"Bagaimana bisa, kamu hanya diam saja diperlakukan seperti itu!" Ujar Pak Axel tidak suka.
"Maaf Pak, saya hanya tidak ingin membuat gaduh perusahaan. Apalagi, perusahaan segera meluncurkan prodak baru, semua divisi sibuk mempersiapkannya, saya tidak ingin mengacaukannya."
Pak Axel tersenyum masam, membuatku semakin tidak enak hati.
"Saya terkejut dan sedikit kecewa, saya tidak tahu ada tindak kekerasan di dalam divisi yang saya pimpin, miris saya tahu dari orang lain."
"Maaf Pak, apa Luna yang melaporkan kejadian ini pada Bapak?" Potongku cepat.
"Tidak ada staf divisi ini yang memberitahu saya. Salah satu direksi yang menyampaikan hal ini pada saya," ungkap pak Axel tenang. Tapi ketenangannya justru membuat jantungku bergejolak hebat, kenapa bisa sampai ke telinga direksi. Sungguh ini lebih membuatku pusing dari tamparan pak Bagas.
"Tapi saya tidak pernah memberitahu siapapun pak, kecuali teman dari divisi keuangan yang memang melihat pipi saya memar, pada saat saya keluar dari ruangan pak Bagas."
Mata pak Axel memicing,"Kamu yakin tidak memberitahu orang lain?"
Iya. Aku memberitahu Revan. Tapi dia tidak ada hubungan apapun dengan perusahaan ini, apalagi mengenal para direksi.
"Maaf pak, saya memang memberitahu kekasih saya pak, tapi dia tidak mengenal siapapun di perusahaan ini."
Pak Axel tersenyum tipis,"Begitukah?" Lelaki itu menatapku tajam, membuatku seketika salah tingkah. Apa aku sudah melakukan kesalahan? Sungguh aku benar-benar merasa tidak enak.
"Siapa kekasihmu? Apakah benar Revandra Adinata?" Tambah pak Axel yang membuatku terdiam sesaat.
"Bagaimana Bapak tahu?" Ucapku dengan bibir bergetar. Disini hanya Luna yang tahu siapa orang sedang menjalin hubungan denganku, tapi aku yakin Luna tidak pernah memberitahu siapapun, apalagi Axel. Dia saja selalu menebarkan bendera perang tiap kali bertemu pak Axel, mana sempat mereka bergosib.
Pak Axel tersenyum miring melihat keterkejutanku.
"Kamu sepertinya belum tahu ya? Keluarga Revandra Adinata pemegang mayoritas saham perusahaan kita!"
Hah. Jelas aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku, aku pernah mendengar keluarga Revan masuk dalam jajaran konglomerat, tapi aku tidak menyangka bahwa keluarganya penguasa perusahaan yang selama ini memberiku makan, kenyataan ini cukup mencubitku, entahlah hati kecilku tidak senang dengan fakta ini.
"Saya tidak ingin kamu melakukan apapun, termasuk membujuk kekasihmu untuk membebaskan pak Bagas, biarkan perusahaan yang mengambil keputusan."
Sepertinya pak Axel sudah bisa membaca pikiranku tanpa aku mengutarakannya, Aku hanya berharap perusahaan tidak memberikan sanksi yang berat.
"Baik pak," jawabku akhirnya dan segera undur diri dari ruangannya.
"Fayni!" Panggil pak Axel ketika tanganku sudah berhasil menggapai gagang pintu.
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Ujarku langsung membalikkan badan dengan sopan.
Pak Axel bergerak dari kursi kebesarannya, dan melangkah lebih mendekat.
"Saya tahu bagaimana perangai kekasihmu meski hubungan kami tidak cukup dekat. Dia orang yang sulit untuk dipengaruhi jika sudah memutuskan sesuatu."
"Sepertinya bapak mengenal Revan dengan baik," Potongku tanpa sadar.
Sebuah senyuman misterius terbit dari bibir pak Axel, aku yakin dibalik senyuman itu menyimpan hal yang tidak ku ketahui.
"Hanya untuk beberapa hal," jawabnya yang membuatku nenyimpan tanda tanya dibenakku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bring My Heart (TAMAT)
Romance( CERITA LENGKAP) SEGERA BACA SEBELUM DIHAPUS. JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA GUYS, AND FOLLOW AKUN PENULIS. Jangan lupa follow Ig Penulis @Titin Yunilestari "Aku tidak tahu seperti apa bentuk pertemuanku dengannya Setelah hubungan kita berakhir...