Revan gusar, ia harus mengambil keputusan yang tepat. Ini lebih pelik dari urusan pekerjaan di rumah sakit atau masalah perusahaannya. Dia orang yang perfeksionis, segalanya ia lakukan dengan sempurna. Tapi kali ini cukup berbeda, ia tidak bisa menyelesaikan dengan logikanya, ini masalah perasaan.
Jika ia mengikuti egonya, ia ingin menghancurkan siapa saja yang menyakiti wanita pujaannya, namun ketika ia menimbang lagi segalanya, bukankah dia juga pernah melakukan hal yang sama. Ia pernah meninggalkan Fayni dan membuat gadis itu terpuruk, meski sebenarnya dia juga merasakan kesakitan yang sama.
Ditengah kerumitan yang semakin menjalar di kepalanya, senyum cerah Fayni berhasil membuatnya tergelak, sungguh ajaib gadis ini, padahal beberapa jam lalu ia masih menangis dan tampak kacau, namun saat ini wajahnya kembali cerah, meski masih ada sembab dan bekas air mata yang membalut wajahnya, gadis itu nampak baik-baik saja. Revan tahu, wanitanya sangat pandai menyembunyikan perasaan.
"Mau dimasakin apa?"
Revan mengulum senyum, ia sangat tahu jika gadis di hadapannya ini sangat payah dalam hal memasak. Terakhir kali dia memasak berhasil membuat dapurnya berantakan layaknya kapal pecah.
Sampai saat ini ia tidak tahu alasan kenapa hatinya berlabuh pada gadis seajaib ini.
"Apa aja," ujarnya datar.
"Baiklah, kamu nunggu di sini saja, karena chef Fayni akan menyulap bahan masakan di kulkas jadi makanan lezat!" Ujar Fayni dengan senyum bangga.
Revan mengangguk, dalam hati ia berujar menyulap dapurnya menjadi kapal pecah lebih tepatnya. Tentu saja dia tidak sampai hati mengatakan itu. Melihat senyum cerah kekasihnya sudah lebih dari cukup.
Lagi pula, masakan Fayni juga tidak terlalu buruk, ia masih bisa menelannya. meski tidak memanjakan lidahnya.
Fayni bergegas ke dapur dengan wajah riang, gadis itu tampak semangat sambil melihat layar ponselnya. Ia mengambil bahan-bahan yang ada di dalam kulkas, Revan sendiri tidak mengindahkan permintaan Fayni untuk berdiam di ruang tengah, ia mengikuti gadis itu ke dapur.
Ia menatap gadis pujaannya lekat, Fayni tampak sibuk membaca petunjuk di layar ponsel, seraya melakukan instruksi yang ada di dalam ponsel tersebut. Kadang ia diam seperti berpikir, setelah itu ia melakukan aktivitasnya, seperti mengambil alat masak, menuang bahan-bahan dalam wadah, memotong dan mencucinya.
Tentu saja semua sesuai arahan dari resep yang ia baca, kadang ia juga terlihat kebingungan ketika melihat bumbu-bumbu yang ada di dapur, bahkan ia mengamati bumbu itu dan setelah itu melihat layar ponsel, Revan tersenyum geli, bahkan untuk melihat bubuk garam, ketumbar dan lada saja, ia masih membutuhkan google.
Revan bisa memastikan bahwa gadis itu tidak biasa dengan aktivitas di dapur. Namun justru hal aneh yang menyelendup di dadanya, ia sangat menikmati kegiatan yang di lakukan Fayni mesti di luar ekspektasinya. Barangkali banyak gadis di luar sana bisa memenuhi kriterianya tapi tidak akan bisa membuatnya sebahagia ini.
"Van...bisa tidak, kamu jangan disitu, nunggunya jangan disini!" Ujar Fayni tidak nyaman, ia baru sadar jika pria itu ternyata ada di belakangnya. Selain karena ketahuan payah dalam hal memasak, Fayni juga risih ketika Revan memperhatikan tubuhnya.
"Kenapa?"
"Ya pokoknya jangan disini, aku berasa ikut acara lomba masak tahu nggak? Kamu lihatnya gitu banget! Aku jadi nggak fokus nih!" Dumel Fayni, sungguh ia risih Revan memperhatikan tubuhnya yang kini sudah tidak ada bagus-bagusnya. Dia sendiri juga heran, kenapa lemak-lemak ini bahagia mendiami tubuhnya.
Revan bergerak mendekat, kini berdiri tepat di belakang Fayni.
"Sejak kapan, tubuhmu jadi berisi!" Bisik Revan tepat ditelinga Fayni. Gadis itu panas dingin mendengarnya. Beberapa kali laki-laki jangkung itu mengecup puncak kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bring My Heart (TAMAT)
Romansa( CERITA LENGKAP) SEGERA BACA SEBELUM DIHAPUS. JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA GUYS, AND FOLLOW AKUN PENULIS. Aku tidak tahu seperti apa bentuk pertemuanku dengannya Setelah hubungan kita berakhir. Meski sudah delapan tahun berlalu, dia masih menem...