Mansion mewah dipinggiran kota Manhattan terlihat sangat padat kini.
Hampir di setiap sudut, maupun jalan menuju bangunan utama di penuhi oleh guard dengan wajah asing.Tak lama iringan mobil mewah memasuki kawasan Mansion.
Jarak dari gerbang utama menuju bangunan utama cukup memakan waktu, Mansion ini memang letaknya sedikit terpencil, sengaja, Alard tak ingin keberadaan rumahnya di endus publik.Dua guard membuka pintu, setelahnya Alard keluar masih dengan Jeano di dekapannya.
Obat tidur yang diberikan johan agaknya berdosis lumayan tinggi, anak itu bahkan tak terusik sedikitpun, padahal perjalanan dari Indonesia menuju Manhattan memakan waktu berjam-jam."Biar saya yang menggendong tuan muda, Sir" Bima mengajukan diri untuk menggendong Jeano saat melihat Alard sepertinya mengalami kram otot.
Maklum saja, dari bandara menuju Mansion Alard tak sedikitpun melepaskan Jeano dari dekapannya, walaupun saat di pesawat anak itu di tidurkan di sebuah kamar pribadi.
"Tidak Bima, biar aku saja"
"Baik Sir"
Bima mengikuti langkah lebar tuannya beserta satu lagi guard khusus yang memang ditempatkan di mansion ini, bernama Jordan.
Sang Butler dan puluhan pelayan menyambut mereka, tak kala Alard menginjakkan kaki dilantai marmer Mansion.
"Kamar Jeano sudah siap? " tanya Alard pada sang Butler.
"Semuanya sudah siap tuan, suhu ruangan juga sudah disetel agar membuat tuan kecil nyaman dengan iklim disini"
Alard mengangguk singkat.
"Welcome home baby" Dengan lembut Alard mencium kening Jeano.
Lihatlah, anak itu bahkan masih mengenakan piyama putih motif bebek didalam selimut yang membelitnya.
Setelah sampai dikamar Jeano, Alard segera membaringkan bocah itu, menyelimutinya sebelum beranjak dari sana untuk membersihkan diri dikamarnya."Bima dan Jordan, kalian awasi putraku"
"Baik sir"
Kedua guard khusus itu membungkuk sopan hingga tuannya menghilang.
"Well, siapa anak itu Bima? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya"
Jordan membuka percakapan saat melihat tuannya sudah menghilang dari pandangannya.
Bima menoleh, melirik sekilas pada rekannya sebelum melemparkan senyum miring."Permata Xander yang pernah hilang" setelahnya terkekeh.
"Tugasmu cukup berat kali ini, anak itu cukup nakal"
"Aku tak sabar melihat tingkahnya" sahut Jordan.
Kedua pria beda ras itu nampak akrab berbincang, mengabaikan anak yang mulai menggeliat tak nyaman di dalam kamar.
"Ughh kepalaku"
Jeano perlahan membuka matanya, dia mengedarkan pandangan kesekeliling.
Hah, masih dikamarnya, ternyata kemarin siang dia benar-benar tidur setelah minum susu.Anak itu bangkit untuk duduk, rambutnya mencuat disana sini dengan wajah khas bangun tidur yang lucu, tapi tak lama dia kembali merebahkan dirinya, kepalanya terasa berat sekali entah kenapa.
"Haus" keluhnya.
Jeano memaksakan tubuhnya untuk bangun, lalu melangkah menuju pintu saat tak menemukan segelas air putih yang biasa maid letakkan dimeja nakas, oh Jeano, masih kah kau berfikir ini tempat yang sama?
Dengan langkah sempoyongan anak itu membuka pintu pelan.
"Selamat pagi tuan muda kecil"
Wajah anak itu nampak terkejut melihat Bima dan satu orang asing tak kala dia baru saja membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Depression
FanfictionTentang Jeano si pemuda riang yang mendamba akan kebebasan