EIGHT

20 3 0
                                    

Sedari pulang sekolah sampai saat ini soonyoung terus menerus memegang bagian leher kanannya.

Setelah membaca artikel di Google tadi, dirinya semakin takut kalau ia ada penyakit, terlebih kalau itu berbahaya.

"Ngaco nih google"

Soonyoung menaruh ponselnya, lantas menatap kaca untuk melihat area benjolan tadi. "Masuk angin kali ya,"

Melepaskan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya. Lantas mengganti dengan baju dan celana pendek rumahan.

Soonyoung melihat Bundanya yang sedang asik menonton film di ruang keluarga, langkahnya menghampiri bundanya itu.

"Bun"

Tidak ada respon, bundanya itu tampak mengacuhkan soonyoung.

"Bunda leher abang ada benjolan." Kata soonyoung.

Bunda hanya melirik sinis, dirinya masih muak melihat putra sulungnya itu. "Terus?"

"Kira–kita ini kenapa ya bunda?"

"Tau sih."

Soonyoung menghela nafas lelah, dirinya sudah meminta maaf dengan sang bunda tadi pagi, tapi seakan tidak peduli sama sekali bundanya itu.

"Bunda masih marah ya?" Tanya Soonyoung.

"Bun maafin abang ya. Abang emang salah bun, maafin abang ya bunda." Ucap Soonyoung mencoba mengambil tangan bundanya itu.

"Apaansih! Siapa yang nyuruh kamu pegang tangan saya?" Bundanya menepis kasar tangan Soonyoung.

"gak usah lancang kamu." Ketusnya

Soonyoung diam, memainkan kuku tangannya. "Tapi maafin Abang ya bun."

"Saya gak mau ya punya anak gak tau diri kayak kamu. Dari ketiga anak saya, cuman kamu yang selalu bikin saya malu."

"Kamu tahu, saya malu bener–bener malu punya anak kayak kamu Kwon Soonyoung!"

Rasanya sakit banget mendengar omongan bundanya itu. Mata Soonyoung berkaca–kaca, berusaha menahan agar tidak menangis.

"Bunda kenapa benci banget sama abang?" Tanya Soonyoung pelan.

Bundanya mendelik tajam melihat putranya itu."Hahaha, gara-gara kamu, hidup saya hancur. Bahkan dari kamu lahir saja, saya memang tidak suka Soonyoung."

"Siapa yang suka punya anak dari hasil perjodohan hah?"

"Kamu tahu, ayah kamu sama bunda itu gak pernah saling cinta!" Ucap sang Bunda menunjuk wajah Soonyoung.

"Bahkan kamu lahir saja, saya gak sudi buat kamu coba asi saya. Gak pernah ikhlas apa yang saya kasih buat kamu Kwon Soonyoung!"

Soonyoung menatap bundanya lesu, matanya sudah memanas sedari tadi, dadanya pun sudah sangat sesak.

"Kenapa bunda sayang Sunoo sama Haerin?" Tanyanya.

"Karena yang benar-benar saya anggap anak hanya mereka."

Bundanya itu menggeleng sambil berwajah tidak sukanya pada Soonyoung. "Kamu, bukan apa–apanya dibanding mereka. Beda sama anak yang ditunggu–tunggu sama anak yang bener–bener gak diharapin."

"Kualitasnya juga memang beda."

"Kenapa gak buang aku aja kalau bunda, memang bener–bener gak suka abang?" Kata Soonyoung.

"Coba tanya sama ayah kamu itu." Ketus bundanya. "Karena dia, makanya kamu masih disini."

Dirinya ingin sekali menangis memeluk bundanya itu, seperti orang-orang pada umumnya. Tapi itu semua tidak bisa ia lakukan.

"Maaf ya bun."

Setelahnya soonyoung beranjak pergi meninggalkan bundanya itu, lantas menutup pintu kamar nya dengan kencang.

°°°°

Flashback

Sudah tiga minggu yang lalu pasangan suami istri itu menikah, wanita itu memegang lima testpack dengan tangan yang bergetar takut dan marah rasanya. Dari Kelimanya menampilkan hasil yang sama, dua garis merah.

Dia membanting testpack itu ke sembarang arah, melempar barang–barang yang ada disekitar kamar apartement dengan brutal.

Lantas memukul bagian perutnya dengan kencang.

"Mati! Mati! Saya gak mau punya anak dari laki-laki itu! Saya benci kamu!" Teriaknya histeris.

Seorang Pria yang baru saja masuk kamar, Kaget akan kondisi kamar apartement nya itu. Matanya menyorot pada testpack yang tergeletak dilantai. Lantas pria itu mengambilnya.

Perasaan haru dan bahagia ketika melihat benda tersebut, namun tidak dengan istri nya yang tampak emosional disana.

"Kamu apa–apaan sih!" Ucap Pria itu menahan tubuh istri nya agar tidak melukai dirinya sendiri.

"INI SEMUA GARA–GARA KAMU!"

"AKU GAK SUDI SAMA ANAK INI!"

Wanita itu berontak histeris sembari memukul suaminya itu.

"Kamu harus sadar, dia anak kamu." Kata pria itu menahan pundaknya.

"T–tapi aku gak mau anak ini hiks–" Tangisnya merosot ke lantai. "Aku mau aborsi anak ini."

Pria itu melotot kaget. "Gila kamu! Dia anak kita, hadirnya juga karena menikah, bukan karena kesalahan, VILKA!"

"Menurut kamu bukan kesalahan, tapi menurutku ini semua musibah bagi aku, Hilson!"

"Aku mau aborsi anak ini."

Pria yang bernama Hilson itu, menatap marah ke istrinya. "Kalau kamu memang gak mau anak dari hubungan kita, kenapa kamu mau Terima perjodohan itu?"

Wanita itu diam sejenak mengatur nafasnya, "Ini semua karena orang tua kita, gara-gara bisnis, kita begini. Aku benci sampai kapanpun dengan hubungan ini."

Hilson berusaha mungkin bersabar dengan status istri nya ini. Sebisa mungkin ia tidak tersulut emosi.

"Lahirin anak ini, biar aku yang urus. Jangan coba–coba aborsi dia." Kata Hilson menekankan setiap kata yang diucap.

"Biar aku yang mengurusnya sampai besar."


°° TBC °°

Sorry Abang ~ Kwon SoonyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang