e l e v e n | pulang dengan rasa penasaran

5 3 7
                                    

"Candidat your husband"

"YOU FUCKING MAN!!!"

Salma berteriak emosi. Lantas melangkah meninggalkan pelataran supermarket yang sudah tutup itu dengan kesal yang tiada henti. Tak peduli dengan perkataan, senyuman pria brengsek disana. Salma terus melangkah hingga kini sudah sampai dirumahnya.

"Kok lama dek?"

Baru saja Salma menutup pintu utama, ia dikagetkan dengan kedatangan Aska dibelakangnya. Keadaan abangnya tidak baik-baik saja. Matanya merem melek seraya berjalan sempoyongan kearahnya. Entah kegiatan tidak berfaedah apa lagi yang dilakukannya bersama ayah malam ini.

"Tadi sempat macet dijalan bang" Salma berbohong. Lalu dengan cepat naik keundakan tangga setelah memberi kecupan singkat dipipi Aska.

Aska tersenyum tipis, kembali berjalan kearah sofa untuk tidur. Endra menyuruhnya untuk membuat proposal seratus lembar tentang berita terkini yang harus segera selesai besok. Awalnya Aska menolak karena ia baru saja pulang dari rumah temannya, namun ancaman Endra tak main-main. Aska akan dinikahkan dengan seorang janda anak tiga jika tidak menuruti permintaan Endra!

Disela-sela mata yang mulai terpejam, Aska bergumam tak jelas seraya tersenyum-senyum layaknya anak ABG"Andai aja yang nyium gue Dela bukan Salma tadi! Gue bakal jingkrak-jingkrak, atau perlu gue panjat menara eifell saking senangnya! Namun Salma juga adekku yang paling kusayang! Sedangkan Dela .. Dia calon My wife! hehe .."

•••

Pagi ini, seperti biasa Salma diantar kesekolah oleh Aska. Jalanan ibu kota cukup sepi. Mungkin karena hujan semalam .. orang-orang malas untuk bepergian. Salma menatap keluar jendela.
Membuat Aska yang sudah sedari tadi mengoceh tanpa ditanggapi Salma ikut menolehkan kepala.

"Dek? Kamu kenapa? Kok melamun?" tanyanya

Salma hanya menoleh sekilas pada Aska, lalu menghela napas sesaat. "Gak papa bang! Salma cuma sedikit gak enak badan"

"Kita puter balik aja, mau? Kamu gak usah sekolah hari ini, biar abang yang beritahu Tesya nanti" ujar Aska diselingi sedikit rasa panik. Tangannya terulur mengecek suhu badan Salma.

Salma tak bergeming .. Tak juga mendengarkan saran abangnya. Ia masih memikirkan lelaki black semalam. Salma masih sangat penasaran dengan orang itu. Dari gaya dan suaranya, Salma menyimpulkan bahwa ia pernah dan berbicara dengan orang asing itu. Namun kenapa Salma tak mengingatnya? Apa mungkin karena dulu ia sempat koma?

Aska yang tak ditanggapi, mendadak dibuat kesal. Ingin sekali menurunkan Salma ditengah jalanan sana. Namun Aska masih sayang nyawa. Bisa-bisa ia dimutilasi Ayah dan Bundanya karena sudah menyakiti Salma. Aska tidak akan membiarkan tubuhnya tercincang-cincang hanya karena masalah sepele yang sudah dibuatnya!

"DEK!"

"Kamu denger--"

"Ck .. Apasih bang! Salma bilang baik-baik aja! Mending fokus nyetir, bisa?!"

Aska tersentak sesaat. Jantungnya bisa-bisa copot karena terus dibuat tak karuan. Apalagi yang menjadi penyebabnya keluarganya sendiri. Seperti tadi pagi. Ia yang masih terlelap dari tidurnya harus dibuat jantungan oleh siraman air dingin Vani. Belum lagi Endra yang mengejutkannya dikamar saat ia tengah berpakaian dikamar dengan gerakan cepat karena ancaman Vani. Dasinya bahkan sudah tak sesuai tempatnya. Aska memang harus menyiapkan stok kesabaran untuk menhadapi kelakuan keluarga kampretnya!

"Dasar! Adek gak tahu terimakasih! Ditanyain baik-baik malah nyolot! Lagi pms nih pasti!" batin Aska jengkel dan mendelik sinis

"Salma tahu abang lagi ngatain Salma! Oke! Salma bakal lapor sama bunda, titik gak pake tanda petik!"Salma berseru riang seraya mengotak-atik pensel berlogo apel digigit itu. Jarinya dengan lincah menari-nari diatas papan android itu hanya untuk mencari nomer Vani.

Aska dibuat gelagapan. Jika Salma sudah ngambek seperti ini tak ada jalan lain. Ia harus setia menerima takdir yang ditentukan dan dibuat adeknya sendiri. Aska menjambak rambutnya dengan sebelah tangan. Namun disela-sela paniknya, sebuah ide muncul diotak pas-pasan Aska.

" dek?kalau kamu gak nelfon Bunda, abang bakalan lakuin apapun yang kamu mau!--"

"Serius?" belum sempat Aska menyelesaikan ucapannya, ia kembali dibuat jantungan dengan serobot cepat Salma.

Aska mengelus jantungnya sesaat"limarius!"ujar Aska menunjukkan kedua telapak tangannya. Merasa ada yang mengganjal, Salma menurunkan satu telapak tangan Aska. Aska kembali harus menahan rasa malu. Kenapa otaknya begitu bodoh. Menghitung seperti ini saja, tidak dapat ia lakukan dengan baik. Didepan adiknya sendiri lagi. Mau ditaruh dimana mukanya?.











• D I V I N E__ D E C R E E, FA T E •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang