Suara langkah kaki bernyanyi ria menuju aula mansion hyuga, suara itu langsung lenyap saat barisan para pengawal berhenti menghadap sang tuan, yang kini tengah melipat kedua tangannya di depan dada, tatapannya sangat angkuh dan juga berkarisma, semua itu cocok dengan wajah tampannya.
"Kalian terlambat sialan !".
Suara datar penuh tekanan itu mulai mengusik telinga para pengawal, mereka hanya bisa menunduk takut karena tatapan mengintimidasi dari sang tuan, yang seakan ingin memangsa mereka hidup-hidup.
Suasana tegang itu cukup teralihkan karena kedatangan satu pengawal lagi yang sudah sangat terlambat bagi sang tuan.
Suara decakan kini terdengar, dan jari sang tuan muda langsung menunjuk pengawal itu dengan senyuman sinis yang mewarnai wajah tampannya.
"Kau keluar", dua suku kata dengan suara dingin yang mempu membuat merinding siapa pun yang mendengarnya.
"Maaf Neji-sama, saya melakukan kesalahan, beri saya kesempatan Neji-sama", pengawal tersebut langsung bersimpuh di depan sang tuan, berharap akan adanya kesempatan.
Sang tuan terlihat tidak peduli, hanya dengan memberikan kode mata, maka pengawal tersebut langsung diseret keluar dari aula mansion hyuga, ia tidak memiliki tempat lagi di sini.
Hyuga Neji, lelaki tampan yang sangat idealis, kesibukannya cukup bagus, ia adalah CEO Hyuga Corp.
Secara umum Hyuga Neji dikenal sebagai seseorang yang egois dan menyebalkan, para gadis menyebutnya sebagai kulkas berjalan, meskipun begitu, para gadis selalu jatuh cinta padanya.
◾
~🖤~
◾"Kapan isi surat itu harus dilaksanakan ?", Neji memandang dingin notaris yang kini menunduk takut di depannya.
"Semuanya akan dilaksanakan akhir tahun ini Neji-sama", suara bergetar menghiasi jawaban sang notaris.
"Baiklah, kau boleh pergi".
Setelah kepergian sang notaris, suasana mansion hyuga kembali sepi, dulu mansion hyuga begitu hangat, namun semuanya hancur karena kejadian di masa lalu, ulah si brengsek yang kini mungkin sudah mati.
Saat ini sudah tengah malam, tapi Neji masih tetap terjaga, kepalanya sedikit pusing memikirkan dunia dan juga hatinya, ia sungguh butuh hiburan, kini Neji memilih untuk melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan.
Ruangan yang selama beberapa tahun ini memberikannya sedikit kehangatan.
Neji memandang dinding di depannya, senyum yang begitu manis dan paras yang begitu cantik terlukis indah di dinding itu, lukisan itu benar-benar terpampang begitu besar di ruangan itu.
"Aku merindukanmu, hime", suara rendah Neji menggambarkan kerinduan yang begitu memilukan.
Neji meraih ponsel yang ia letakkan di saku, di layar ponselnya, si himenya berpose sangat cantik, membuat bibir sexy Neji sedikit tersenyum, sesuai rencana, besok himenya yang ia rindukan akan pulang, ia tidak sabar lagi untuk menanti hari esok, jarinya mulai mencari kontak seseorang yang mengusik jiwa raganya itu.
"Apa siap-siapnya sudah selesai ?", Neji tersenyum manis menunggu jawaban untuk pertanyaannya.
"__"
"Tidak jadi ?", ada perasaan kecewa setelah mendengar jawaban himenya di ujung sana, seketika senyum di wajah tampan Neji lenyap.
Sambungan telepon dimatikan sepihak, hati Neji langsung terasa sakit, ia meremas dadanya dan tanpa terasa air matanya mulai menetes, ia melihat lukisan di depannya dengan pandangan sendu.
"Aku sangat merindukanmu, sangat rindu sampai rasanya ingin mati, pulanglah hime", suara Neji seperti berbisik, seperti ada rasa putus asa yang begitu dalam di sana.
