"I'm a misfit manneun fit jachega eopji
Sumi teokteok makin oseul ibeun neukkim
Jigyeopji gomin eopsi geunyang rip it
Nareul kkeureonaeriryeo halsurok get liftedAesseo nal jaedanharyeoneun geon dwaesseo
Jigeum idaero ga the best never mess up
Uisimi eopji geujeo bring it to the next
Nan deunneun bangbeobeul molla I'm a def"Jeano menuruni anak tangga dengan menyanyikan lagu terbaru NCT U misfit.
Dipundak kiri nya sudah tersampir tas sekolah, sedangkan tangan kanannya memegang blazer berwarna navy.
Dia terus melantunkan lagu yang belakangan ini jadi favoritnya sambil sesekali menggerakkan tubuhnya, melakukan Dance ringan.
Dia masih waras untuk tak banyak bertingkah ketika sedang berada di tangga, dia tak ingin mati muda okey?"Morning Bunda" Setelah sampai meja makan Jeano memberikan kecupan kecil dipipi wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu.
Elena terkekeh ringan, anaknya terlihat sangat bersemangat pagi ini, moodnya sepertinya sedang bagus.
"Anak Bunda kelihatan seneng banget" sambil mengambilkan nasi dan lauk, Elena memulai percakapan.
Jeano sudah duduk manis dikursinya, pun tas sekolah yang ikut ia dudukkan dikursi samping tempat ia duduk.
"Iyadong, kan hari ini jadwal Jeano ketemu Ayah" celoteh remaja itu tanpa beban.
Elena tersenyum masam ketika anaknya menyebut mantan suaminya. Memang, hubungan Jeano dan ayahnya masih sangat baik sampai sekarang meski kedua orang tuanya sudah bercerai, tapi tidak begitu dengan Elena Maheswari, dia terlihat sangat membenci kedekatan anaknya dengan mantan suaminya itu, bahkan Jeano enggan melepaskan marga Pria itu dari namanya, membuatnya semakin jengkel saja.
"Dimakan sarapannya, nanti kamu telat" sahut Elena, malas menanggapi.
Jeano tak ambil pusing, dia segera menyuapkan nasi kemulutnya, ini masih cukup pagi, baru jam enam seperempat, dia masih memiliki banyak waktu sambil menunggu Ayahnya menjemput.
Jeano memiliki jadwal bersama Bagaskara setiap dua Minggu sekali, anak itu akan ikut bersama Ayahnya, menikmati weekend dan akan kembali kerumah Bundanya saat weekend telah usai.
Jangan heran kenapa Jeano begitu senang, selain rindu dengan Ayahnya, dia sebenarnya juga lebih suka tinggal bersama sang ayah, tolong rahasiakan ini dari bundanya, karna wanita maniak kerja itu akan marah padanya jika tau.Tok
Tok
Tok
Jeano meletakkan sendok dengan terburu-buru sebelum berlari kearah pintu.
Itu pasti ayahnya!
"Jeano! Habiskan sarapanmu!" Teriak Elena, dia ikut bangun dan mengikuti anaknya yang sudah lebih dulu sampai didepan pintu.
"AYA- h" Jeano bingung, itu bukan ayahnya, lalu siapa pria paruh baya ini?
"Anda siapa?"
"Jean- ... oh Mas Alard, silahkan masuk"
Jeano bingung, dia menatap bundanya menuntut penjelasan, tapi wanita itu bahkan tak menoleh kearahnya.
Dia membuka lebar pintu, mempersilahkan Pria paruh baya dengan penampilan modis yang Jeano perkirakan seumuran dengan Ayahnya itu masuk."Jeano, ayo Salim dulu sama Om Alard"
Jeano yang masih berdiri didepan pintu nampak mendengus kesal, mau tidak mau dia harus menuruti kemauan Bundanya itu jika tak ingin wanita itu marah padanya.
"Jeano" setelah bersalaman dengan Alard, Jeano mengenalkan diri.
"Salam kenal, Saya Alard, kamu bisa panggil saya Papa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Depression
FanfictionTentang Jeano si pemuda riang yang mendamba akan kebebasan