aku suapin ya" ucap Prilly penuh kelembutan.
Digo pun hanya mengangguk pelan, saat ini ia merasakan kecemburuan yang luar biasa pada pria di video tadi. Meskipun wajahnya adalah wajah Digo, tapi Digo sangat patah hati karenanya. Bahkan ketika pria itu sudah dinyatakan meninggalpun, Digo tetap saja kalah darinya.
Dan sekarang, ia hanya memanfaatkan sisa waktunya bersama Prilly. Ya, mungkin ini adalah saat-saat terakhirnya bisa bersama wanita itu, 1 bulan lagi pernikahannya dengan Dian akan dilangsungkan.
Semua ia lakukan hanya karena emosi dengan keputusan Prilly yang memintanya menikahi Dian.
Saat ini Dian masih dirawat di rumah sakit sejak kejadian beberapa hari yang lalu.
"Nih makanannya, aku suapin ya, kamu harus makan yang banyak ya" ucap Prilly sambil mengaduk makanan untuk Digo.
Digo hanya tersenyum dan membuka mulutnya saat Prilly mengarahkan sendok ke mulutnya.
Prilly merasa dadanya sesak saat melihat Digo menelan makanannya sambil menangis, baru kali ini ia melihat Digo seperti ini.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain menahan agar air matanya tidak mengalir, namum usahanya sia-sia."Sorry" ucap Digo lalu menyeka air matanya sendiri.
Begitupun Prilly, ia langsung membersihkan wajahnya dari air mata lalu menyuapi Digo lagi.
"Mamaaaa....mamm" tiba-tiba Maliq menarik bajunya dan mengatakan ingin makan juga.
Prilly dan Digo tertawa kecil bersamaan. Prilly pun akhirnya menyuapi Maliq dan Digo secara bergantian.
"Ih, mama kaya punya dua anak deh jadinya, hihi, nih..cepet gede ya sayang" ucapnya pada Maliq sambil menyuapinya.
"Kalau aku, kurang gede apa?" Canda Digo centil.
"Kalau kamu, cepet sembuh ya, jangan tambah gede lagi, ngerepotin" balas Prilly dengan canda pula.
"Hahahhaa....hahhahahaha" Digo tertawa lepas menutup mulutnya.
"Ih, kenapa sih?ko malah ketawa?emang ada yang salah ya?" Tanya Prilly heran.
"Hahhaha..kata-kata kamu itu, ambigu banget, jangan tambah gede lagi..hahhahaha" Digo masih tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Romeo & Juliet Season 2 (Devil Beside Me)
General FictionPerjuangan cinta Ali dan Prilly akhirnya berujung ke pernikahan yang sempurna. Namun sebuah tragedi membuat Prilly harus menjalani babak baru dalam kehidupannya. Apa yang terjadi dengan kisah cinta Ali dan Prilly?apakah cinta mereka sejati?Atau beru...