Soonyoung menatap ponselnya disamping kasur, sedari tadi terus–terusan bergetar karena telepon dari orang rumah.
"Woy, masak mie yok. Laper nih gw." Kata Doyoung melihat kedua temannya itu.
"Ayo aja." Sahut Soonyoung.
"AKHH ANJIR!"
Wonwoo membanting ponselnya ketika kalah dari bermain ML tadi. "Hah apa?" Tanyanya.
"Masak mie, won. Laper nih." Kata Soonyoung.
"Kalian laper lagi? Perasaan baru makan anjir." Wonwoo melihat doyoung dan soonyoung dengan expresi mereka yang seperti anak gelandangan.
"Ya ampun, kasihan banget anak orang."
"Ayo deh masak mie." Ajak wonwoo keluar kamar.
Mereka bertiga memasak didapur rumah wonwoo. Soonyoung berniat untuk meminap dahulu dirumah wonwoo, lagi pula kalau pulang ke rumah pastinya bakal dimarah lagi.
Kalau Doyoung dia hanya ikut–ikut saja, lagi pula dia sudah izin dengan Mama nya tadi.
"Soon, lo mau pake cabe atau enggak?" Tanya Doyoung.
"Jangan deh, nanti asam lambung gw kumat."
"Oh yaudah."
Soonyoung hanya melihat dua Sahabatnya itu yang memasak. Sedangkan dirinya lebih memilih membuka bungkus bumbunya saja.
"Kira–kira Ayah sama Bunda khawatir gak ya?"
"Apa malah makin marah?"
Kata–kata itu terus saja terpikir di otaknya, dengan perasaan tidak tenang yang selalu menghantuinya.
Soonyoung baru pertama kali ini kabur dari rumah, makanya ia sedikit tidak tenang ketika melihat orang tuanya terus–terusan menelpon.
"Maaf Yah bun."
°°°°
"Gak dikunci?"Soonyoung menggeser pager rumahnya, sekarang jam 3 pagi dan ia memutuskan untuk pulang kerumah.
Mengernyit bingung melihat lampu ruang tamu masih hidup, apa anggota keluarganya masih ada yang bangun. Dan lagi, pintu rumahnya juga tidak terkunci.
"Baru pulang?" Tanya Ayah dengan atensi yang fokus ke laptopnya.
Soonyoung tersentak kaget, hampir saja ia mengumpat. "Hm"
"Puas bikin repot keluarga?"
Tuh kan, sudah ketebak. Pasti keluarganya tidak ada yang khawatir, melainkan ingin memarahinya saja.
"Kamu udah besar bang, bentar lagi lulus."
"Berpikir dewasa, bukan kayak anak kecil yang kabur–kaburan." Lanjutnya.
Soonyoung menatap datar ayahnya itu, lantas meninggalkan Sang ayah yang masih fokus ke laptopnya.
"Dari mana kamu!"
Lagi–lagi soonyoung tersentak kaget, ketika bundanya itu berada di ruang keluarga dengan menonton TV.
Mengeratkan tali tasnya, ketika bundanya itu mendekat dengan tatapan tajam.
Plak!
"ANAK KURANG AJAR!"
Soonyoung mendengus kasar, menatap balik ke bundanya itu.
"Ini yang sekian kalinya Bunda tampar aku."
"Lagi bun, lagi. Abang suka Bunda pukul abang." Lanjutnya dengan suara bergetar.
Bundanya menatap nyalang anak sulung nya itu. Sebelum suaminya datang untuk memisahkan.
"Sudah bun, masih malem ini. Gak usah ribut dulu, pusing ayah nih." Relai Ayahnya menjauhkan Sang bunda dari soonyoung.
"Maaf bunda."
Kedua orang tua itu sontak melihat Sang anak yang masih diam disana.
"Sudahlah tidur sana." Kata Ayah menyuruh.
"Sunoo yang salah."
Dengan menekankan kata terakhir untuk meyakinkan kalau dirinya bukanlah yang salah. Soonyoung harus membela dirinya, dia tidak mau terus–terusan diam begitu saja disalahin.
"Tidur"
"Abang gak salah!"
Tanpa aba–aba lagi, soonyoung tersungkur dengan darah yang keluar dari sela–sela rambutnya.
Ayahnya memukul kepala Sang anak dengan hiasan kaca yang ada di meja dengan keras, hingga mampu membuat wajah Soonyoung dipenuhi darah.
"Bersihkan lukanya,"
Kata terakhir yang Soonyoung dengar dari ayah, sebelum pria dan wanita itu masuk kedalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Abang ~ Kwon Soonyoung
Short StorySoonyoung tuh istimewa, dia punya kemampuan dan kelebihan sendiri. Tapi kenapa harus dibandingin sih? Kan capek ya.. 🪶by/ @lezzh__ ~ 15 Maret 2023 ~