.
.
.
.
Happy Reading....Sava membuka matanya perlahan, kepalanya menoleh ke arah kanan dimana jam digital yang beberapa hari ia beli kini terletak diatas meja kecil. Ia melihat angka yang tertera di sana, setelahnya ia kembali menatap langit-langit kamarnya.
“Sudah jam sebelas malam. Cukup lama aku tertidur ternyata.” Monolognya.
“Apa mama dan papa sudah dirumah? Kenapa tidak membangunkanku ya?” Gumamnya.
Sava mengelus perutnya yang berbunyi. “Aku lapar sekali…” lirihnya.
Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Seingatnya sebelum terlelap, pintunya tertutup dengan rapat. Apa orang tuanya sudah mencoba membangunkannya?
“Daripada kau terus berpikir, lebih baik segera mengisi perutmu, Sava.” Ucapnya pada diri sendiri.
Segera saja ia bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya. Kakinya melangkah menuruni anak tangga dengan pelan berupaya untuk tak membangunkan anggota keluarganya yang lain. Pikirnya seperti itu sebelum ia mendengar suara seseorang menangkap pergerakannya.
“Kau baru turun, Va?”
Sava memejamkan matanya, meringis pelan. Ia merasa ketahuan mengendap-endap seperti seorang pencuri. Tubuhnya otomatis bergerak ke arah seseorang itu. Ternyata kakak laki-lakinya serta kakak iparnya itu sedang membersihkan meja makan. Sepertinya mereka baru saja menyantap makan malamnya?
“Kau belum makan ya?” Tanya Kirana.
Sava mengangguk kaku. Dia sedikit takut dengan kakak laki-lakinya, karena dia pernah sekali ketahuan melewatkan makan siangnya oleh kakaknya itu. Dan tentu saja cermahan yang dia dapatkan membuatnya kapok.
Hidra Rajasta. Itulah nama kakak laki-lakinya yang juga merupakan anak pertama. Kakaknya menikah dengan Kirana Harania sekitar dua tahun yang lalu. Saat Sava sudah mulai menjadi karyawan kantoran.
Sava sangat menyayangi kakak laki-lakinya itu, begitupun dengan Hidra-sang kakak. Dia menyayangi kedua adiknya. Hanya saja memperlakukan keduanya dengan cara yang berbeda. Jika bersama Barel, Hidra akan menjadi seorang kakak yang sangat jahil dan tidak mau kalah. Sedangkan dengan Sava, dia akan menjadi sosok yang tegas dan juga pengertian. Walau memperlakukan keduanya dengan berbeda, kasih sayang yang ditunjukkan oleh Hidra tetap sama.
Kini Hidra menatap Sava dengan sedikit tajam. Dia tidak suka jika adik-adiknya meninggalkan makan. Karena keduanya mempunyai masalah penyakit pada lambungnya. Jika telat sedikit saja maka mereka akan sakit.
“Kau akan tetap diam disana? Tidak ingin mengisi perutmu?” Tanya Hidra.
Sava sedikit menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap kakaknya jika pria itu dalam perasaan kesal.
“Mas, turunkan sedikit intonasimu. Sava akan takut jika kau begitu.”
Peringatan dengan nada lembut dari Kirana membuat Hidra menghela nafasnya pelan. “Kemarilah, kakak akan memanaskan kembali makanan yang sudah dibuat oleh mama untukmu. Jadi kau duduk saja disini bersama Ira.”
Kirana menghampiri Sava, menggandeng lengannya agar ia mau ikut duduk di kursi seraya menunggu Hidra memanaskan masakan. Sava yang dituntun untuk segera duduk hanya menurut saja. Padahal niatnya ia akan memakan mie instan. Sepertinya niatnya tidak terkabulkan malam ini.
“Apa aku boleh bertanya?”
Sava mengerjapkan matanya, “Kak Ira ingin bertanya apa?”
“Apa kau sering mengkonsumsi mie instan? Terkadang aku seringkali melihat bungkusan mie itu didalam tong sampah di dapur setiap pagi. Karena yang aku tahu kau yang lebih sering ke dapur disaat dini hari.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Love Again
Storie d'amore(The Series 1) On Going [Romance-Fiksi-Adult] Dunia Savala tampak baik-baik saja sebelumnya, sampai akhirnya dia harus melihat sebuah tragedi kekasihnya yang tertembak. Terlebih lagi, setelah tragedi itu dia tidak bertemu kembali dengan kekasihnya...