Sekilas Tentang Keadaan Warga Lain (STKWL 1)

191 27 0
                                    

"Haloo semuanyaaa! Kembali lagi bersama PancaRustikaa! Apa kabarnya nih hari ini? Pada baik-baik aja 'kaaan? Apa ada yang baru diputusin pacarnyaa?"

"Oh iya, kami turut berduka cita ya buat Kak Rian. Masih belum dapat kabar nih dari Kak Gita. Semoga dipertemukan kembali di masa depan yaa. Pokoknya jangan pantang menyerah deh. Kita harus tetep strong walaupun nggak di notice sama si doi."

Suara semangat gadis yang sudah familiar di telinga seluruh mahasiswa Brahmaysta itu kembali terdengar di jam-jam biasa. Setiap di waktu istirahat, atau waktu produktif kegiatan outdoor, suara anak Swaranika akan selalu menemani mereka selagi masih berada di kawasan kampus.

Biasanya, gosip ataupun pernyataan cinta yang gamblang kerap disalurkan melalui siaran mereka. Bahkan gosip terbaru dari Mbak Silla ataupun penyemangat dari Vajia selalu mereka tunggu-tunggu.

"Buat yang sedih, jangan sedih lagi ya. Yang berlalu biarlah berlalu. Masa depan pikirin nanti juga nggak papa." Si adam yang masih keringetan ikutan menimbrung.

"Nah, buat nemenin kakak-kakak yang cantik dan abang-abang yang ganteng, kita bakal puterin lagu nih. Tentunya yang lagi hits biar kita semua semakin semangat menjalani hari! Stay dengerin kita yaa!"

Mic dimatikan bersamaan dengan keluarnya sebuah alunan lagu yang menenangkan. Dua pemuda pemudi yang sebelumnya duduk tegak kini berubah menyender santai di kursinya masing-masing. Si adam yang masih pucat karena terburu-buru rekaman pun akhirnya menghela nafas lega. Sedangkan si hawa yang pengertian dengan peka menyodorkan sebotol air dan tisu kering.

"Abis basket?"

Pria itu mengangguk kecil.

Vajia mencebik kecil, menepuk pelan bahu lelaki itu. "Lain kali kalo tau ada jadwal nggak usah ikut dulu. Buru-buru yang capek siapa?"

Panca hanya bisa tersenyum kecil sebelum mengucapkan terimakasih.

"Aku nggak tau kapan Bang Vergo daftarin tim kita, tau-tau dua minggu lagi masuk lomba tingkat kota."

Vajia turut meringis. "Lagian, Kak Vergo kan udah nggak jadi ketua Hayukluh. Justru keluar buat mantepin di Bala. Kok masih bisa di acc sama Pak Rama?"

Panca mengendikkan bahu, melirik gadis di sebelahnya dengan senyum kecil sebelum sibuk meminum air mineralnya kembali.

"Bang Vergo tuh tipe orang yang sulit didapet di tim. Jadinya di sayang banget sama Pak Rama. Istilahnya di anak emaskan lah. Lagian instingnya juga bagus. Dia optimis angkatan 23 bisa lewatin juara tingkat kota."

"Iya sih. Hayukluh angkatan 23 juga sebelas dua belas sama angkatan 24."

Panca mengangguk ringan sebelum hening menghampiri keduanya. Kini lagu yang mengalun sama-sama terucap di bibir mereka. Hal seperti ini sudah terlalu sering terjadi. Setiap Panca dan Vajia memiliki jadwal siaran yang sama, kala sebuah lagu di putar dari studio, keduanya akan memilih bungkam dan menikmati setiap alunan kata yang keluar dari sang penyanyi.

Entah kenapa, mereka satu hati jika menyangkut tentang hobi mereka yang senang mendengarkan lagu. Istilah kerennya, healing mereka ya mendengarkan lagu. Terlebih saat lagu favorit mereka terputar di studio, mereka tak segan melakukan duet kecil-kecilan yang diiringi suara berat Panca dan suara mezzo-sopran milik Vajia.

"Ji, nanti siang jadi?"

"Nanti siang?"

Vajia bertanya dengan perasaan bingung saat pertanyaan itu terlontar dari bibir Panca.

Lelaki itu menangguk. Namun saat ingin menimpali, ponsel miliknya berbunyi. Menandakan ada telepon masuk. Panca menanggapi dengan tenang, meminta Reza untuk memutarkan satu lagu lagi.

Antara Kamu Dan CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang