Hari ini kembali dimulainya hari baru bernama senin. Disetiap pekannnya sekolah tentu mengadapan apa itu upacara. Kecuali jika ada masalah atau kendala, maka upacara ya tidak jadi. Seperti saat ini, gadis dengan sejumlah pakaian penghangat itu kini tengah berada didepan gerbang sekolah yang baru saja ingin dibuka oleh petugas.
Salma berangkat lebih awal dari biasanya karena takut macet dan kehujanan. Awan diatas sana terlihat menggelap dan menghitam. Pertanda hujan yang akan datang. Setiap angin yang berhembus kearahnya, gadis itu selalu menggosok-gosokkan tangannya secara bersamaan, dalam waktu yang relatif cukup lama.
Melirik ponselnya disaku, ternyata suhu yang tertera di android itu mencapai -1. Entah akan badai salju atau pertanda apa, Salma akhirnya berfikir, mana mungkin Indonesia ada musim saljunya?kalau buatan ya jelas ada.
"Dingin banget yaampun" ujarnya menaiki undakan anak tangga seraya memeluk tubuhnya. Dingin. Ini sangat dingin. Bahkan jaket tebal ditambah syal berbulu dilehernya tidak ada apa-apanya. Salma ingin pulang kerumah saja rasanya. Apalagi sekolah masing sangat terlihat sepi.
Menyesal karena terlalu cepat datang. Salma merutuki kebodohannya yang ingin meniru murid disiplin dan murid tersegani karena kepintarannya(kutu buku) yang biasa datang lebih awal dari murid-murid yang lain.
Ceklek
Salma masuk kedalam kelas. Lalu duduk tanpa memperhatikan sekitarnya. Tiba-tiba horden tersibak karena angin kencang yang menerpanya. Salma kaget lalu menolehkan kepalanya kesamping jendela tersebut. Dilihatnya kaca jendela yang terbuka dan tanpa rasa takut, gadis itu melangkah mendekati jendela itu.
Salma menutup kembali jendela itu dan berbalik arah untuk menuju bangkunya berada. Karena terkejut, Salma terjatuh diantara meja-meja dan kursi-kursi. Matanya melotot melihat apa yang ada dihadapannya.Nafasnya memburu dengan keringat dingin yang mengalir di pelipisnya.
"Siapa disana?" lirih Salma dengan tenaga yang sudah lemas. Gadis itu memang kerap tidak enak badan jika dia takut dan terkejut seperti ini. Namun dengan sekuat tenaga, ia mencoba untuk berdiri.
Dilihatnya bayangan seseorang dibalik horden jendela disisi lainnya. Bayangan itu menatapnya. Salma semakin ketakutan. Tangannya bergetar dan mencari ponsel didalam saku jaketnya. Namun nihil, ponselnya tidak ada.
Astaga
Ponselnya ia taruh diatas mejanya tadi dan lupa untuk mengambilnya. Salma tidak ingin bergerak karena terlalu takut saat mendengar kekehan dibalik horden itu.
"Lo gak usah takut. Gue gak bakal celakain lo selama lo nurut sama gue" Salma mengernyit heran dengan suara seorang lelaki itu.
"L--lo siapa?dan kenapa lo nakutin gue kayak gini?"Salma melirik setiap benda-benda yang ada disekitnya. Berjaga-jaga jika terjadi sesuatu padanya nanti.
"lo gak perlu tahu gue cantik. Dan pada akhirnya lo bakal jatuh ditangan gue. Gue gak akan kalah dengan sibajingan itu buat milikin lo!"
"Hiks... Lo siapa? Gue gak tahu lo! Pergi dari sini!" perintah Salma ketakutan.
"Okey, gue bakal pergi. Namun sebelum itu...."
"Aaaaaaa!!!"
Brak
"Salma lo kenapa?hey? Lo kenapa Sal?" tiba-tiba Feril datang. Teman sekelas Salma datang dengan wajah khawatirnya. Ia berulang kali mengguncang tubuh Salma guna menyadarkannya.
"Sal? Hey? Lo kenapa?"
"Hah! Hiks.. Feril tolongin gue" Salma berangsur kepelukan cowok itu. Ia sangat ketakutan dengan ucapan bayangan tadi. Ia sangat takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
• D I V I N E__ D E C R E E, FA T E •
Ficción GeneralHuh .. Huh.. "MAU LO APA ANJING! LO SIAPA MAIN NGAJAK-NGAJAK GUE PACARAN?! GUE BELUM TAHU IDENTITAS LO BANGSAT! RUPA LO AJA KAGAK! MAIN NGAJAKIN ANAK ORANG PACARAN! SANTAI AMAT TUH MULUT! BAU AJA IYA PASTI!" Urat-urat tenggorokan Salma mendadak mem...