CH.26 - GRANDMA

3.5K 316 10
                                    

"Win?" Tanya Karin karena Winson hanya diam saat ia menyatakan cintanya.

"Say it again." Jawab Winson ling-lung.

"I love you, Winson."

"Again."

"I love you, Winson."

"Lagi lagi."

"I love you, Winson."

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA I LOPYU TU KARINNNNNNNNNNNNNNNNN!" Winson kayang di kasur. Karin hanya menghela napas, ia harus siap dengan segala keajaiban kekasihnya nanti.

"Baby?" Panggil Winson.

"It's hard for me to say 'I love you', but I will prove everything through my action." Jelas Winson. Karin mencium sudut bibir Winson.

"I trust you, Win."


*1 bulan kemudian*

Setiap pagi jantung Winson selalu diajak dugem. Matanya terbuka lebar tidak mengedip memandangi wajah cantik Karin yang masih tertidur dengan tenang.

"Cantiknya semesta ku." Ucap Winson. Ia sangat ingin menyentuh wajah Karin, namun takut mengganggu tidur sang malaikat. Merasa ada yang tidak beres, Karin membuka matanya dan...

"Ya! Kamchagiya!" Teriak Karin melihat muka Winson yang cengengesan tidak jelas 3 cm didepan mukanya. Selama 1 bulan pacaran selalu ada keajaiban. Entah Winson yang kabur ke kandang babi, memeras susu kambing, pagi hilang tiba-tiba pulang dengan seekor kuda, dan juga menggosok gigi para domba.

Semuanya tanpa sepengetahuan Karin.

"Ehehe mianhae jagiya." Winson tertawa.

"Baru bangun, kamu udah bikin aku senam jantung." Karin manyun dan memutar balik badannya ke sisi yang kosong. Winson memeluknya dari belakang.

"Mana cium paginya." Winson memonyongkan mulutnya. Karin berbalik sedikit dan menangkap bibir kesayangannya. Winson tersenyum puas dan melanjutkan kegiatan peluk-memeluk mereka sampai jam 10 pagi.

Karena perut Winson mulai keroncongan, Karin bangun dan memasak salmon mentai. Winson merekam semua kegiatan Karin, sebagai kenang-kenangan katanya. Karin sangat tersentuh karena selama ini tidak ada yang mengabdikan dirinya, selalu Kahiyyah. Bohong jika Karin tidak iri dengan kembarannya. Tapi sekarang ada Winson, yang mampu memenuhi semuanya itu.

Setelah 'sarapan' (kegiatan suapin-menyuapin dan cium-menyium untuk membersihkan saus mentai di bibir), mereka bermain di belakang hutan bersama hewan-hewan kesayangan Winson.


*tuttttttt*

Handphone Karin berbunyi. Itu asisten neneknya. Winson mengintip dan menatap wajah Karin yang datar, namun didalam hatinya Winson tahu Karin sedang gelisah.

"Angkat aja." Karin mencium Winson sebagai support systemnya. Ia menghela napas dan mengankat telpon itu.

"Miss Katharina, Madam Yoo ingin berbicara dengan anda."

"Karin..." Suara itu, Karin merindukannya. Air mata mulai menetes, ia merasa bersalah karena tidak pernah menjenguk neneknya.

"Grandma..." Karin tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Winson yang peka langsung memeluk Karin dan mengelus punggungnya dengan lembut.

"Kamu kemana saja selama ini, Nak. Grandma kangen sekali sama kamu." Tangis Madam Yoo dari telpon dapat didengar oleh Winson. Membuatnya juga memikirkan bagaimana kabar grandparents dan parents nya sendiri. Sejak umur 18 tahun, ia tidak pernah mengontak mereka.

"Maafin Karin, Grandma. Karin kemarin-kemarin sakit, jadi tidak bisa hubungin Grandma." Ya, Grandma tidak tahu apa-apa tentang kelakuan Tuan Yoo. Ia tidak tahu luka sayat di wajah Karin disebabkan oleh sang ayah karena keturunannya berbohong bahwa Karin sudah gila dan menyayat dirinya sendiri sehingga harus masuk ke dalam RSJ.

"Tidak apa-apa, Nak. Yang penting sekarang Karin sudah sehat kan?"

"Sudah kok, Grandma apa kabar?"

"Baik, Karin. Grandma...kangen sekali sama kamu. Besok ulang tahun Grandma yang ke 100. Kamu datang ya. Pestanya di restoran Pierre Gagnaire jam 7 malam. Dress code nya Hanbok." Hati Karin diremas. Pertama, ia lupa ulang tahun Grandma. Kedua, pesta ulang tahun Grandma pasti dipenuhi dengan keluarga besar. Walaupun di permukaan terlihat tenang, Karin tahu dirinya menjadi topik terhangat dikalangan keluarganya. Ia tidak ingin datang, namun ia juga ingin menemui Grandma, melepas rindu, dan meminta maaf atas kesalahannya selama ini.

"Iya, Karin pasti datang kok."

"Bagus, Grandma sayang sekali sama kamu. Nanti kamu duduk di sebelah kanan Grandma ya." Posisi kanan, itu milik sang ayah. Pasti mereka akan bertengkar. Karin hanya meng-iya-kan Grandma agar beliau senang.

"Kemudian, kamu sudah punya pacar belum? Suruh dia datang. Laki-laki pakai jas biasa." Giliran hati Winson yang diremas. Mampus ucap Winson dalam hati. Baru 1 bulan sudah ketemu calon keluarga besar.

Karin berbincang-bincang sebentar dan akhirnya mematikan ponsel. Ia memeluk Winson dengan erat. Wintop beraksi, ia menggendong Karin masuk ke rumah dan duduk di sofa. Karin menangis di pangkuannya, Winson memegang wajah Karin dan menyeka air mata kesayangannya.

"Aku temenin ya, jangan takut. Trust me. Everything will be fine." Ucap Winson untuk menenangkan Karin.


*malamnya*

Karin sudah tertidur. Diam-diam Winson bangun dan menelpon sahabatnya.

"Ryu!" Winson tersenyum

"Tumben telpon, pasti ada mau nya." Winson tertawa mendengar nada jengkel Ryujin.

"Hey, listen. Ini penting dan urgent. Besok suruh pasukan ngumpet di Pierre Gagnaire sebelum jam 7 malam. Kalau bisa dari open kalian sudah masuk. Bawa pistol ya. Tunggu aba-aba gue baru kalian keluar."

"Lo yakin mau perang di resto?"

"Gue ngak perang, tapi jagain pujaan hati."

"Cihilah, gimana? Udah jadi pacar?" Tanya Ryujin.

"Udah dong. Gercep maknyus."

"NAJIS HUEEGGGG." Ryujin langsung menutup telponnya membuat Winson harus menahan tawa agar Karin tidak terbangun. Namun usahanya sia-sia. Karin bangun karena tidak merasakan pelukan hangat Winson.

"Sorry sayang, tadi ada telpon dari Ryujin." Bohong Winson. Setelah ia berbaring disamping Karin, bidadari cantiknya langsung memeluk manja dan kembali tertidur. Winson tersenyum, ia berjanji akan melindungi Karin disana.

MAFIA - WINRINA AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang