Note Six : Sekolah... (chapter 6)

40 7 0
                                    

Wahh... Sudah berapa lama lapak ini ditinggal?!?! 🙃🙃 Apa masih ada yang nunggu? Kayanya nggak ada deh.. (Dasar penulis moody-an #nyindirdirisendiri)
Mohon maklum ya soalnya lagi musim uts.. Jadi sebagai obat rinduku, disebelah ada cerita baru bertemakan fantasy 😘 dan perlu kalian tahu, tulisan ini di ketik ketika mata me tersisa 4 watt.

Jadi kalau ada nemu typo atau ketidak jelaskan pada paragrafnya tandain ya biar saya bisa revisi.. Sumpah ngantuk cuy 🥱😴. Oke? Baiklah kita sudahi saja sesi curhatan karena mata tidak bisa di ajak kerja sama! Mana pagi nanti harus bangun karena zoom, jadi chapter 6 bakal up paling lambat... Hari rabu(?).

Just kidding... Happy reading! 😁

-
-
-

Entah sudah keberapa kali Hinata menghela nafas lelah saat gadis itu sampai depan gerbang sekolahnya. Kepala indigo itu masih teringat jelas perkataan menohok sang ayah, ah.. Hinata ragu memanggil pria egois itu dengan kata 'ayah' cocok atau tidak. Namun, berharap adanya perubahan pun tak akan mengembalikan keadaan yang sudah lama sekali hancur.

Huft~ lebih bagus kepalanya dipenuhi dengan kunci jawaban ujian tryout dari pada kerepotan dengan hal yang merugikan mentalnya

Kelas Hinata berada di lantai 2 jadi untuk sampai disana, dirinya harus melewati kelas 1 yang entah kenapa membuat mood Hinata jadi makin buruk

'Huft~ pikirkan sesuatu yang menyenangkan, wahai otak sehat ku!' Batin gadis itu berharap pikirannya dapat menjadi pengalihan dari rasa jengkel pada hati Hinata. Tapi, sepertinya hari tersebut Hinata kembali mendapat teguran ramah dari anak-anak kelas 1, lebih spesifiknya siswa laki-laki

Gadis itu berusaha senatural mungkin memberikan balasan singkat tanpa memelankan laju langkah kakinya. Pada hal Hinata tahun lalu tidak terdaftar dalam anggota panitia orientasi, tapi bagaimana bisa siswa-siswi kelas 1 mengenalnya Ugh~ ini jadi meresahkan hati Hinata.

- skip time -

Kruuung...

Bagus. Sudah sejak pagi Hinata merutuki kesialannya, dan sekarang di tengah kelas perutnya paduan suara karena pagi tadi, gadis itu lupa menghabiskan sarapannya. Sial! Sial! Sial! Jika saja orang-orang itu tidak memancing perkara, Hinata pasti dengan tenang akan diam selayaknya patung, ini semua gara-gara pria tua egois itu! Mana gadis itu lupa lagi kalau minggu ini pelajaran sejarah ulangan, sungguh~ isi otak hinata sekarang jauh dari yang namanya fokus.

Hancur atau tidak nilai sejarahnya, Hinata hanya peduli pada isi perutnya sekarang. Persetanan dengan hal suasana kelas yang sepi dari biasanya. Hinata harus segera pergi ke kantin!

Kriiiingg..

Bel tanda pelajaran pertama selesai, Hinata secepat kilat mengumpulkan lembar soalnya. Tetapi niatnya untuk lekas ke kantin terhalang saat wali kelas menyuruhnya untuk kembali duduk.

"Kebijakan baru, N. Hyuuga. Karena bulan lalu ada yang ketahuan menyontek saat ujian berlangsung, maka pihak sekolah mengubah peraturan, ini-" perkataan wali kelasnya terhenti karena Hinata mengeluarkan pernyatan,

"Itu bukan urusan saya, sensei."

Jauh dari sifatnya yang dulu, Hinata tidak perlu berpikir dua kali untuk melanggaraturan. Terserah orang-orang tersebut mau membicarakan tingkah konyolnya, toh Hinata tak merasa itu merugikan orang lain

"S-shikasi.." ucap wali kelasnya gugup, tidak menyangka murid cemerlang seperti Hinata melawan aturan sekolah. "Saya lapar, sensei. Jika sensei tetap bersikeras menahan saya yang tidak ada hubungannya dengan kejadian itu tentu akan melawan, persetanan dengan nilai tata kramah saya hancur,"

Notebook : You're My Moon 🌙 [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang