12

7.1K 519 40
                                    

Sudah sebulan Elena dan Jeano menghilang, polisi bahkan detektif swasta yang Bagaskara sewa tak membuahkan hasil.
Keduanya seperti hilang ditelan bumi.

Bagaskara memijat keningnya, bisnisnya berjalan lancar tentu saja, bukan itu yang ia khawatirkan sekarang.

"Jeano, kamu apa kabar nak? Ano ga rindu Ayah? " Bagaskara menatap sendu figura yang memperlihatkan sosok remaja berambut blonde dengan senyum bulan sabit nya.

Andaikan saja dulu dia mengambil Jeano dan tak menyerah pada mantan istrinya, andaikan saja..

"Hahh.. Kemana lagi aku harus mencari putraku? "


***


"Morning baby" Alard mencium kening bungsunya.

Jeano menggeliat tak nyaman, mengubah posisi tidurnya menjadi telungkup sebelum melanjutkan tidur.

Alard terkekeh melihat itu, dia tak berniat membangunkan Jeano sebenarnya, biarkan anak ini bangun sesukanya, toh tak ada schedule apapun, untuk sementara sekolah Jeano akan dihentikan, jika kondisi memungkinkan, Alard akan mencari guru homeschooling handal untuk putra kecilnya ini.
Lupakan soal sekolah umum, dia tak ingin anaknya berkeliaran diluar sana.

"Baby tidak lapar? Makan dulu sayang, nanti lanjut bobo"

Tak mendapatkan respon, Alard menggigit pipi dalamnya.
Gemas rasanya ingin menciumi buntalan daging di tengah kasur besarnya.

"Dad"

"Kenapa Son? "

"Sekertaris Jo sudah didepan, kau ada meeting penting hari ini"

Alard berdecak malas, dia lupa ada pertemuan pemegang saham, sialan! padahal dia malas sekali ke kantor.

"Jeano? "

"Biar El yang urus, lagipula kak Arkiel juga dirumah"

"Baiklah, pastikan anak nakal ini sarapan dengan baik sebelum melanjutkan tidurnya, sehabis rapat Daddy akan langsung kembali"

Elnathan hanya mengangguk singkat sebagai respon.
Setelah Alard pergi, pria mapan itu mendudukkan diri disisi ranjang.
Tangannya yang panjang terulur mengusap lembut rambut adiknya.

"Baby, makan dulu ya? " bisik El.

Jeano kembali menggeliat, tangannya menepis tangan besar kakaknya yang terus mengusap kepalanya, dia masih sangat mengantuk.

"Bentar bun, Ano ngantuk"

Elnathan terdiam mendengar gumamaman anak itu, dia tau Jeano belum sepenuhnya sadar sekarang, namun ocehannya membuat El sedikit tersulut emosi.

"Bangunlah, makan sarapanmu, setelah itu kembali tidur" tak ada nada lembut sekarang.

Jeano menyernyit, merasa ada yang janggal dia membuka mata.
Beberapa kali mengerjap dan akhirnya dia sadar, dia tak sedang dirumahnya, apalagi dengan bundanya.

"Abang? "

"Kenapa sayang? "

El tersenyum, tak nampak sedikitpun gurat marah dari wajah itu, namun dari suaranya, Jeano sadar sepertinya dia melakukan hal yang membuat saudaranya marah.

"Dimana papa? "

"Pergi ke kantor"

Mata Jeano berbinar cerah mendengar kata 'kantor', mungkinkah dia bisa bertemu dengan bundanya disana?

Depression Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang