Perihal Prioritas

257 40 4
                                    


Sesuai permintaan guys, double up nih π_π

=========================

Hari beranjak menuju fajar. Semilir angin yang berhembus kuat tak mampu mengurangi rasa gelisahnya. Pikirannya dipenuhi dengan perasaan khawatir.

Hujan yang sebelumnya mengguyur permukaan bumi dengan begitu derasnya juga sudah lindap. Menyisakan gerimis kecil yang menambah kalut suasana hatinya.

"Santai Tar, jan tegang-tegang amat. Ini Roki abis ngabarin gue, pacar lo aman sama dia." Hiro menepuk bahunya mencoba menenangkan.

Tapi bukannya tenang, justru Tara merasa sebal karena lelaki itu sedari tadi merecokinya dengan sengaja meminum kopi dan asik merokok seolah-olah mengejek Tara yang sedang dalam masa urgent menyentuh barang-barang itu.

Sesampainya di kosan, Tara langsung membangunkan Hiro--orang paling mager yang tak akan pernah melirik hal-hal melelahkan seperti yang dilakukan Bala. Walau diselipi dengan umpatan tak mengenakkan, akhirnya lelaki itu berhasil Tara bujuk untuk menemaninya ke tempat event terbuka Bala berada.

Akhirnya mereka sampai di kaki gunung di saat jam baru menunjukkan pukul 3 dini hari. Tara sama sekali tak memikirkan istirahat barang sejenak setelah pulang dari kosannya Rudi. Bagaimana tidak, mengingat bahwa pacarnya sedang dalam keadaan tak baik-baik saja, tentu Tara tak bisa duduk dengan tenang. Terlebih lagi gerimis masih tersisa, pasti tanah yang mereka pijak akan terasa licin. Dan itu membuat kadar kekhawatirannya bertambah dua kali lipat.

"Lo sesayang itu sama Ochi?" Hiro bertanya setelah menjentikkan abu rokoknya di asbak.

Tara kembali melirik layar ponselnya. Mengabaikan pertanyaan Hiro yang jelas-jelas terlalu retoris hanya untuk dijawab.

"Syukur sih Bang."

Entah apa yang dimaksud oleh Hiro, perasaan Tara kepada Anne tentu tak perlu diragukan lagi.

"Roki? Dapet info dari dia lagi nggak?"

Hiro mengambil ht yang semula diberi oleh orang basecamp. Menyalakannya dan mencari tanda-tanda bahwa Roki mendapat sinyal darinya.

"Nggak. Tenangin diri lo Bang. Untungnya trek mereka termasuk ramah banget."

Tara mendengus pelan. Melipat tangannya di depan dada dan menyenderkan punggungnya di tiang kayu penyangga kerangka atap-atap rumah. Biasanya jam segini sudah dua jam dari waktu orang-orang summit, dan ia dengar Bala berencana untuk naik puncak di dini hari. Walaupun mereka tadi berkata melalui ht bahwa sudah mendirikan camp bertepatan saat waktu magrib datang, rasanya Tara masih khawatir jika Anne ikut pendakian di waktu masih gelap. Bala memang sudah mengikuti pelatihan bersama orang-orang profesional dalam bidangnya, namun tetap saja. Perasaan yang bercokol dalam hatinya itu tak bisa dihilangkan begitu saja.

"Lah itu Bang?? Woy! Udah sampe aja lo!" Hiro bangkit dan berteriak dengan semangat.

Tara seketika berdiri dari duduknya. Menghampiri mereka untuk mencari pacarnya. Namun bukannya Anne yang ditandu, melainkan Jaka yang masih meringis kesakitan. Sekilas terbesit rasa lega karena bukan Anne yang di sana, tapi ia tahu perasaan itu tak bisa dibenarkan. Jadi ia bertanya bagaimana keadaan lelaki itu terlebih dahulu sebelum kembali mencari Anne.

"Ochi di belakang Bang. Aman." Jaka mengacungkan jempolnya sambil meringis.

Mengabaikan bajunya yang mulai basah karena gerimis, Tara segera berjalan ke atas.

"Iya, untung gue yang jatuh bukan Ochi."

Suara Jaka terdengar samar di telinganya. Tara pastikan nanti ia berterimakasih kepada lelaki itu karena sudah membantu menjaga pacarnya.

Antara Kamu Dan CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang