"JANUUUU..."
Sedari tadi Yesi meneriakkan nama cowok itu tiap kali ia berhasil memukul kok dengan raketnya.
"Jadi dia tetanggamu, Yes?" Riri duduk menghampiri Yesi sambil mengelap keringatnya menggunakan handuk.
"Heem, Ri. Tapi dia pindah, terus gak ada kabar. Eh ketemu disini, huhu. JANUUU SEMANGAAAT!!!"
Januar tampak tidak peduli dengan teriakan-teriakan Yesi. Dia tetap fokus dengan permainannya.
Husein datang dan membawa botol minum kemasan. Cowok bermata elang dengan tinggi 179 cm yang mengenakan headband berwarna hitam di kepalanya itu kemudian duduk bergabung dengan Yesi dan Riri di pinggir lapangan.
"Betewe, aku juga haus lho, cuma Yesi doang nih yang dikasih minum?" canda Riri ke Husein.
Husein terkekeh, "Lha kamu kan udah bawa minum to, Ri?"
"Duh kok angel yo." Yesi tampak kesulitan membuka botol minum pemberian Husein karena tangannya licin.
"Ngono we ra isoh (Gitu aja gak bisa)." Husein merebut botolnya dari tangan Yesi.
Krek!
"Thanks, Sein."
"Nanti Reno ngajak makan di Mas Kobis, kalian ikut yuk!" ajak Husein.
"Siap, aku gak ada les nanti." kata Riri semangat.
"Kamu bisa ikut kan, Yes?" tanya Husein.
Yesi masih sibuk memperhatikan Januar.
Husein menempelkan ujung raket yang ada jaring-jaringnya ke muka Yesi pelan. "Yes!"
Yesi sedikit terkejut dan menoleh ke Husein.
"Hm? Gimana?"
"Nanti ikut makan bareng, di Mas Kobis."
"Aku gak bisa, mau ke sanggar."
"Hu."
Setelah jam sewa berakhir, mereka kemudian bersiap meninggalkan Lembah UGM.
Yesi dan teman-teman yang lain tampak merapikan barang bawaan mereka.
Husein memasukkan kedua raketnya ke tas dan membuang sampah minuman ke tempatnya.
"Sanggarnya jam berapa e, Yes?" tanya Riri.
Yesi melihat kearah jam tangannya. "Setengah jam lagi."
Mereka kemudian keluar dari GOR dan menuju ke parkiran.
"Yesi sama Riri ikut makan to?" tanya Reno.
"Riri ikut, nek aku enggak Ren, mau ke sanggar." jawab Yesi.
"Oh, yowes ati-ati." Reno memukul pelan jok motor belakang Yesi sampai berbunyi bugh. "Janu, aku bonceng dirimu yo le neng Mas Kobis."
Eh?!
Januar ikut?
"Eh, btw aku kok laper ya. Aku ikut makan bareng kalian deh." Yesi berubah pikiran.
*****
"Geser."
Yesi mendorong Husein ke samping agar bisa duduk di depan Januar.
Gadis berambut panjang yang dikuncir kuda itu kemudian meraih kertas pesanan dan pulpen yang tadi ia ambil di meja tempat memesan.
"Janu pesen apaa?"
"Ayam terong cabe 1." jawab cowok kebule-bulean itu.
"Haha. Masa cabenya cuma 1. Aku aja biasanya 7. Minumnya?"
"Es teh."
Yesi mencatat pesanannya.
"Kita juga pesen loh, Yes. Gak cuma Janu.." sindir Riri.
Yesi terkekeh, "Tulis dewe."
"Wo pancen kok!"
"Iyo-iyo, tak tulisin. Mau pesen apa?"
Selesai menulis pesanan, Yesi beranjak ke meja depan. Mas-masnya melakukan pengecekan dengan membacakan apa yang ditulis Yesi, kemudian memproses pesanan.
"Ditunggu ya, Mbak."
Yesi kemudian menghujani Januar dengan rentetan pertanyaan seperti Rumahnya pindah kemana? Nomor ponsel terbarunya berapa? Bla bla bla.
Januar pura-pura bermain ponselnya.
"Janu!"
"Hem?" jawabnya datar.
"Rumahmu pindah mana to?!"
Pandangan Januar masih ke layar ponselnya.
"Pindah ke.."
"Ke... mana?"
"Ke.. itu.. ruwet pokoke."
"Daerah?"
"Kota."
"Yo tau, maksudnya kota sebelah manaa?"
"Deresan."
"Ya ampun! Deresan lak yo cuma ngalor situ tok to! Mbrangkang we tekan (Deresan kan cuma utara situ aja! Merangkak aja sampai)." Yesi geleng-geleng kepala.
"Loh dirimu Deresan to, Jan?" Husein terpanggil begitu mendengar daerah rumahnya disebut. "Podo nek ngono (Sama kalo gitu)."
Tak lama, mas-masnya datang membawa pesanan mereka.
"Kene-kene, segone tak jikukke (Sini-sini, nasinya kuambilin)." kata Yesi.
"Aku dong Yes.." rengek Husein sambil menyodorkan piringnya.
"Kamu ambil sendiri." kata Yesi.
Yesi kemudian menyendokkan nasi ke piring Januar. "Janu segini cukup?"
"Hem."
Husein cemberut.
_____
Deresan: daerah kos-kosan deket UGM-UNY
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogjalovarta [HIATUS]
Teen FictionMencintaimu dengan brutal ⛔Mengandung bahasa jawa non baku⛔