CH.42 - RESCUE #2

2.3K 218 12
                                    

*di basement Valhalla*

Joanne dan Aeri berhasil menculik Andrew, kepala polisi negara yang sedang BAB di toilet. Aeri mengaktifkan gas tidur dari lorong-lorong. Joanne yang sudah merusak CCTV masuk dan meletakkan Andrew ke dalam tong sampah besar karena ia menyamar menjadi tukang sampah yang baru.

"KELUARKAN SAYA YOU DUMBSHIT! KALIAN TIDAK TAHU SAYA SIAPA?!" Teriak Andrew dari tong sampah. Joanne dan Aeri mengeluarkan Andrew seperti membuang sampah, membuat tubuhnya menggelinding dan menabrak tembok diujung ruangan.

"ANGKAT TANGAN KALIAN! SAYA INI KEPALA POLISI!" Teriaknya berusaha mengintimidasi. Joanne dan Aeri tertawa. Mereka pergi ke ruang senjata dan mengambil sebuah revolver yang hanya diisi 3 peluru. Kemungkinannya 3/6.

Mereka mengarahkan pistol itu ke kepala Andrew, membuatnya berteriak ketakutan. Selama bekerja di kepolisian, ia selalu berperan sebagai pengancam. Siapa sangka hari ini posisinya terbalik.

"Kemungkinannya 3 banding 6, kalau kau beruntung...ceklek...say bye bye." Kata Aeri.

"Tembakan pertama." Aeri menarik pelatuk revolver tersebut dan...

TUSSSSS

Revolver itu kosong.

"Yah kosong, ngak seru ah." Keluh Joanne.

"Huh hah huh hah..." Napas Andrew menjadi berat.

"Tembakan kedua." Joanne menarik pelatuk dan...

TUSSSSS

Revolver itu kosong lagi.

Tubuh Andrew mengeluarkan keringat dingin dan cairan kuning dari selangkangannya.

"Menjijikan." Joanne dan Aeri mundur beberapa langkah, tidak ingin menginjak urine Andrew.

"Sebelum kau mati, do me a favor." Joanne pergi ke sebelah kiri Andrew dan membisikan,

"Madam." Sebut Joanne. Andrew menggelengkan kepalanya.

"Let me die!" Teriak Andrew. Tebakan Winson tepat.

"Sebenarnya, kita bisa saja menbobol penjara Madam. Tapi kami juga ingin menangkap bajingan bernama James. Kalau kami melakukan hal itu, James pasti kabur." Jelas Aeri.

"Tembakan ketiga." Aeri bisa merasakan kali ini ada peluru didalamnya. Ia menarik pelatuk dan...

TUSSSSS

"AHHHHHHHHHHHHH!" Teriak Andrew kesakitan, peluru itu mengenai tangan kirinya.

"KALIAN AKAN MEMBAYAR SEMUA INI!" Ancam Andrew membuat Joanne dan Aeri tertawa terbahak-bahak. Seketika Andrew berdiri dan menonjok wajah Joanne.

"FUCK!" Teriak Joanne. Aeri berusaha menangkap Andrew dan mengikatnya di sebuah kursi. Namun usahanya sia-sia karena tenaga Andrew jauh lebih kuat. Ia menarik pundak Aeri dan mencekik lehernya dengan kuat.

"AGH-" Aeri berusaha menarik napas. Joanne yang terkapar berusaha bangun untuk menolong temannya.

"Aeri-" Ryujin menyeret tubuhnya mendekati Aeri. Tiba-tiba...

DUM! BANG!

Pintu terbuka dan suara tembakan pistol terdengar, sebuah peluru menembus tangan kanan Andrew. Winson sudah kembali.

"AAAAAHHH FUCK!" Jerit Andrew kesakitan, ia melepas cengkramannya dari leher Aeri yang terbatuk-batuk. Bodyguard Sir Coff membantu Aeri dan Joanne berdiri meninggalkan ruangan.

"BABY?!" Teriak Ningning dan Kahiyyah melihat tunangan mereka tidak sadarkan diri.

Tak lama kemudian Charles masuk dengan 5 pistol mengelilingi kepalanya.

"Bebaskan!"

"Tapi, Pak-"

"BEBASKAN CEPAT!" Teriak Charles pada Andrew. Bear mengambil handphone Andrew dari Joanne. Dengan susah payah dan kesakitan, Andrew memencet nomor telepon penjara tempat Madam diasingkan, namun tangannya dihentikan oleh Winson.

"Katakan pada mereka, Madam akan disidang hari ini pukul 7 malam. Undang James sebagai pelapor."

"BAIK BAIK!" Andrew langsung menelpon kepala penjara dan memberi perintah sesuai instruksi Sir Coff.

"Sudah siap." Kata Andrew berharap dirinya dibebaskan.

"Okay, kalian berdua tunggu disini." Sir Coff keluar dari ruangan dan mempersiapkan diri menjemput Karin, istrinya.

*di penjara*

Karin duduk dipojok sel penjara isolasi yang kecil dan pengap. Ia menggunakan baju tahanan dan kedua tangannya diborggol. Karin menangis, bukan karena takut, melainkan khawatir dengan keadaan Winson diluar sana. Pikirannya berputar berkali-kali membayangkan adegan James dan Winson berperang. Ia tidak bisa tenang.

Makan siang tiba, seorang polisi membuka pintu kecil khusus untuk mengantar makanan yang terlihat hampir busuk. Sayur kangkung rebus, mashed potato yang dingin, saus cabai yang sudah mengental, sepotong ayam goreng kecil yang kotor. Bahkan dengan makanan enak sekalipun, ia tidak napsu makan.

"Winson-" Tangisnya.

Karena inmates lain berteriak-teriak memprotes makanan yang mereka terima, beberapa polisi datang dan menggebrak pintu setiap sel.

"Dihabisin makanannya! Mau nambah masa isolasi?" Teriak seorang polisi berpangkat tinggi disana. Melihat Karin tak kunjung mengambil makanannya, polisi itu datang dan menggedor pintu sel Karin.

"Heh! Ngak usah sok mentang-mentang dulu orang kaya! Makan!" Karin tetap membisu. Polisi itu kesal dan mencengkram pipi Karin dengan kasar, kuku polisi itu meninggalkan sayatan kecil di wajahnya. Sungguh malang nasib polisi itu nanti. Sebelum berteriak kasar pada Karin, petinggi dari kantor pusat memanggil dirinya.

"Jangan apa-apakan perempuan itu. Dia disidang hari ini, biarkan saja supaya mau bicara." Ujar petinggi itu.

"Juga, pindahkan ke sel utara. Dia...VIP." Petinggi itu kemudian meninggalkan penjara. Polisi itu kembali ke sel Karin.

"Bangun, pindah." Karin bangun dengan susah payah dan berjalan ke sel utara. Sel untuk tahanan yang akan dihukum mati.









"Win, aku takut."





MAFIA - WINRINA AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang