7

7.1K 446 34
                                    


"Buka mulutmu baby" Elnathan masih mencoba membujuk Jeano yang berada dipangkuan Jeffrey, kini ketiganya sudah berada dikamar khusus milik Jeano.

"Tidak mau! mau bunda" rengeknya.

"Jangan membantah, cepat buka mulutmu" Jeffrey yang memang memiliki kesabaran setipis kertas langsung menggertak anak itu.

Jeano menoleh, menatap sinis pada Abang keduanya itu.

"Kenapa?" tanya Jeffrey santai.

"Baby, buka sebentar saja ya, abang cuma pengen lihat lukanya" pinta Elnathan lagi, diantara seluruh makhluk di mansion, hanya dia penyetok jumlah kesabaran diatas rata-rata, apalagi kini ia berhadapan
dengan Jeanonya.

Jeano masih bersikeras, tak mau menurut, egonya terlalu tinggi untuk terus-terusan menuruti kemauan jelmaan titan di mansion ini.

"Ck" sudah kepalang kesal, Jeffrey memeluk erat tubuh mungil di pangkuannya dengan tangan kanannya yang besar, sedangkan tangan kirinya bergerak naik mencengkram dagu anak itu hingga terbuka.

"Cepat periksa" perintahnya pada adiknya, El.

"Ughh"

Jeffrey tak peduli dengan rintihan bocah itu, El mau tak mau langsung memeriksa kondisi mulut Jeano.
Lukanya tak terlalu parah, hanya membuat makanan terasa hambar saja untuk beberapa saat.

"Tak terlalu parah, jika ditangani dengan baik tidak akan sampai menimbulkan infeksi atau sariawan"

Elnathan mengambil satu catton bud agak besar, menuangkan sedikit obat berwarna kecoklatan pada catton bud lalu mengoleskan nya pada lidah Jeano.

"Obat ini tak memiliki rasa, aromanya pun tak terlalu menyengat, kau baik-baik saja kan? " tanyanya lagi

Jeano mengecap rasa di mulutnya, benar yang dikatakan abangnya obat ini tak memiliki rasa, tapi aroma cairan medis masih terasa.

"Baby"

Jeano mengalihkan etensinya pada suara berat yang memanggilnya dari arah pintu.
Alard masuk ke kamar sang putra bersama Arkiel dan dokter Reyno.

"Jeff turunkan tanganmu, kau menyakitinya" titah si sulung mutlak.

Jeffry hanya diam dan menurunkan tangannya yang tadi mencengkram dagu Jeano, kini kedua tangan itu beralih memeluk perut adiknya tak terlalu erat.

Jeano risih sungguh, dia sudah cukup dewasa, kenapa diperlakukan layaknya balita begini? Mereka tidak waras atau bagaimana?

"Lukanya tak parah, sudah aku tangani" Jawab Elnathan pada Alard yang melayangkan tatapan tanya.

"Kalian punya lulusan  terbaik kedokteran Oxford, kenapa masih memanggilku? " keluh Reyno.

"Jadi kau ingin ku pecat ? " tanya Alard dengan tatapan tajamnya.

Reyno terkekeh, dasar sahabatnya ini kaku sekali, tak bisa diajak bercanda sedikitpun.

"Aku hanya bercanda, serius sekali" Reyno berjalan mendekati sepasang kakak adik itu, saat sampai dihadapan Jeano dia menyuruh anak itu membuka mulut yang langsung dituruti malas-malasan oleh sang empu.

"Benar, ini sudah tak apa, lagipula sudah diobati juga, besok juga sudah tak terasa"

"Apa ada kemungkinan sariawan? " Tanya Alard.

"Mungkin, jika lukanya infeksi, tapi anakmu sudah menanganinya, kurasa tak akan sampai sariawan"

Dasar berlebihan! Luka karna kepanasan saja sampai harus diperiksa dokter , pikir Jeano.

Depression Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang