6

7.4K 387 50
                                    


"Ano" Elena langsung bangkit dari posisi duduknya saat melihat sang anak berada digendongan calon suaminya.

Tumben sekali anak itu mau digendong Alard, suka rela tanpa memberontak lagi.

Jeano mengangkat kepalanya dari bahu lebar Alard ketika mendengar suara bundanya, dia hendak turun, tapi ditahan oleh sang 'papa'

"Ssst" bisik Alard sambil membenamkan kepala kecil itu diceruk lehernya.
Satu tangannya yang lain menyangka beban tubuh anak itu yang masih ia gendong koala.

"Mau bunda" cicit Jeano

"Iya, kita akan kesana baby, biar papa antar, kondisimu masih belum cukup baik untuk berlarian" lanjut Alard

Dihadapan Elena, Elnathan nampak melebarkan senyumnya, apa itu? Jeano mau digendong? apa artinya mereka sudah berhasil mengendalikan bocah itu?

Alard mendudukkan diri dikursi utama, disusul Jeffry yang duduk disebelah Elnathan, juga Arkiel yang mendudukkan diri disebelah Elena.

"Nak, Bunda dengar kamu tadi pingsan disekolah? Sudah baikan hm?" Elena mengusap lembut Surai tebal berwarna blonde itu, Jeano masih berada dipangkuan Alard.

"Badannya masih lemas, biarkan dia tidur bersama Elnathan malam ini, berjaga-jaga jika kondisinya kembali drop" bukan Jeano yang menjawab, tapi Alard.

'Dasar penipu!'

Anak itu terlihat mengepalkan tangannya erat menahan emosi, tapi mulutnya tetap bungkam, ini demi kebaikan dirinya dan Bundanya, dia tak bisa asal bersikap sekarang.

Mata remaja itu menyapu sekitar ruang makan, GILA , bahkan didalam Mansion saja ada puluhan Guard yang berjaga dengan ekspresi datar mereka, Jeano tak bodoh untuk melawan mereka semua, meski dia pemegang sabuk hitam Taekwondo sekalipun.

"Hidangkan" titah Alard, yang mendapatkan anggukan dari sang Butler.

Butler tampan dengan wajah asing itu menepuk tangan dua kali, tak lama belasan pelayan laki-laki berseragam meluncur dengan sepatu roda dan nampan ditangan mereka.

Jeano tanpa sadar mengangkat kepalanya yang tadi ia sembunyikan dileher Alard, menatap takjub para pelayan itu.

Lihatlah, hanya kurang dari 2 menit semua makanan tersaji dimeja makan.
Appetizer, atau hidangan pembukanya adalah Ceviche hidangan khas Peru, yang mengombinasikan antara potongan ikan dan kerang segar, yang diberi saus asam yang biasa disebut leche de tigre.

Alard dan ketiga anaknya menatap reaksi yang bocah itu keluarkan.
Matanya berbinar, jelas sekali bocah itu menginginkan hidangan dihadapannya, Alard sampai menahan kekehan saat melihat itu.

"Biar papa suapi" ucapnya lembut.

Semua orang mulai memakan makanan yang tersaji dengan tenang, dan Jeano dengan suka rela menerima suapan dari tangan besar papanya, menggunakan sendok perak kecil, sesekali pria itu mengusap sudut bibir Jeano, persis seperti sedang menyuapi bayi.

"Enak?" Anak itu reflek mengangguk, membuahkan senyum tertahan dari si pemberi pertanyaan.

Jeano termenung, kenapa dia jadi semenurut ini dengan mereka?

"Kenapa diam? Kunyah dengan pelan baby" perintah Alard.

"Hm" jawabnya singkat.

Setelah hidangan pembuka habis, para maid mengambil piring kotor, sang Butler kembali menepuk tangan, dan para pelayan khusus kembali masuk dengan sepatu roda mereka, meletakkan main course, atau menu utama.
Tudung saji dibuka oleh para maid yang berdiri disamping masing-masing anggota keluarga, tak terkecuali Elena yang kali ini hadir dimeja makan mereka.
Sedangkan untuk milik Alard sendiri khusus dibuka oleh sang Butler.

Depression Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang