Aciel

1K 95 4
                                    














"Apa yang terjadi denganmu." Ucap Zergan setelah ia masuk ke ruang rawat milik Zavier.

Zergan sekilas menatap Xavier yang kini tengah berbaring sambil menutup mata dengan lengannya.

"Dimana orang tua itu kenapa dia tak datang menjengukku..apa dia terlalu sibuk karena mencari anak haramnya." Ucap Xavier yang kini tengah bangun dari baringnya menatap kakaknya tersebut.

"Papa ada rapat penting pagi ini jadi ia akan datang mungkin sore atau malam nanti." Ucap Zergan tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone nya yang menampilkan grafik grafik.

"Aku tau kalian diam diam mencari anak itukan.ck jadi kini kalian menyesal." Ucap Xavier.

"Bukan kah sama sepertimu,jika bukan karena anak itu kau tak mungkin mabuk dan berahir disini bukan." Ucap Zergan yang kini tengah menatap dingin Xander.

Setelah mengatan itu kini suasana kamar rawat Xavier benar benar sunyi dan setelahnya Zergan berpamitan untuk pergi kekantin untuk membeli makanan karena ia tadi belum sempat sarapan.














Saat akan pergi kekantin Zergan teringat dengan Xander kemudian ia pergi keruang rawat dimana ia bertemu dengan Xander tadi pagi,

Dan Entah mengapa ia begitu tertarik dengan ruangan itu.

Kaki jenjangnya kini dengan pasti melangkah keruang rawat dimana pasien yang katanya Xander spesial itu.

Setelah sampai Zergan perlahan membuka pintu itu dan perlahan mulai memasukinya.

Sesaat ia terpaku melihat desain kamar itu yang berbeda dengan kamar lainnya.kamar ini berisi berbagai gambar khas anak anak setelahnya ia mulai melangkah lebih kedalam lagi menuju sebuah ranjang dengan suara monitor disebelahnya.

Pelan tapi pasti kini Zergan telah hampir sampai diranjang yang berisikan seorang anak kecil dengan berbagai alat alat penunjang hidup dan seketika tubuhnya mendadak kaku melihat siapa bocah yang kini tengah bertarung dengan maut itu.

Zergan terdiam sesaat sambil mengamati wajah bocah itu yang terhalang selang yang masuk lewat mulut kecil nya.

Namun tak berselang lama suara pintu terbuka menyadarkannya.ia pun berbalik dan melihat Xander yang kini tengah mematung melihat siapa yang masuk keruangan Ciel.

Xander tadinya hendak mengambil handphone yang tertinggal namun kini ia terkejud karena melihat Zergan diruangan milik Ciel.


Zergan yang melihatpun langsung mengeraskan ragangnya dan menatap tajam Xander.

"Jelaskan apa yang terjadi disini." Ucap Zergan dengan penuh tekanan.

Xander yang mendapat tekananpun balik menatap remeh Zergan.

"Apa yang harus aku jelaskan tidak ada tuan Zergan yang terhormat.anda tidak ada urusan disini jadi silahakan keluar tuan." Ucap Xander yang kini tengah berjalan keranjang Ciel.




















Setelah kejadian tiba tiba diruang rawat itu kini Zergan tengah termenung dengan berbagai pikiran yang berkecamuk memikirkan bocah yang beberapa waktu lalu ngotot untuk tinggal bersama namun tiba tiba pergi begitu saja.

Sekarang ia tau kenapa bocah itu tiba tiba pergi dari mansionnya.


Xander tak menjelaskan secara rinci namun Xander hanya mengatakan bahwa Ciel saat ini hanya dalam kondisi tertidur.

Zergan tentu tak bodoh ia tau tertidur yang dimaksud adalah koma.

Sayangnya Xander enggan mengatakan apapun mengenai kondisi Ciel.

Karena bagi Xander merekalag penyebab kondisi Ciel menurun drastis bahkan sampai henti jantung.


Tak berselang lama Zergan menghubungi nomor seseorang dan menyuruhnya menyelidiki Xander.dia seperti familiar dengan Xander tapi ia lupa.
























Siang telah berganti malam kini Suasana kamar rawat Xavier sedikit ramai dengan omelan sang kepala keluarga.


"Apa yang membuatmu mabuk sampai menabrak pohon Vier.papa membebaskanmu melakukan apapun yang kau sukai tapi bukan seperti yang papa inginkan." Ucap Damian yang kini tengah duduk disamping ranjang Xavier.

Xavier sendiri tampak acuh dan lebih memfokuskan diri dengan ponselnya.

Tak berselang lama Zergan pun masuk dan meminta ayahnya untuk keluar sebentar.

Kini keduanya tengah duduk disebuah taman rumah sakit.

"Apa yang ingin kau bicarakan." Tanya Damian.

"Mengenai anak itu..." Ucapan mengantung Zergan mampu membuat Damian terkejud meski tertutupi dengan wajahnya yang datar.

"Aku tau dia dimana." Lanjut Zergan.

Damian yang mendengarnya pun lantas menatap lurus kemata Zergan.

"Dimana dia...katakan DIMANA." Tanya Damian secara tak sabaran.

"Jadi papa benar benar menyesal ckck...kalau aku beritahu dimana dia,apa yang akan papa lakukan." Ucap Zergan yang kini mentap tajam ayahnya.

"Bukankah seharusnya hidup kita sudah kembali normal bukankah sejak awal kita tidak ada yang mau menerimanya bahkan papa sendiri yang mengusirnya malam itu.lantas mengapa kini kau seolah seolah tengah kehilangan separuh jiwamu." Ucap Zergan.

Damian merasa tertohok mendengar kalimat panjang Zergan.memang bener benar jauh didalam hatinya ia mulai menerima anak itu tapi gensi yang menutupinya.

"Itu bukan urusanmu dan cepat katakan dimana ACIEL." Ucap Damian dengan tegas.

Wajahnya kini terlihat menahan amarah terlihat pula urat dilehernya.













Setelah mendengar dimana Ciel berada kini Damian terus berlari menyusuri lorong rumah sakit ini untuk mencapai dimana ruang rawat milik Ciel.

Wajahnya kini nampak sedikit pucat dan berharap kalau Zergan membohonginya.

Kini Damian telah sempai disebuah kamar rawat dan membukanya dengan tak sabar.

Tak berselang lama tubuh Damian jatuh terduduk begitu melihat bocah yang ia cari cari dan ia perlakukan buruk dan juga yang ia usir itu tengah tidur dengan berkawan berbagai alat alat itu.

Dengan perlahan Damian bangkit dan mendekati Ciel air mata jatuh begitu saja tanpa ia bisa tahan.

Melihat bocah yang sebulan lalu ngotot ingin tinggal dengannya bocah yang selalu ceria itu kini tak berdaya dengan berbagai alat penunjang hidupnya.

Dengan tangan bergetar Damian menyentuh surai Ciel air matanya bahkan masih turun.

Entah mengapa hatinya begitu sakit melihat Ciel seperti ini.Kini Damian dikuasai rasa bersalah yang teramat mendalam.

"Hei...kau bercanda...katakan kalau kau sedang bercanda.kau pasti melakukan ini untuk menarik simpatiku kan." Ucap Damain yang kini terus mengelus surai madu itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi...kau seenaknya datang kemudian pergi begitu saja dan meninggalakan penyesalan.beraninya kau melakukan itu" Ucap Damian lagi.

Damian terus mengajak bicara Ciel tanpa mengetahui ada sesosok anaknya yang lain yang tengah bersandar dibalik pintu itu.

Sosok itu menundukan wajahnya kemudian pergi begitu saja.





































Kalau typo maklum yah🪱

Hanya satu bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang