04. Alat Lukis dan Pelukan

38 18 1
                                    

Sebelum baca ceritanya, alangkah baiknya kalian vote cerita ini. Dan berikan kata-kata pendukung untuk mpi di kolom komentar ya!!

.
.
.
Happy Reading

Hari ini Sava berada di halaman depan rumahnya, lebih tepatnya dia sedang duduk lesehan di bawah pohon yang mempunyai dedaunan yang lumayan lebat untuk menutupi dirinya dari sinar matahari yang mulai naik. Kini dia tengah fokus menggambar wajah seseorang di buku sketsanya.

Sesekali Sava mengulas senyumannya saat gambarannya sedikit lebih baik dari sebelumnya. Dia belum bisa dikatakan sebagai orang yang pandai melukis, jadi dengan giat atau saat waktu senggang dia sesekali mengasah kemampuan menggambarnya.

Dia menatap kuas dan pewarna yang dia bawa untuk menjadikannya pelengkap dari gambarannya. Senyumnya tak luntur saat melihat hasil karyanya sendiri. Walau belum sempurna, dia mudah merasa puas dengan hasil karyanya.

"Aku jadi ingat denganmu yang pertama kalinya mengajariku menggambar, Lio." Ucapnya seraya menatap langit yang mulai dipenuhi awan-awan. Kenangan masa lalunya dengan Lio terlalu banyak. Dan sedikit menyesakkan dada saat kembali mengingatnya.

Terlebih lagi, Lio yang pertama kali membawanya ke sebuah danau yang jauh dari suasana ramainya orang-orang. Dan saat itu jugalah Lio mengajarkannya melukis. Mengenalkannya pada hobi dari lelaki itu.

"Lio, aku masih tidak bisa percaya kalau kau telah pergi." Lirihnya.

Sava yang merasa cuacanya semakin panas, segera membereskan kembali barang-barangnya dan memasukkannya dalam tas yang dia bawa. Setelahnya dia masuk ke dalam bangunan kecil yang menjadi ruangan galeri Art-nya. Ruangan ini selalu bersih dan rapi, seperti yang dibilang ibunya.

Ruangan ini dibangun sejak dua tahun yang lalu. Sebenarnya ayahnya yang mempunyai ide membangun ruangan ini. Karena ayahnya tidak ingin dia pergi ke Galeri Art milik Lio.

"Lagi-lagi semuanya selalu berkaitan denganmu, Lio." Gumamnya seraya melangkah masuk lebih dalam.

Lalu dia menaruh tas bawaannya diatas meja dan kakinya melangkah mendekati salah satu pigura foto saat dia bersama Lio di danau. Senyumnya terukir kembali saat melihat foto tersebut.

"Kau selalu membuatku tersenyum saat itu."

Kencan pertama yang berubah menjadi pembelajaran untuk dirinya. Dan Lio sebagai guru yang membimbingnya dalam belajar melukis itu.

Saat itu Sava baru saja pulang dari rumah temannya dalam agenda belajar bersama sebelum ujian kelulusan diadakan. Dan tiba-tiba saja Lio mengabari Sava untuk ikut dengannya ke sebuah tempat. Lelaki itu juga berkata bahwa ajakannya adalah kencan.

"Memangnya kau akan mengajakku kemana, kak?" Tanya Sava pada Lio yang tengah duduk ruang tamunya bersama kakak perempuannya.

"Itu rahasia, kau hanya perlu ikut denganku saja, nanti juga kau akan tahu tempatnya."

Sava menatap Barel yang menahan tawanya. "Kak.." rengeknya.

Barel tertawa geli, "Ikut saja, kakak sudah memperingatkan dirinya untuk tidak macam-macam padamu."

"Nah, kakak dan orang tuamu juga sudah mengijinkannya. Jadi, apa kau mau ikut?"

Sava dengan ragu mengangguk, "Baiklah aku ikut denganmu, kak."

"Jaga adikku, aku tidak ingin kau mengembalikannya dengan luka sekecil apapun itu."

"Oh, ayolah Relin. Kau tahu aku bagaimana, bukan?"

Barel mendengus, walau begitu dia tetap saja mengiyakan perkataan Lio.

"Nill akan menjemputmu sebentar lagi, Rel." Ucap Lio sebelum memasuki mobilnya.

Fallin' Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang