AU
********
Universitas Brahmaysta itu unik. Anti-mainstream. Keren abis pokoknya.
Begitulah nama kondang yang kampusnya bawa di telinga orang-orang. Menurut Anne, yang paling sesuai dengan julukan tersebut yaitu adanya UKM yang bebas benar-benar dicekal oleh mahasiswa sendiri. Tidak dibentuk oleh pihak pendidik, melainkan pihak pendidik hanya memberikan bimbingan dan arahan. Selanjutnya ingin bagaimana unit itu berlangsung, sudah bukan lagi urusan kampus. Selagi masih mengikuti hukum dan tak melanggar norma, maka pihak dalam pun akan tetap mendukung.
Seperti Bala ini. Berbeda dengan Mapala, Bala didirikan hanya untuk penyusuran dataran tinggi. Mau itu pegunungan, atau mendaki gunung, Bala mengutamakan tujuan yang telah ditarget sebelum pelaksanaan. Mudahnya, Bala memprioritaskan hasil yang didapat, dengan tak mengurangi kepedulian alam sama sekali.
Jadi bisa dimaklumi kenapa peminat Bala banyak, namun tak elak banyak juga yang gagal seleksi. Namun karena ukm ini sudah jatuh ditangan Fabian, lelaki itu dengan pintar mengolah dan mengadakan camp umum setiap tiga bulan sekali yang dinaungi oleh Bala sendiri. Sehingga yang sebelumnya gagal masuk anggota inti, bisa menuntaskan hobinya karena event tersebut.
Seperti yang sudah Anne duga. Peminat kali ini juga banyak. Bahkan kata sang ketua sendiri, orang luar yang ikut lebih banyak ketimbang tiga bulan yang lalu. Yah, selain karena faktor alam yang mereka ambil merupakan tempat favorit mendaki dan ada trek khusus untuk pemula, makanya banyak anonim tertarik tanpa pengaruh orang lain.
Bertengger di kaki gunung saja hawa sejuknya sudah terasa, bagaimana jika berada di puncak nanti?
Itulah pertanyaan yang sedari tadi berseliweran di pikiran Anne. Bahkan Tara sampai membawakannya jaket parasut khusus super tebal milik lelaki itu. Bahkan sb yang ia bawa pun juga milik Tara. Entah apa perbedaannya, Anne tidak tahu. Katanya sih bahannya lebih bisa menghangatkan kulit.
"Darius, kompor gue bisa ngikut nggak?"
Benar kata Tara. Belum mendaki saja bahunya terasa seolah remuk dengan beban tas ransel yang ia gendong. Mungkin karena faktor kompor dan tabung gas kecil yang ia bawa, badannya--yang walaupun lumayan jangkung namun ringkih itu--tak kuat menahan beban tas itu lagi.
Darius yang sibuk menata barang di tas ransel anak-anak Bala pun hanya meliriknya. Sebelum kembali fokus kembali ke kegiatannya dan bersikap abai.
"Bisa nggak ya Darius? Soalnya--"
"Nggak bisa. Sorry, tugas yang bawa ransel besar cuman empat orang inti."
Mendengarnya, Anne seketika mencebik. "Oh gitu. Maaf ya, soalnya tadi Bara bilang, kalo soal kompor bisa nitip ke anggota Bala--"
"Bathario Ambara yang lo maksud?"
Ucapan cowok itu Anne hadiahi dengan anggukan kecil. Seringai tipis di bibirnya terbit seketika saat Darius yang sebelumnya menolak berganti meminta mengambil alih kompor yang Anne maksud.
"Ini. Lain kali ngomong tuh yang jujur. Vergo aja bilang ada tujuh orang. Termasuk lo juga kan?"
Darius yang semula berwajah masam kini tambah kecut dibuatnya. Anne tak ingin menambah berat suasana, apa lagi Darius termasuk anggota inti Bala. Di mana berarti pasti mereka akan sering bertemu ke depannya. Jadi dari pada menimbulkan perkara, lebih baik Anne menjauhinya.
Pandangannya mengedar, kemudian berhenti di sekumpulan gadis yang sedang mengobrol. Bahkan Ama juga turut berada di sana. Jadi tanpa pikir panjang ia melangkahkan kakinya ke arah mereka. Bergabung ke gerombolan kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kamu Dan Canduku
RomansSebelum melabuhkan hatinya pada sang pujaan hati-Rosaria Anne-Bathario Ambara pernah berjanji, bahwa ia tak akan pernah melepas apa yang telah dia miliki. A fanfiction Start : 20 Agustus 2023