Shiho segera dilarikan ke rumah sakit. Walau pelurunya sudah berhasil dikeluarkan, ia tetap kehilangan banyak darah, kesadarannya tipis. Para petugas PSB berjaga ketat di sekitar ruang ICU nya. Takaaki seharusnya tidak diijinkan untuk masuk, namun Zero menggunakan pengaruhnya, memberikan ijin bagi Takaaki untuk mendampingi Shiho di ruang ICU.
Takaaki duduk di kursi sebelah pembaringan Shiho. Ia meraih tangan Shiho, mengecupnya dan menempelkannya di pipi.
"Shiho..." bisik Takaaki, "sejak kecil aku selalu mengalah dan berbagi dengan Hiromitsu... Tapi aku sungguh tidak tahu apa kali ini aku sanggup mengalah..."
"Aku menginginkanmu di sisiku... Tapi semua keputusannya di tanganmu Shiho... Apakah kau ingin ikut bersama Hiromitsu di sana... Atau kau ingin kembali padaku... Meskipun berat... Aku akan merelakannya... Apapun yang membuatmu bahagia... Apapun yang membuatmu bebas..."
Takaaki memejamkan matanya dan berkata dalam hati, Hiromitsu... Kau telah membawa Shiho padaku... Kuharap kau tak mengambilnya lagi... Kau telah damai di sana bersama Otosan dan Okasan... Biarkanlah Shiho bersamaku di sini, Hiromitsu... Jangan hukum aku lagi untuk hidup seorang diri...
***
"Lama sekali," gumam Shiho yang menunggu dalam kegelapan kontainer.
Mendadak pintu kontainer terbuka.
"Uhm?" Shiho melongok karena penasaran.
Hiromitsu akhirnya muncul seraya mengulurkan tangannya, "ayo Sherry, keadaannya sudah aman,"
"Benarkah?"
"Eh, ayo pergi sekarang," Hiromitsu mengulurkan tangannya.
"Uhm," Shiho mengangguk dan bermaksud menyambut uluran tangan tersebut.
Namun mendadak ada suara yang menghentikannya.
"Shiho... Jangan pergi..." kata suara bijak tersebut.
Tiba-tiba kegelapan itu berubah menjadi terang. Shiho menoleh dan melihat Takaaki di belakangnya, sementara Hiromitsu tangannya masih terulur menunggu Shiho.
"Ayo pulang Shiho..." pinta Takaaki.
"Eh?" Shiho mengerjap bingung.
"Sherry ayo, keadaannya sudah aman, tidak ada yang mengejar kita lagi," Hiromitsu mendesak.
"Eh?" Shiho semakin bingung memandang bergantian antara Takaaki dan Hiromitsu.
Takaaki dan Hiromitsu masih menunggu.
"Aku harus bagaimana?" Shiho tak mengerti apa yang harus dilakukannya.
Tatapan Takaaki melembut, "apa saja yang membuatmu bahagia Shiho... bila kau memang mencintai Hiromitsu..."
Shiho iba melihat wajah memelas Takaaki.
"Sherry ayo! Sudah aman keluar sekarang," ajak Hiromitsu.
Shiho tampak mempertimbangkan sejenak sebelum akhirnya berkata pada Hiromitsu, "kau bilang keadaannya sudah aman kan?"
"Eh," Hiromitsu mengangguk.
"Kalau begitu, aku tak perlu ikut denganmu lagi,"
"Sherry?"
"Kau bilang padaku untuk mencari kakakmu dan sekarang aku sudah menemukannya..."
"Tapi Sherry..."
"Dan aku takkan hidup lagi sebagai Sherry, kau sendiri yang bilang aku harus hidup menjadi diriku sendiri, Miyano Shiho..."
"Apakah itu sudah keputusanmu Sherry?"
"Eh, aku benar-benar minta maaf Scotch. Aku takkan melupakan kebersamaan kita selama ini," janji Shiho.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu," Hiromitsu kembali hilang di balik pintu kontainer.
Shiho menoleh pada Takaaki dan segera berlari ke arahnya. Takaaki pun menyambutnya dengan pelukan.
***
"Shiho...?" Takaaki menunggu saat melihat kelopak mata Shiho bergerak-gerak.
Lambat-lambat mata indah itu terbuka dan menatap langsung ke mata Takaaki.
Takaaki mendesah lega, kemudian ia mengecup kening Shiho, lalu mengecup tangannya dan kembali menempelkan telapak tangan Shiho di pipinya.
"Ta-kaa-i..." desah Shiho.
"Eh, aku di sini..."
Shiho mengusap-usap ibu jarinya di ujung kumis Takaki, kebiasaan yang kini sering dilakukannya setelah mereka berkencan, "Aku... ingin... bersama Takaaki..."
Takaaki tersenyum, "arigatou Shiho... terima kasih sudah memilihku,"
***
Selama masa pemulihan, Shiho memberikan kesaksiannya pada PSB. Hal itu membantu PSB untuk menyerbu markas organisasi. Namun karena Shiho juga telah banyak melakukan eksperimen mematikan terhadap manusia yang dijadikan kelinci percobaan, ia tetap dijatuhi hukuman 2 tahun penjara. Hari saat dia keluar dari rumah sakit adalah hari ketika ia harus masuk penjara wanita.
Shiho yang sudah rapi bersiap diri, duduk termenung di tepi pembaringannya. Ia sedang menunggu petugas PSB menjemputnya. Tapi ia bingung ketika pintu terbuka dan malah Takaaki yang masuk.
"Mereka memberi waktu 5 menit padaku sebelum membawamu pergi," kata Takaaki menjawab kebingungan Shiho.
Shiho berdiri menyambutnya, mereka pun berciuman.
"Dua tahun tidak lama Shiho... Aku akan sering-sering menjengukmu..." kata Takaaki setelah menyudahi kecupannya.
"Benar kau akan menungguku?"
"Eh, aku dan Mochi akan menunggumu,"
"Kau takkan naksir wanita lain?"
Takaaki terkekeh, "kau adalah Huang YueYing-ku,"
"Well yah, Komei memang setia sih, tidak punya selir seperti Liu Bei,"
Takaaki memeluknya, "aku akan merindukanmu Shiho,"
"Aku juga,"
"Aku mencintaimu," bisik Takaaki di telinga Shiho.
"Aku juga mencintaimu Keibu-San,"
Mereka berciuman lagi. Saat pintu diketuk pelan, buru-buru mereka memisahkan diri. Kazami dan beberapa petugas memasuki ruangan.
"Sudah saatnya Miyano-San," kata Kazami.
"Eh," Shiho mengangguk.
Awalnya Kazami ingin memborgolnya sebelum mengurungkan niat, "karena kau berkelakuan baik dan dengan jaminan Inspektur Morofushi, aku percaya padamu. Kau takkan dibawa dalam keadaan diborgol,"
"Arigatou Kazami-San," ucap Shiho.
"Mari," Kazami menunjukkan jalan.
Shiho memandang Takaaki sekali lagi, "sampai nanti,"
"Sampai nanti Shiho, jaga dirimu,"
"Kau juga,"
Kemudian Shiho pun dibawa oleh petugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Brothers
FanfictionHai! Selamat hari Minggu! Pipi senang sekali karena yang suka kapal Takaaki-Shiho mulai bermunculan. Berikut ini FF tentang Takaaki-Shiho lagi, pendek-pendek and ringan-ringan aja, karena Pipi belum sanggup bikin versi panjang Takaaki yaaaaang suka...