Masalah

73 6 0
                                    

.
.
.
.
.
🤩 Happy Reading 🤩
.
.
.
.
.













(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

Pagi ini keluarga been berkumpul utuh. Ya tentu dengan kehadiran sang ayah. Hanya ada keheningan di meja makan dengan suara sendok garpu

"Kapan kamu mulai bekerja" tanya sang ayah

Been berdeham "Minggu depan, aku masih urus berkasnya"

"Ya lebih cepat lebih baik, ingat kamu itu satu satunya harapan mama mu" tegas sang ayah

"Ya aku tau itu" balasnnya

Keheningan kembali melanda diantara tiga orang itu. Tak ada yang berniat berbicara kembali

"Oh ya, nanti malam Kevin akan menjemput mu" ujar sang ayah

"Siapa?" Tanya been

"Kamu lupa? Astaga" cecar sang ayah

"Kevin anak nya dokter Desi pa?" Tanya sang ibu memastikan

"Iya, Kevin yang sering main kesini" tambahnya

"Untuk apa dia menjemputku"

"Agar kalian lebih dekat satu sama lain"

Been tahu apa yang dimaksud sang ayah. Sejak awal pembicaraan dirinya telah mengetahui akan mengarah kemana

Pagi itu mood nya hancur total. Kehadiran sang ayah yang tiba tiba muncul membuatnya muak

Dirinya pergi menuju danau yang sering ia kunjungi dahulu. Tempat yang menjadi pilihan untuknya menenangkan pikiran

Sesampainya disana ternyata tempat itu sudah berubah meski tak begitu banyak tetapi cukup menonjol perubahannya

Sepertinya sudah dibuka untuk umum. Terbukti ada banyak pedagang berderet dengan gazebo

Been berjalan kearah kayu yang membentang kearah danau. Masih sangat indah menurutnya

Pikirannya jauh melayang ke masa lalu














(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)











Dua orang berlari saling mengejar. Keduanya memakai kaos putih dan celana komprang. Wajahnya berseri sembari tertawa seakan dunia begitu indah

"Woy gila Lo curang Juna" ujar gadis itu dengan terengah

"Hahaha maaf maaf lain kali enggak lagi deh" jawab lelaki itu

Keduanya duduk di pinggiran danau. Memandang danau yang begitu indah dan sejuk

"Latihan kali ini capek banget sumpah" ujar lelaki itu merebahkan tubuhnya

"Lebay Lo biasanya juga gini"

"Serius, tapi gimana kalo kita berenang"

"Ayo"

Kedua sejoli itu menceburkan diri ke danau. Mereka berenang di danau yang sungguh jernih itu. Segar. Itu yang mereka rasakan












(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)











Drtt..drtt..drtt

Segera ia melihat orang yang meneleponnya. Bibirnya tersenyum ketika melihat nama itu dilayar handphone

"Halo sayang"

"...."

"Aku lagi cari udara seger nih, kamu lagi ngapain ndri?"

"...."

"Iya sayang aku gak lupa, kamu juga ya jangan telat nanti sakit"

"...."

"Iya ndri, i love you"

Panggilan itu terputus. Senyumnya tak pernah pudar dari wajahnya. Begitu bahagia saat sang istri mengabari

Segera ia bangkit lalu pergi dari danau itu menuju cafe favoritnya











(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)











Seperti yang dikatakan ayahnya tadi pagi bahwa Kevin akan datang menjemputnya. Sebenarnya ia sangat tidak ingin tetapi sang ibu terus memaksanya

"Hati hati ya nak Kevin nyetirnya" ucap sang ibu ramah

"Iya ma, kalau gitu kami pamit ya" sopan Kevin

Di dalam mobil been hanya diam sedangkan Kevin mencoba mencairkan suasana yang sangat canggung baginya

"Put-"

"Jangan panggil saya sebutan itu" ketus been memotong ucapan Kevin

"Maaf been"

Been mengenali jalanan yang sedang dilewati mereka

"Ayo sudah sampai" ucap lelaki itu

Kevin turun lebih awal untuk membukakan pintu namun been telah lebih dulu turun

"Apa mau Lo" ketus nya

"Kita harus bicara put"

"Udah gue bilang jangan panggil gue sebutan itu" tegasnya

"Oke aku minta maaf"

"Lebih baik kita makan jagung bakar disana, ayo" lanjutnya

Been menghempaskan tangan Kevin di pergelangan nya. Lelaki itu tersenyum kecut. Menikmati udara sejuk di sekitar danau sembari memakan jagung bakar itu sungguh nikmat hanya ada yang kurang menurut been

Indri. Ya seharusnya yang bersamanya sekarang adalah istrinya bukan lelaki tak tahu diri

Pesan masuk kedalam ponselnya. Senyum diwajahnya mengembang. Ia lebih asik berbalas pesan dengan sang istri dan mengabaikan lelaki di depannya

"Siapa yang menghubungi mu" ucap lelaki itu

"Apa urusanmu?"

"Aku calon suami mu Putri" tegas Kevin

"Mimpi"

Kevin merebut paksa ponsel yang berada di tangannya. Terkejut saat melihat ponsel milik been segera ia menyeret been kembali ke mobil

Been tak menolak bahkan tak merintih kesakitan. Dia hanya diam seakan tak ada yang terjadi. Beberapa orang disana menatap kearah mereka

"Bisa bisa nya kamu menikah dengan wanita, dimana otak mu put" marah lelaki itu

"Apa urusanmu"

"Aku calon suami mu dan aku berhak atas kamu put" tegasnya

"Saya akan adukan ini pada papa" lanjutnya















Haii, gimana chapter ini? Semoga suka yaa 🤩🥳

See you di next chapter yang entah kapan hehe 😄

Jangan lupa vote dan komen untuk memberi saran 🥰💜🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAISY (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang