LONDON 2

0 0 0
                                    

"Aaaaa kesiangaaaaaan...", teriak Mira sambil melonjak dari tempat tidurnya. Langsung masuk ke kamar mandi, gosok gigi dan cuci muka. Buru-buru Mira mengenakan kemeja kotak-kotak biru merah dan celana jeans yang tergantung di samping lemari. Turun menuju ruang makan.
"Good morning", sapa Stephen, "tampaknya buru-buru, mau kemana ?".
"Iya buru-buru, ada janji dengan Prof Charles untuk membuat laporan proyek", jawab Mira, sambil mengunyah roti panggang yang ada di meja.
Stephen hanya tersenyum lihat pipi kembung Mira yang sedang mengunyah.
"Kamu tidak ke kampus ? Tidak ada janji dengan Prof Shameer ? Kita harus selesai loh tahun ini, balik ke Indo, bantu perusahaan keluarga", ujar Mira sambil meneguk kopi susu.
"Tidak. Besok janjiannya, jam 10", jawab Stephen dengan wajah tetap menghadap ke tv menonton berita.
"Oke deh, aku berangkat yaaa", pamit Mira sambil memakai jaket dan membuka pintu mengeluarkan sepeda.
"Oke bestie rasa sepupu, hati-hati", ujar Stephen sambil melambaikan tangan dengan mata tetap fokus pada tv.
Rumah tempat tinggal mereka berdua dekat dari kampus. Kadangkala jika tidak terburu-buru, Mira lebih senang berjalan kaki.

At Campus
"Kok sepi ya...", gumam Mira sambil menempatkan sepedanya di besi dan menguncinya.
"Loh kok terkunci ?", Mira memegang handel pintu untuk membuka.
"Hi Mira, wat u doing over there ?", tanya Gracia yang sedang jogging bersama Simon I melewati gedung kampus Teknik Industri.
"I wanna meet Charles at 9, finishing the report", jawab Mira sambil memperlihatkan jam tangannya.
"On Sunday morning ?", tanya Simon sambil mengernyitkan dahi.
"What ? Today is Sunday ?", Mira dengan wajah bingung bertanya.
"Yup... Sunday... for relaxing", jawab Gracia sambil nahan ketawa.
Mereka berdua sudah hapal dengan sifat "lupa hari" dari Mira.
"C'mon better you jog with us", ajak Simon yang menggerakkan tangan kanannya ke arah dalam.
"Mmm, no, thanks, I have another matter to do, have a nice jog you both", ucap Mira sambil melambaikan tangan kirinya.
Gracia dan Simon melanjutkan joggingnya.

Dengan lesu Mira berjalan menuju sepedanya.
"Kenapa Stephen tidak memberitahu ya kali hari ini hari Minggu", gerutu Mira sambil membuka kunci sepeda.
Mira memutuskan untuk melanjutkan laporannya yang belum selesai tadi malam, mengayuh sepedanya menuju Krakatau Cafe.

"Morning Mira, can I help you ?", tanya Mary dengan mata menyelidik karena kejadian langka Mira sang pemilik cafe Minggu pagi datang.
"As usual, I forget wat day is today. I think I need fried rice with salted egg, aaarrrggghhh", kesal mira mengacak rambutnya karena Minggu merupakan hari leyeh-leyeh mager sepuasnya.
Mary, Arnold, and Ratna, menahan tawa atas penjelasan Mira.
Mereka paham betul atas kekurangan Mira, meskipun kelebihan Mira lebih banyak.

Sudah 2 jam Mira berkutat dengan usaha gigihnya dalam menyelesaikan laporan tugas akhirnya.
Mira ingin menyelsaikan S1, segera kembali ke Indonesia untuk membantu perusahaan papanya.
Namun papanya menyuruh Mira untuk melanjutkan studi S2.

"Good Morning, Sir Edward", sapa Arnold, "What can I help you".
"I need banana bread toast with chocolate, coffee no sugar, three, take away", jawab Edward.
"Oke, take a seat for a while please to wait the order", ucap Arnold sambil mengerjakan pesanan.
Mata Edward tanpa sengaja melihat Mira di pojokan sedang serius dengan laptopnya.
Aaah, betapa kejutan yang menyenangkan baginya setelah lebih dari 5 bulan tak berjumpa karena tugas dan sepertinya Mira pun sedang sibuk tugas akhir.
Edward segera menghampiri Mira dengan hati bahagia.
"Halo Mira", sapa Edward dengan suara dalam penuh kerinduan.
Hubungan Mira dan Edward dibilang cukup intens, semenjak Mira semester 3.
Namun Mira seperti lari-larian karna Mira belum siap menerima cinta baru.
Edward dengan sabar tetap menemui Mira selagi ada kesempatan.
Jika ada tugas beda wilayah atau negara, Edward tetap intens whatsapan atau video call dengan Mira.
Begitu jatuh hatinya Edward terhadap Mira.
Ingin rasanya Edward memeluk Mira, namun Edward tahu itu akan membuat Mira jadi takut terhadapnya.
Entah peristiwa apa yang pernah terjadi dalam diri Mira sehingga Mira trauma berkepanjangan.
"Hi", hanya satu kata yang bisa keluar dari mulut Mira, karena sesungguhnya Mira kaget dan senang berjumpa dengan Edward.
Yang terlihat di mata Edward adalah betapa cantik dan menggemaskan Mira akibat tak jumpa 5 bulan.
"Have a seat please", Mira mempersilahkan Edward duduk setelah tahu Edward hanya berdiri sambil memandanginya.
"Thank you", Edward membalas sambil duduk sebelah Mira.
"Sedang membuat apa ?", tanya Edward mendekatkan kepalanya ke arah monitor laptop Mira.
Edward seorang bangsawan dengan gelar Doctor di usia 27 tahun, membaca laporan yang dibuat Mira.
Mira tersipu memerah wajahnya dengan kejadian tiba-tiba seperti ini,
Edward menoleh melihat merahnya wajah Mira, semakin mendekatkan wajahnya, dan bertanya, "are you catching a cold, Mira ?".
Betapa dekat wajahnya dari wajah ku, batin Mira.
"Eeerrrr tidak, tidak", jawab Mira gagap.
Edward menempelkan telapak tangannya ke jidat Mira, melepaskan, kemudian memegang tangan Mira yang kiri.
Edward membawa tangan kiri Mira ke arah bibirnya dan mengecup dalam, kemudian berucap, "semoga lekas sembuh".
Edward meletakkan tangan Mira di pipi kanannya dan matanya menatap dalam mata Mira, penuh kerinduan.
Mira diam tak mampu berkata dan bergerak.
Tatapan mata Edward demikian dalam dan menghipnotis.
Dunia milik mereka berdua.
Ingin sekali aku mencium bibir merah Mira, batin Edward.

Pesanan Edward diantarkan ke meja mereka berdua, dan Edward minta tolong Arnold untuk memberikan yang dua paket kepada pengawal dan supirnya di depan cafe.
Kemudian Edward menelpon supir dan pengawalnya untuk sekarang pergi ke suatu tempat mengambil berkas-berkas yang dibutuhkan hari Senin.

Edward lebih memilih menemani sang pujaan hati menyelesaikan laporannya.
Edward telah menyatakan cintanya ke Mira pada saat Mira semester 5, dan Mira hanya tersenyum malu menunduk dengan pipi menjadi berwarna pink.
Ekspresi Mira waktu itu, dianggap jawaban "yes" atas cinta Edward dan mereka jadian.
Meskipun pekerjaan Edward menyita waktu sehingga mereka kurang bisa bertemu physically, Edward selalu memberis pesan kepada Mira melalui messege or whatsap.

Edward yang cerdas membantu Mira dalam menyelesaikan laporan tugas akhirnya.
Sentuhan-sentuhan tangan mereka berdua, membahagiakan hari Minggu yang merupakan kejutan bagi mereka berdua, karena tidak ada janji ketemuan, tapi malah secara tak sengaja mereka bertemu.
Sooo sweeeeetttt...

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 1 siang.
Edward menawarkan diri untuk mengantar Mira pulang.
Beriringan mereka berdua berjalan, Edward menuntun sepedanya Mira.
Betapa bahagia kedua sejoli ini atas pertemuan yang tak terduga.
Sampailah di rumah Mira.
"Yuk masuk", ajak Mira kepada Edward setlah sepeda diletakkan dalam garasi.
"Assalamu alaikum Stivy", Mira mengucapkan salam sambil membuka pintu samping rumah.
"Wa'alaikum salam", sahut Stephen sambil menggosok mengeringkan rambutnya yang basah,
"Wahhh, ada tamu agung, masuk masuk, silahkan duduk", sambut Stephen sambil menepuk pundak Edward sok akrab dan menuntun Edward untuk duduk.
"Mir, tadi Ernest telpon, katanya besok minta jemput di bandara", Stephen memberitahu kedatangan Ernest sembari membuka kulkas untuk mengambil adonan pisang goreng,
Mulailah Stephen menggoreng.
"Waw, berita bagus. Hmmm, pasti Emily hepi deh denger berita ini. Udah 8 bulan masih seperti kapal terombang ambing mereka berdua, gak jelas", sungut Mira.
Edward yang dari tadi hanya memandangi sang kekasih dari tempat duduknya, tersenyum sayang melihat ekspresi Mira yang menggemaskan dengan bibir sedikit monyong ke depan.
Mira membawakan Edward minuman mineral.
"Silahkan minum, Edward", Mira meletakkan botol air mineral di depan Edward.
"Thank you", jawab Edward sembari membuka botol dan meneguknya.
"Aku taruh tas dan laptop dulu ya ke kamar", ucap Mira. "Oke", jawab Edward.

Mira masih saja berdegup jantungnya ketika mata mereka bertatapan satu sama lain.
Duuuh, mata birunya membuat hatiku tak karuan, batin Mira.
Reflek Mira menatap lantai sambil ngeloyor ke kamarnya.
Duuuh, cantiknya pacarku, batin Edward.

"Makanlah pisang goreng bikinan ku, dijamin sama enaknya sama yang ada di cafe", Stephen meletakkan pisang goreng di hadapan Edward.
"Cobain deh pake mentega dan gula, cocolin, makin lezat", Stephen berbicara sambil mempraktekan pencocolan pisang goreng ke mentega dan gula.

Di kamar, Mira ingin segera menelpon Emily memberitahukan bahwa Ernest akan datang. Tapi niatnya diurungkan, karna begitu buka hape, ada wa masuk dari Ernest yang memberitahukan mengenai kedatangannya besok dan untuk tidak bilang kepada Emily, karena ingin memberikan kejutan.

Kedatangan Edward ke rumah Mira hari ini memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Mira.
Mereka bertiga main monopoli, uler tangga, dan mengobrol banyak hal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainDanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang