Pemuda/i Gayeng RT 17 (20 anggota)
Mas Winan:
Nanti sore kumpul ya gesYunek:
Oke masJanuar sudah berada di tengah keriuhan stadion Maguwoharjo ketika membaca pesan tersebut.
Ngomong-ngomong, ia pamit ibunya kerja kelompok, padahal menonton bola.
Mata Januar masih terpaku pada deretan pesan di grup tadi. Jarinya kemudian mengetik balasan.
Januar:
Ijin dulu🙏Dalam waktu yang bersamaan, muncul pesan lain juga yang isinya serupa.
Yesi:
Aku ijin dulu ya masOtomatis, anggota grup yang lain langsung meledeki mereka.
Mas Winan:
Kok barengan e🤣Yunek:
Hayolo😆Warga 1:
Janjian ki mestiWarga 2:
IhiiiiyYesi:
Masuk angin bosWarga 1:
Umucuk???😣Yesi:
Jangan gitu eh
Janu dah punya pacar yo
Aku yo dah punyaJanuar menaikkan satu alisnya, setelah itu menutup obrolan dan memasukkan ponsel ke dalam saku. Perhatiannya kemudian tertuju ke arah pertandingan PSS vs Persis Solo di bawah sana.
Yel-yel bergemuruh di tengah lautan manusia ini, mereka menyerukan chant untuk tim jagoan masing-masing.
Menjelang maghrib, pertandingan telah selesai. Tadinya Januar berencana langsung pulang. Tapi temannya yang bernama Bagong malah mengajak nongkrong di salah satu warung kopi di belakang UPN Veteran. Alhasil, ia pun ikut gerombolan temannya itu.
Di warkop, mereka hanya duduk-duduk tidak jelas sambil menyeruput kopi hitam. Bagong si paling dominan menjadi yang paling banyak mengoceh daripada yang lain. Ia bercerita tentang putus cintanya, hal yang sudah Januar dengar ratusan kali. Sehingga ia hanya merespon dengan ham hem ham hem malas. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan.
Pukul 8 malam, Januar sudah punya keinginan untuk pulang, namun Bagong menahannya.
"Mbok engko wae to, Nu. Bali yo arep ngopo." katanya.
(Ntar aja, Nu. Pulang juga mo ngapain)"Arep turu og."
(Mau tidur)"Yahmene turu."
(Jam segini tidur)Gerombolan teman lain yang merupakan mantan kakak kelasnya tiba-tiba datang dan ikut bergabung. Mereka duduk menghimpit Januar sehingga anak itu jadi sungkan untuk pamit pulang.
Akhirnya, ia pun tetap tinggal.
Bagong kembali mengoceh, kini ia berbicara mengenai filosofi kehidupan ba-bi-bu dan fa-fi-fu yang ia anut. Mantan kakak kelas yang baru saja datang tadi juga menimpali ocehan tidak jelas itu. Sehingga obrolan menjadi semakin tidak berujung.
Hingga akhirnya, tidak terasa sudah jam 11 malam lebih.
Januar melirik ponselnya sekilas, sudah ada pesan dari sang ibunda.
Mama New:
Nengdi?
(Dimana?)Januar:
Aku bali neng deresan yo
(Aku pulang di deresan ya)Mama New:
Rasah ngapusi
Kelayapan tekan ngendi?
(Gausah boong, keluyuran kemana?)Januar:
Maksude mengko le bali neng deresan
Nek saiki urung
(Maksusnya ntar pulangnya ke deresan, kalo sekarang belom pulang)Mama New:
Koe ki kelayapan tekan ngendi???
(Kamu tu keluyuran kemana???)Januar:
Mung neng warkop seturan og ma
Bar iki bali
(Cuma di warkop seturan ma, habis ini pulang)Mama New:
Ho to lak tenan
Gek ndang bali saiki
Rasah mengko2
Sesuk kan sekolah to
(Tuh kan bener, pulang sekarang, jangan nanti-nanti, besok kan masih sekolah)Januar:
Iyo2
Siap nyonyaMama New:
Gek uwis
(Buruan)Januar:
Iyo iki otw ki lhoJanuar kemudian memberanikan diri untuk pamit, namun kembali ditahan Bagong.
"Aku nebeng dong, Nu! Tapi tak ngentekke kopiku sikik." kata Bagong.
(Tapi tak ngabisin kopi dulu)Yang dibilang ngentekke kopi ternyata menghabiskan waktu satu jam.
Setelah satu jam, Bagong pun pamit ke yang lain. Pamitnya Bagong dan Januar pun membuat beberapa teman yang lain ikutan pamit juga.
Januar menyalakan motor dan Bagong menebeng di belakang. Mereka tancap gas dan pergi lewat ring road utara.
Langit gelap dan jalanan tentu sudah sepi karena sudah lewat tengah malam. Di belakang sana Bagong masih ngang ngeng ngong meracau. Kali ini anak itu cerita kalau lewat ring road pasti teringat momen motoran syahdu keliling Jogja bersama mantannya. Lagi-lagi, Januar harus mendengar cerita membosankan itu.
"Tak pernah sedikitpun aku bayangkan~~"
Bagong melantunkan lagu galau yang katanya membuatnya ingat dengan mantannya.
"Betapa hebatnya cinta yang kau tanamkan~~"
Januar merasakan ada yang getar di saku celananya. Ia tebak, itu notifikasi chat ataupun missed call dari ibunya. Oiya, ia baru ingat kalau di rumah Deresan ada CCTV dan bisa diakses dari ponsel ibunya. Jadi, meski sedang di Kaliurang, sang ibu bisa tahu situasi di rumah Deresan, termasuk apakah anaknya sudah di rumah atau belum.
"Hingga waktu beranjak pergi, kau mampu HANCURKAN HATIKUUU...!!!!"
Bagong masih saja bernyanyi dengan suaranya yang tidak seberapa bagus.
"Ada yang hilang dari perasaanku~~"
"Yang terlanjur sudah kuberikan padamu~~"
"Ternyata aku tak berarti tanpamu~~"
"Berharap kau tetap di sin-"
Nyanyian Bagong di belakang sana tiba-tiba terputus bersamaan dengan suara geberan gas motor yang terdengar semakin mendekat.
Dari ekor mata kanannya, Januar melihat ada pengendara motor yang membarengi.
Belum sempat menengok, tiba-tiba lengannya tergesek sesuatu dan punggungnya seperti kena hantaman keras. Yang terakhir barusan membuat motor yang ia kendarai oleng dan jatuh ke samping.
Semua berlalu begitu cepat, sampai-sampai Januar sadar tubuhnya sudah tergeletak di aspal.
Pandangan matanya sedikit kabur. Namun samar-samar, ia melihat kaki bersandal jepit melangkah pergi.
Hanya sebatas itulah gambaran yang bisa ia tangkap. Karena setelahnya, semuanya jadi gelap tak terlihat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogjalovarta [HIATUS]
Novela JuvenilMencintaimu dengan brutal ⛔Mengandung bahasa jawa non baku⛔