Chapter 2

153 16 0
                                    


Shiho tidak membawa identitasnya sama sekali. Selagi menyelidiki dan mencari tahu mengenai keluarganya, Morofushi Takaaki mau tak mau harus membawanya ke rumahnya di Nagano untuk sementara.

Scotch yang memiliki nama asli Morofushi Hiromitsu adalah adik kandung Morofushi Takaaki. Jenasahnya ditemukan oleh kepolisian metro. Setelah jenasahnya dibakar di Tokyo, Takaaki membawa pulang abunya ke Nagano untuk dimakamkan.

"Siapa yang meninggal ini?" tanya Shiho saat Takaaki baru saja selesai berdoa di depan nisan Hiromitsu.

"Adikku," jawab Takaaki datar.

"Aku turut berduka cita," ucap Shiho tulus.

"Arigatou,"

"Boleh aku tahu kenapa dia meninggal?"

Takaaki menarik napas sejenak sebelum menjawab, "dia tewas dalam tugas,"

"Dia juga polisi sepertimu?"

"Eh, semacam itu,"

Shiho mengangguk dan tidak bertanya lagi.

Takaaki menyentuh nisan adiknya sekali lagi, "Hiromitsu adalah keluargaku satu-satunya dan sekarang dia sudah pergi lebih dulu,"

Shiho tampak iba, ia sendiri tak ingat apakah ia punya keluarga? Atau pernah kehilangan seseorang?

"Kita pergi sekarang Shiho-San," ajak Takaaki akhirnya.

"Eh," Shiho mengangguk mematuhi.

Sesampainya di rumah, Takaaki menunjukkan kamar tamu untuk ditempati oleh Shiho. Sebagai pria bujang, ia hanya sendirian tinggal di rumahnya. Namun untuk ukuran pria yang masih lajang, ia sangat rapi.

"Semoga kau bisa merasa nyaman, Shiho-San," kata Takaaki.

"Eh, ini lebih dari cukup, arigatou Inspektur," ujar Shiho.

"Panggil Takaaki-Kun saja, karena bila ada tetangga yang menanyakan, aku akan mengatakan kau adik sepupuku, sampai aku bisa menemukan keluargamu,"

"Maaf merepotkanmu Ins... T-Takaaki-Kun,"

Takaaki menggeleng, "aku yang merepotkanmu Shiho-San, bila kemarin aku lebih berhati-hati, mungkin kau tidak akan lupa ingatan seperti sekarang,"

"Aku tidak mempermasalahkannya, sungguh,"

"Aku janji akan menemukan keluargamu secepatnya. Untuk sementara kau aman di sini. Katakan padaku bila perlu sesuatu dan sebaiknya kau pegang ini," Takaaki memberikan sebuah handphone kepada Shiho.

"Arigatou, aku tak ingin menjadi bebanmu. Pergi bekerja saja yang nyaman," pinta Shiho.

"Selalu kunci pintunya dan jangan biarkan orang asing masuk," Takaaki mengingatkan.

"E-eh..." Shiho merasa canggung, Takaaki bersikap seolah ia anak kecil saja padahal ia sudah berusia 20 tahun. Tapi Shiho memakluminya, mungkin itu adalah insting alamiah Takaaki sebagai polisi senior.

"Sampai bertemu lagi nanti kalau begitu," kata Takaaki sebelum berjalan ke pintu depan.

Shiho menunduk sopan melepas kepergiannya dan kemudian memandang bingung ke sekeliling rumah yang kosong. Bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya daripada berpangku tangan.

Between BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang